"Kenapa kamu meminta Serena datang?" tanya Dirga penasaran. "Karena Dokter mengatakan jika suara orang yang paling dicintai dapat membuat pasien yang koma lebih cepat sadar. Dan itu memang benar setelah kedatangan Serena kondisi Mas Kaisar mengalami perkembangan yang signifikan. Mas Kaisar mulai bereaksi dengan tubuhnya, dia menangis dan beberapa kali mengerakkan jarinya." Aira menjelaskan panjang lebar. Dirga membuang pandangannya ke luar restoran. Ada rasa marah dan kesal di hatinya. Mendengar penjelasan Aira yang seolah menunjukkan betapa berpengaruhnya kehadiran Serena di hidup seorang Kaisar Danu Adtmaja. "Mas Kaisar sangat mencintai Serena, mereka berpisah karena sebuah fitnah. Mas Kaisar dan Serena menjalin hubungan sejak mereka masih berseragam putih abu-abu. Hubungan mereka terjalin selama empat tahun. Mereka berpisah bukan karena selingkuh atau bosan bahkan benci. Sampai detik ini Serena adalah satu-satunya wanita yang Mas Kaisar cintai." tutur Aira sambil menahan air mata
Setelah pertemuannya dengan Aira, Dirga tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Berulangkali terdengar Dirga menghela nafas panjang. Pikirannya tertuju pada Serena dan putrinya Zena yang sudah sebulan ini tidak ditemuinya. Sebenarnya selama ini bukan dia tidak berniat mencari Serena, dia sudah beberapa kali menunggu di depan rumah mertuanya namun tidak pernah dilihatnya Serena keluar dari rumah sang mertua. "Kamu kenapa?" tanya Galih teman kerja Dirga. "Kamu sakit?" tanyanya lagi melihat wajah pucat teman kerjanya itu. "Tidak." Dirga mengusap kasar wajahnya dengan mata yang memerah hampir menangis. "Kamu ada masalah? Apa proyek yang kamu pegang bermasalah atau mungkin gagal?" Galih khawatir melihat kondisi temannya yang terlihat sedang dalam mengalami masalah besar. Dirga menggeleng, "Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan besar," jawab Dirga lalu menjambak rambutnya sendiri. "Aku harus pulang, tolong selesaikan dokumen untuk meeting besok!" pintanya lalu bergegas mengambil
Ke esokan harinya Dirga menghubungi salah satu teman kuliahnya dulu yang diketahuinya menikah dengan teman Nurida dan Serena. Dirga meminta tolong temannya untuk menanyakan alamat rumah Nurida. Dia yakin jika Serena dan Zena berada di rumah sahabat istrinya itu. Sekalipun jika Serena tidak disana. Dirga yakin jika Nurida pasti tahu dimana sekarang Serena tinggal.Selam ini Dirga tidak terlalu akrab dengan Nurida dan Dewa. Dirga selalu merasakan jika dia sahabat istrinya itu tidak menyukainya karena itu Dirga sedikit menjaga jarak dengan dua sahabat istrinya itu. Dirga sedang mengunci pintu rumahnya ketika tetangga depan rumahnya memanggilnya di depan pintu pagar rumah, "Pak Dirga,," panggil Citra. "Iya, ada apa Mbak Citra?" tanyanya setelah membuka pagar rumahnya. "Kemarin ada yang ngantar surat ke rumah Pak Dirga. Karena gak ada orang jadi sama pengantarnya di titipin ke pembantu saya." Citra menyerahkan amplop coklat, " Maaf kemarin saya pulang kerja malam jadi baru bisa saya ser
Rahma sedang menyirami tanaman hiasnya ketika sebuah mobil berhenti di pinggir jalan depan rumahnya. Rahma menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang datang, mengapa tidak memasukkan mobilnya di halaman jika memang ingin bertamu kerumahnya. Tiba-tiba raut wajah Rahma berubah ketus melihat siapa yang turun dari mobil lalu berjalan mendekatinya yang berdiri di teras rumah sambil memegang slang air. "Bibi," panggilnya pada asisiten rumahh tangganya, "Tolong suruh orang itu keluar! Rumah ini tidak menerima kehadirannya disini." perintahnya setelah asisten rumah tangganya datang. "Baik Bu," jawab Bibi lalu mendekati Dirga yang berdiri di tangga teras. "Maaf Mas Dirga, silahkan kembali pulang saja!" Bibi mempersilahkan Dirga untuk pergi. "Saya mencari Serena Bi," kata Dirga menolak untuk pergi. "Mbak Serenanya gak ada di sini Mas. Maaf saya hanya menjalankan perintah Ibu." Bibi berdiri di depan Dirga. Rahma memandang sinis pada Dirga. Hatinya sakit setelah tahu menantu yang sangat
