Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 22Dua bulan sudah Amina dan Aryo tidak berkomunikasi, Aryo hanya bisa bicara dengan anaknya saja itupun tidak lewat Amina melainkan lewat ibu mertuanya. Bahkan Amina tidak pernah membalas pesan dari Aryo sama sekali membuat lelaki itu semakin pesimis untuk bisa kembali pada Amina. Padahal ia masih berharap bisa kembali dengan Amina dan memulai semuanya dari awal.Mungkin terdengar tidak tahu diri tapi Aryo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat Amina benar-benar tidak bisa menjadi miliknya lagi.Bertemu di kantor pun tidak pernah tegur sapa, lebih tepatnya Amina yang seperti menghindar. Melihat Amina dan bos mereka semakin dekat membuat Aryo ketar-ketir, ia merasa sudah tidak ada harapan apalagi saingannya bukan orang biasa. Lelaki yang memiliki segalanya dan sudah pasti bisa membahagiakan Amina sedangkan Aryo sendiri hanya lelaki kere yang tidak memiliki apapun, gaji saja pas-pasan untuk biaya hidup dan juga untuk menafkahi anak-anak dan Ami
"Tidak hanya kamu yang aku urus, Mas. Ada Sarah juga 'kan. Minta dia buatkan sarapan untukmu."Hatiku mencelos melihat sikap Amina yang begitu acuh tak acuh padaku, suaranya memang lembut tapi dia seolah tidak mau menatapku. Aku merindukan dia yang dulu, tidak pernah sekalipun dia melalaikan kewajibannya sebagai istri meskipun tugas rumah pun banyak yang menanti untuk dikerjakan. Sebelumnya kami memang memiliki asisten rumah tangga namun karena keuangan yang tidak memadai Amina mengurus semuanya sendiri.Amina seperti ini semenjak Sarah ada di rumah, rasanya tidak memiliki pilihan lain karena Sarah adalah anak panti. Mau tidak mau aku harus membawanya pulang. Kupikir Amina akan menerima karena istriku itu berhati lembut dan penyayang. Amina memang menerima namun sikapnya berubah.Belum bisa jika memberikan rumah yang sebesar rumah ini, Sarah ingin dibelikan rumah yang sama. Dia mengatakan padaku jika harus adil. Ya, aku sadar itu. Namun kondisi keuanganku sangat sulit satu tahun ke be
“Tolong jangan seperti itu, Tante. Aku tidak ingin membuat rumah tanggaku hancur.”Tante Atika tertawa pilu. “Tidak ingin membuat rumah tanggamu hancur? Rumah tanggamu sudah hancur, Aryo! Kamu sendiri yang melakukannya.” Kulihat Tante Atika kembali menghela nafas. “Tante saja yang tidak ada di posisi Amina sesakit ini, apa kabarnya dengan Amina yang merasakannya langsung. Ketulusan dan pengabdiannya padamu kau bayar dengan pengkhianatan! Tante tidak tahu lagi harus bicara apa padamu, Tante malu, Tante kecewa! Bagaimana Tante mempertanggung jawabkan ini pada ibumu?”Tak mampu membalas kata-kata Tante Atika karena semuanya memang benar, tangan mengepal kuat. Aku marah, benci pada diriku sendiri. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu. Memang Amina tidak terlihat menangis saat aku datang membawa Sarah, kupikir dia mau menerimanya.Apa benar Amina sangat tersakiti karena pernikahan keduaku ini? Semua pertanyaan berkecamuk di dalam benakku. Aku bahkan tidak bisa membaca sorot mata atau men
Brak! Brak! Brak!“Mas, buka pintunya! Cukup drama yang kamu lakukan ini, jangan membela diri di depan mereka. Kamu tidak salah dengan menikah lagi!” Suara teriakan Sarah membuat suasana malah menjadi memanas.Rasanya aku ingin membungkam mulutnya itu. Tidak lama tangis Rifany terdengar, Amina buru-buru masuk ke dalam kamar untuk menenangkannya. Suara Sarah melengking hingga membuat putriku terbangun.“Tante tidak akan mengambil posisi untuk melindungi kamu dari ayahnya Amina. Apapun yang akan Pak Surya lakukan padamu nanti, kamu harus menanggungnya.”Sungguh, rasanya tidak bisa membayangkan jika nanti ayah mertuaku datang dan tahu semua yang terjadi. Aku sudah menyakiti anak kesayangannya, orang tua manapun jelas akan marah dan tidak terima anaknya disakiti. Aku pun begitu, aku tidak akan terima jika anak-anakku ada yang menyakiti. Tapi kenapa aku malah menyakiti ibu dari anak-anakku.Aku langsung mendongak melihat Amina yang keluar dari kamar sambil menggendong Rifany. Sepertinya ia
"Apa maksud Tante Atika ini? Apa jangan-jangan Amina terpengaruh dengan ucapan Tante Atika?"Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam benakku. Rasanya aku tidak bisa membayangkan jika Amina benar-benar pergi, aku membutuhkan Amina.Aku akui, Amina itu lebih matang dalam segala hal termasuk urusan rumah tangga, selalu telaten dalam mengurus keuangan. Jelas saja karena Amina seorang sarjana, berpendidikan dan cerdas. Setelah menikah dan memiliki anak aku memintanya untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, dia sama sekali tidak membantah.Lebih baik cari mereka di rumah Tante Atika, berharap ada di sana. Meski jarak lumayan jauh tidak masalah, yang terpenting aku bisa membawa Amina pulang.Sepanjang jalan terus mencoba menghubungi Amina tapi tidak bisa, teleponnya aktif tapi tidak diangkat. Perasaanku semakin tidak karuan."Bang Aryo cari Mama ya?" tanya Melly, anak bungsu Tante Atika."Iya. Ada di dalam 'kan? Amina dan anak-anak Bang Aryo juga di dalam?"Melly menggelengkan kepalanya. "Tid
POV AuthorAmina datang dengan wajah pucatnya, ia tadi pingsan di sekolah Refal saat akan pulang. Kelelahan tubuh dan juga faktor pikiran sepertinya menjadi pengaruh besar. Bu Atika langsung membawanya ke rumah sakit karena khawatir. Bu Atika berpikir jika Amina bersedia ikut dengannya namun ternyata tidak. Amina memutuskan untuk pulang, padahal tadi Bu Atika sudah mengatakan pada Aryo jika Amina tidak akan pulang.Sampai di rumah, mereka dikejutkan dengan suara ribut-ribut. Refal bahkan langsung berlari mencari sang ayah yang sudah terkapar dengan luka di wajahnya dan juga lebam di tubuh."Ayah. Ayah kenapa?" Anak itu menangis melihat ayahnya terluka dan tak sadarkan diri. Amina pun terpaku apalagi melihat keluarganya semua ada di sini. Ia bahkan tidak tahu mereka akan datang. Sang ibu langsung menghampiri Amina dan memeluknya dengan erat.Ibu mana yang tidak teriris hatinya melihat putri yang dibesarkannya penuh kasih sayang malah dihancurkan oleh lelaki yang bergelar suami."Sayan
POV AryoSekujur tubuhku rasanya remuk, kepalaku masih pusing. Untuk bergerak saja sakitnya sampai menusuk tulang, ini benar-benar sakit. Baru kali ini aku merasakan dihajar habis-habisan seperti ini.“Mas ....”Sepertinya ini mimpi. Suara Amina mengalun lembut di telingaku, yang kuingat hanya tadi ayah mertua dan juga kakak iparku menghajarku habis-habisan dan ... mendengar Refal memanggil.Mataku sontak terbuka. Menangkap wajah Amina yang duduk di dekatku yang masih berbaring.“Pelan-pelan, Mas.” Amina membantuku untuk duduk.“Ba–gaimana?” Leherku seperti tercekat, keberanianku hilang untuk menanyakan soal keluarga Amina yang tadi datang.Aku yakin semua itu bukan mimpi karena tubuh dan wajahku saja rasanya sangat sakit.“Makan dulu, setelah itu minum obat untuk meredakan rasa sakitnya.”Hatiku berdesir dengan perlakuannya, kenapa dia masih sebaik ini setelah apa yang sudah kulakukan. Rasa bersalah malah semakin menggerogoti hatiku.“Ayo, kenapa melamun?”Suara Amina mengejutkanku.