Sudah dua jam Dirga duduk termenung di atas bagasi mobilnya menatap pada tanah kosong di depannya. Dua jarinya mengapit sebatang rokok yang sesekali di hisapnya untuk menenangkan diri. Ponselnya sudah berdering puluhan kali menampilkan panggilan dan pesan dari ayah juga adiknya namun sama sekali tak ia hiraukan. Pandangannya menerawang jauh mengingat semua perbuatannya dulu pada Serena. Dalam hati kecilnya Dirga membenarkan semua ucapan ibu mertua dan kakak iparnya namun ia tidak rela jika harus melepas Serena. Bagaimanapun dia sangat mencintai Serena hanya saja selama ini dia tidak bisa menunjukkan rasa cintanya. Dirga orang yang cuek dan dingin sehingga semua perhatian Serena berikan menjadi beban untuknya. Bukan berarti ia tidak menghargai perhatiannya tapi Dirga takut tidak bisa membalas semua perhatian Serena seperti yang diharapkan karena itu Dirga meminta Serena untuk berhenti terlalu perhatian padanya. "khemm." Galih sudah berdiri di samping mobil kemudian ikut duduk di seb
Setelah beberapa hari merenung dan mendekatkan diri pada Alloh, Tuhan yang ia yakini, kini Dirga kembali bangkit dan menjalani hidupnya seperti sebelumnya. Dirga kembali masuk kantor dan melanjutkan rencananya untuk membuka usaha bersama Galih dan seorang temannya lagi yang baru pulang dari luar negeri. Pagi ini Dirga sengaja meminta izin tidak masuk kerja karena ia ingin memperbaiki semua barang-barang di rumahnya yang rusak akibat perbuatanya saat bertengkar dengan Serena. Sebenarnya ia sangat mampu untuk membeli yang baru tapi Dirga sengaja ingin menunjukkan pada Serena jika semua yang rusak masih bisa di perbaiki. Pertama dia memasuki kamar putrinya. Mengambil pakaian Serena yang masih tersisa di almari pakaian milik Zena untuk ia kembalikan ke posisi awal yaitu di alamari mereka di kamar utama. Setelahnya Dirga ingin memperbaiki bingkai foto yang pecah. Kemarin sepulang kerja Dirga mampir membeli dua kaca seukuran bingkai foto untuk mengganti bingkai foto pernikahannya dan Ser
Dirga segera mengajak orang tuanya untuk masuk ke dalam rumah. Mempersilahkan orang tuanya untuk duduk lalu pergi mengambilkan minuman dingin untuk ayah ibunya. "Dimana Serena dan Zena? Kenapa tidak di rumah saat kamu pergi bekerja?" tanya Mirna dengan nada tidak suka. "Istri yang baik itu harus ada di rumah saat suaminya bekerja." tambahnya sambil berjalan mengikuti Dirga ke dapur untuk mengambil minum. "Minumlah bu!" Gibran menyerahkan sebotol minuman ion yang diambilnya dari lemari es. "Kita ke depan Bu," ajaknya lalu berjalan lebih dulu. "Kenapa tidak memberitahu jika mau kesini?" tanya Dirga setelah duduk di sofa ruang tamu."Biar tidak mengganggu pekerjaan kamu," jawab Hendrawan sambil menyandarkan punggungnya. "Nanti kamu pasti buru-buru pulang kalau tahu kami mau kesini?" sahut Mirna menambahi. Dirga mengangguk, "Ayah sama Ibu istirahat aja dulu," ucapnya hendak beranjak dari duduknya. "Kamu mau kemana?" Mirna mendongak menatap putranya. "Kamu belum jawab pertanyaan Ibu
"Bagaimana jika aku beritahu Serena sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan dan besok kami akan bertemu untuk mediasi, apa kalian senang?" beritahu Dirga dengan nada sinis. Sontak Mirna mengarahkan pandangannya pada putranya itu. "Serena sudah mengajukan gugatan?" Mirna memajukan tubuhnya untuk memastikan apa yang baru saja didengarnya. "Benar." Dirga mengangguk. Mirna menghela nafas panjang, ada rasa lega akhirnya Dirga berpisah dengan wanita yang tidak pernah ia suka sejak pertama kali putranya membawa wanita itu pulang untuk di kenalkan dengan dirinya. Namun tiba-tiba muncul rasa kasihan di hatinya ketika melihat wajah frustasi Dirga yang terpukul dengan keputusan menantunya itu. "Mungkin ini memang sudah jalannya. Jodoh kalian hanya sampai di sini. Semua pasti ada hikmahnya," tutur Hendrawan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. "Jadi kalian benar-benar bahagia mendengar kehancuran rumah tanggaku?" tanya Dirga lalu tersenyum miris. "Aku benar-benar tidak menyang