Bab 7POV AryoDi hari pertama ini, bahkan dari kemarin malam aku sudah bisa melihat perubahan Amina. Dia sama persis seperti dulu saat kami awal menikah. Dia bahkan menyiapkan sarapan seperti biasanya dan merawatku dengan baik tapi tetap saja ada yang mengganjal di dalam hati mengenai mertua dan juga iparku.“Mas, jangan sering melamun begitu. Pamali!” tegurnya.“Aku tidak melamun, aku hanya senang melihatmu seperti dulu,” jawabku.“Aku pun senang bisa berduaan lagi seperti ini denganmu.” Senyumnya tidak berubah meski bisa terlihat kerutan halus di bawah matanya saat bibirnya tertarik membentuk senyum.Perkataan Amina berhasil menyentilku, memang semenjak ada Sarah, aku hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk Amina hanya ada waktu untuk bermain dengan anak-anak itu pun tidak lama.Padahal aku sendiri yang mengatakan akan adil tapi ternyata aku belum bisa adil. Bagaimanapun harus belajar adil agar bisa hidup rukun dengan kedua istriku. Tidak bisa jika harus melepas salah satunya, A
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 22Dua bulan sudah Amina dan Aryo tidak berkomunikasi, Aryo hanya bisa bicara dengan anaknya saja itupun tidak lewat Amina melainkan lewat ibu mertuanya. Bahkan Amina tidak pernah membalas pesan dari Aryo sama sekali membuat lelaki itu semakin pesimis untuk bisa kembali pada Amina. Padahal ia masih berharap bisa kembali dengan Amina dan memulai semuanya dari awal.Mungkin terdengar tidak tahu diri tapi Aryo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat Amina benar-benar tidak bisa menjadi miliknya lagi.Bertemu di kantor pun tidak pernah tegur sapa, lebih tepatnya Amina yang seperti menghindar. Melihat Amina dan bos mereka semakin dekat membuat Aryo ketar-ketir, ia merasa sudah tidak ada harapan apalagi saingannya bukan orang biasa. Lelaki yang memiliki segalanya dan sudah pasti bisa membahagiakan Amina sedangkan Aryo sendiri hanya lelaki kere yang tidak memiliki apapun, gaji saja pas-pasan untuk biaya hidup dan juga untuk menafkahi anak-anak dan Ami
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 21POV Aryo"Apa-apaan kamu, Mas!" Amina sedikit memekik dan mencoba untuk melepaskan tanganku. Sepertinya tidak berani berteriak karena takut membangunkan anak-anak kami."Sebentar saja. Aku sangat merindukanmu," bisikku."Tapi ini tidak benar, Mas! Kamu tidak boleh seperti ini.""Maafkan aku, meski sebenarnya maafku itu tidak berguna. Sungguh, aku … menyesali semuanya. Tidak bisakah kita kembali. Aku akan menebus semua kesalahanku, aku akan membuatmu bahagia."Tangan Amina yang tadinya memaksa melepaskan tanganku kini terjuntai bebas."Semua sudah berlalu dan aku pun sudah memaafkanmu jadi tolong lepaskan." Amina berucap dengan lirih."Kembalilah padaku. Kita bersama-sama lagi.""Mas, ada tamu. Jangan seperti ini!" Amina malah mengalihkan pembicaraan.Akhirnya aku mengalah melepaskan tangan dari pinggangnya lalu mundur membiarkan ia membuat minun untuk laki-laki itu.Sebenarnya aku enggan melihatnya tapi tidak mungkin membiarkan Amina berduaan dengan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 20POV Aryo"Ayah-"Belum selesai aku bicara mata Refal sudah berkaca-kaca. Tidak tega juga tapi aku pun tidak berhak memutuskan.Kulirik Amina yang hanya terdiam.Seolah mengerti maksudnya, Refal beralih pada ibunya."Bu, ayah bobo di sini 'kan?"Amina pun tidak langsung menjawab namun saat iskan Refal terdengar buru-buru dia langsung menganggukan kepalanya dan memeluk Refal."Iya. Ayah bobo disini."Aku mengulum senyum mendengar itu meski aku tahu Amina juga sebenarnya tidak menginginkan aku berada di sini namun demi anak kami dia langsung mengizinkan. Aku juga tidak akan meninggalkan Amina apalagi tahu Evan akan datang disaat ibu dan ayah tidak ada di rumah.Sepertinya jalannya memang harus seperti ini."Refal main dulu dengan ayah ya. Ibu mau memasak."Refal mengangguk lalu kembali mendekat padaku.Aku masih penasaran dengan Evan. Kenapa dia tidak mencari wanita lain yang jelas-jelas masih sendiri? Kenapa dia malah mendekati Amina yang statusnya ba
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 19POV AryoPulang kerja baru aku bisa menitipkan surat-surat pada Amina, sekalian aku juga ingin bertemu dengan anak-anak. Sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka.Bicara soal hari ini. Evan akan makan malam di rumah Amina. Rasanya sungguh tidak rela, tidak sepantasnya dia melakukan itu apalagi Amina masih istriku karena kami belum resmi bercerai. Amina juga seharusnya tidak terlalu terbuka meskipun lelaki itu temannya.Kini aku memiliki giliran berada di pintu masuk gedung, sudah pasti akan bertemu dengan Amina. Kemarin Amina datang lebih awal daripada karyawan lain, hari ini pun pasti sama. Amina itu orangnya sangat disiplin, pekerjaan rumah saja cekatan ia selesaikan apalagi pekerjaan kantor seperti ini.“Eh, Yo. Jangan melamun.”“I-ya. Maaf.” Karena terlalu memikirkan Amina aku ditegur oleh Pak Dandi yang berjalan masuk ke dalam gedung, beliau adalah security senior meskipun menegur tapi tidak memarahi.Jantungku berdebar saat melihat sosok
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 18“Tidak bisa seperti itu, Bang. Sarah bukan istri saya lagi.”“Kami tidak mau tahu, pokoknya kau yang harus menanggung karena kau dijadikan jaminan.”Tubuh Aryo rasanya lemas, ia menatap kedua orang itu yang kini sudah pergi.Kedatangan Sarah memang membawa dampak buruk dalam kehidupan Aryo, sudah ia ditinggal Amina dan anak-anak, sekarang hartanya pun terkuras habis.Ia memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Sarah tapi setidaknya jika ia dulu tidak menikah dengan Sarah, hidupnya tidak akan sengsara seperti ini.Penyesalan memang tidak pernah ada gunanya. Daripada dirinya menjadi semakin rugi karena ulah Sarah, lebih baik Aryo tidak tinggal dulu di rumahnya. Semua surat-surat penting dibawa olehnya, ia tidak ingin sampai ada orang yang memaksa menerobos masuk dan mengambil semua surat itu lalu menjual rumah. Meski terkesan seperti drama namun Aryo tetap harus waspada.Ia memilih untuk mencari kontrakan yang murah di dekat tempat kerjanya, kebetulan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 17“Amina!” Evan memanggil Amina yang sudah berada di luar gedung.Amina menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, ia heran melihat bosnya itu berlari dengan nafas yang memburu.“Apa ada yang penting, Pak? Atau saya lupa sesuatu?” tanya Amina khawatir.Evan masih mengatur nafasnya, ia berlari dari ruangannya tadi hanya untuk menyusul Amina.“Bentar, saya tarik nafas dulu.”Amina dibuat terkekeh dengan tingkah Evan.Dari kejauhan Aryo melihat itu, tangannya mengepal dengan hati yang memanas melihat Amina berinteraksi dengan lelaki lain. Rasanya ingin menarik Amina menjauh dari hadapan lelaki itu.Aryo sebagai lelaki bisa melihat bagaimana tatapan Evan pada Amina yang memang tidak biasa, sudah dipastikan lelaki itu memiliki hati pada Amina.“Santai saja, Pak.Saya tidak akan kabur,” gurau Amina.“Saya mau mengantar kamu pulang."Amina kaget. “Mengantar saya pulang? Tidak perlu, Pak, saya tidak sakit,” tolak Amina.“Saya memaksa, Amina.”“Tapi, Pak
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 16Selesai tadi di interview, Aryo langsung bisa bekerja hari itu juga.“Apa kata Amina kalau melihatku seperti ini sekarang, dia pasti belum tahu jika sekarang aku sudah bangkrut.” Aryo rasanya lemas saat mengingat kembali kenyataan yang saat ini sedang dijalani olehnya.Namun jika terlalu fokus dan memikirkan keterpurukan itu sama saja Aryo membuat dirinya sendiri semakin tenggelam. Ia memiliki tanggung jawab pada anak-anaknya, seterpuruk apapun kondisinya, Aryo harus tetap berjuang untuk bisa memberikan hak anak-anaknya, belum lagi Asti.Aryo tidak akan mungkin terus membebankan Asti pada Amina apalagi tahu Amina sekarang sudah sibuk dan bekerja. Masih ada waktu untuk Aryo agar bisa kembali merebut hati Amina.“Pak, malah bengong. Ini bajunya, ganti dulu.”Aryo tersadar dari lamunannya. “Eh, iya. Terima kasih.”Ia bergegas untuk mengganti pakaiannya. Aryo berharap tidak berpapasan dengan Amina saat kondisinya seperti ini, malu sudah pasti karena seb
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 15Amina terkekeh. “Bagaimana mungkin aku lupa pada teman super menyebalkan sepertimu.”Wanita itu kaget sendiri dengan apa yang dikatakannya. “Eh, maaf, Pak. Saya tidak bermaksud.” Baru sadar dimana sekarang dirinya berada.Evan tertawa dengan sebelah alis terangkat. “Dunia memang begitu sempit. Silahkan duduk, Mbak Amina.”“Terima kasih.”“Oke, kita mulai.”Amina melakukan wawancara seperti pada umumnya, menjawab setiap pertanyaan yang dilayangkan oleh Evan. Setelah beberapa menit mereka berada dalam perbincangan serius, wawancara itu selesai.“Besok anda bisa mulai bekerja.”Mata Amina membeliak saking kagetnya. “Be-sok?”“Iya. Kenapa, mau menunggu satu minggu dulu baru dipanggil lagi?”Amina menggelengkan kepalanya. “Tidak, bukan begitu. Tolong jangan terima aku hanya karena kita teman lama.”Evan mengibaskan tangannya. “Tidak akan mungkin aku melakukan itu, Amina. Aku profesional, semua yang aku butuhkan ada pada dirimu.”Dahi Amina berkerut mende
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 14Sarah sibuk menduga-duga, ia selalu menyalahkan Amina saat mendapatkan hal-hal buruk seperti ini.“Aku harus membuat perhitungan pada wanita itu.” Tangan Sarah mengepal hingga membuat buku jarinya memutih.Tidak ada lagi tempat yang bisa didatanginya selain kontrakan yang pernah disewakan oleh Aryo untuknya. Aryo sudah membayar uang sewa untuk satu bulan, sudah pasti masih bisa ditempati meski kunci sudah ada di pemilik kontrakan itu.“Aku menjadi si*l karena Amina! Uangku sudah menipis lagi.” geramnya.Ia memesan ojek online untuk mengantarnya, uang yang dipegang Sarah saat ini hanya lima ratus ribu. Dua atau tiga hari saja pasti sudah habis karena Sarah termasuk orang yang boros, uang tabungan terkuras habis. Sekarang barang berharganya hanya yang dibelinya di luar negeri dan juga barang yang dibelikan oleh Aryo.Ting!Mata Sarah berbinar saat melihat pesan masuk dari Aryo. Dengan cepat ia membukanya, binar di mata wanita itu langsung meredup.[Be