Share

40.

Penulis: DSL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 23:00:41

“Kau suka?”

Dikara melontarkan pertanyaan sederhana, tapi Janeetha tak langsung menjawab.

Gadis itu hanya terdiam, sibuk memindai benda-benda yang disuguhkan di hadapannya.

Gaun putih berbahan silk yang mewah menggantung di sisi ruangan, penuh kesempurnaan. Sepasang sepatu hak tinggi berkilau dengan perhiasan kristal, sementara di meja kecil dekatnya, kalung berlian dan anting senada siap menyempurnakan penampilan pengantin yang sudah pasti akan membuat semua orang terkesima.

Meski dalam hatinya ada perasaan berdebar karena keindahan yang jarang dilihatnya, Janeetha tetap tak bisa mengabaikan perasaan asing yang terus menyusup.

Semua ini terasa terlalu berlebihan, terlalu asing, dan seakan-akan membawanya pada sesuatu yang mungkin ia tak pernah benar-benar inginkan.

Namun, seberapa kuat Janeetha dapat melawan?

Dikara, pria yang berdiri di sebelahnya, mengamati setiap reaksi dengan sorot mata yang tajam.

Ia tidak han

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   41.

    Ketukan pelan terdengar di pintu ruang kerja Dikara. Hari ini, ia memilih pergi ke kantor setelah Janeetha mengatakan ingin menemani ibunya di rumah sakit bersama ayahnya yang sakit.Dikara tidak terlalu memikirkan kepergian Janeetha, toh ia bisa tetap memantaunya lewat gelang yang selalu dipakai istrinya itu.Hingga saat ini, Dikara sedikit heran Janeetha tak pernah menunjukkan kecurigaan, bahkan tak pernah mencoba melepas gelang itu. Mungkin, aktingnya saat memberikan gelang itu benar-benar berhasil, membuat Janeetha berpikir itu hadiah yang tulus darinya.Tak lama kemudian, Rusli masuk ke ruangannya dan menyerahkan beberapa map ke atas meja Dikara.“Fabian…” Suara Dikara menggantung saat ia memerika sekilas map-map tersebut lalu menatap tajam pada Rusli. “Apa yang sudah kau temukan?”Rusli berdehem. “Fabian belum melakukan hal-hal yang mencurigakan, tapi dia cukup dekat dengan Nyonya Janeetha dan lingkaran teman-temannya. Dari pengamatan saya, dia sangat protektif pada Nyonya. Mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   42. Harus Tetap Di Sini

    Janeetha memasukkan ponselnya ke tas, menghirup teh terakhirnya, lalu beranjak keluar dari kafe. Ia berjalan pelan, melintasi beberapa blok, dan seolah mencari-cari toko, tetapi terus melirik ke belakang.Benar saja, kedua pria tadi tetap mengikutinya dari kejauhan.Janeetha menahan senyum getir, merasa bahwa semua teka-teki ini mulai terjawab. “Jadi, memang benar, Dikara… kau mengawasiku, bahkan setiap langkahku.”Meski Janeetha dapat menebak, tetapi tetap saja ia merasa kecewa dan marah terhadap segala tindakan yang Dikara lakukan. Ia pun segera menyetop taksi lalu kembali ke rumah sakit.Di dalam mobil, Janeetha kembali memikirkan bagaimana Dikara bisa selalu mengetahui keberadaannya.Perlahan, matanya tertuju pada gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia menatap benda itu cukup lama, baru menyadari bahwa selama ini ia tak pernah benar-benar memperhatikan keberadaannya karena berbagai kejadian yang akhir-akhir ini me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   43. Mengapa Kau Membenciku?

    Janeetha menoleh, tatapannya bertemu dengan mata Dikara yang penuh teka-teki. Perasaan berkecamuk dalam dirinya—antara marah, kesal, dan tak berdaya.Sementara itu, Dikara malah mengulas senyum tipis yang nyaris tampak menyindir, seakan menikmati ekspresi ketidakberdayaan Janeetha.Senyum di wajah Dikara itu adalah sebuah peringatan, sebuah ejekan halus bahwa, tanpa seizin dirinya, Janeetha tidak akan kemana-mana.Dia ingin mengingatkan Janeetha akan kendali yang tak terlihat namun begitu kuat yang telah ia bangun di sekelilingnya.Dengan tenang, Dikara mendekatkan dirinya pada Janeetha, suara rendahnya seolah hanya untuknya."Jadi," katanya perlahan, senyumnya tetap tak berubah, "kau tak perlu memikirkan hal lain. Ayahmu membutuhkanmu di sini—dan itu artinya kau juga di sini bersamaku."Janeetha mencoba menahan gejolak di hatinya. Sebuah protes hampir meluncur dari bibirnya, tetapi di hadapan ayahnya, ia menahan diri. Hanya soro

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   44.

    Dikara menatap Janeetha yang berdiri di hadapannya, tubuhnya tegang dengan amarah yang jelas terlihat dari sorot matanya.Perlahan, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Tawa kecil keluar dari tenggorokannya, terdengar seperti ejekan yang tak terlalu disembunyikan.“Oh, My Jani…” katanya sambil terkekeh pelan, seolah mendengar lelucon yang hanya ia yang pahami. “Kau tak bersalah. Tidak ada yang perlu kau sesali.”Namun, ucapan itu hanya membuat api dalam diri Janeetha semakin berkobar.“Kalau aku tak bersalah,” katanya, suaranya sedikit bergetar, tetapi ia tidak membiarkan dirinya goyah.“Mengapa kau berbuat seperti ini padaku? Mengapa kau selalu menyakitiku, mencoba mengatur setiap gerakanku, mengontrol semua yang kuinginkan?” Suaranya meninggi, penuh dengan rasa frustasi yang sudah lama ia tahan. “Apa lagi kalau bukan kebencian?”Dikara menatapnya, masih dengan senyum yang semakin menyebalkan di wajahnya. Ia mendekatkan tubuhnya sedikit, menurunkan suaranya menjadi hampir seperti b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   45.

    Setelah beberapa hari dirawat, Pradipa pun diizinkan pulang oleh dokter. Di rumah, Janeetha membantu ayahnya berbaring nyaman di kamarnya setelah perjalanan pulang dari rumah sakit. Tangannya perlahan membenarkan posisi bantal dan memastikan selimut menutupi tubuh ayahnya dengan nyaman. Gayatri duduk di kursi dekat ranjang, memperhatikan keduanya dengan penuh kasih. "Terima kasih, Nak," ucap Pradipa dengan suara lemah tapi penuh syukur, menyentuh tangan Janeetha. “Kalau bukan karena kamu…” Janeetha tersenyum kecil, menahan segala beban yang dirasakannya agar tak terlihat. “Ayah, tidak perlu bilang begitu. Yang penting sekarang ayah bisa fokus pulih.” Gayatri mengangguk, menambahkan, “Iya, Ayahmu butuh banyak istirahat. Dan kamu juga, Janeetha. Akhir-akhir ini kau terlihat lelah sekali.” Janeetha hanya tersenyum tanpa kata, merasa ada begitu banyak hal yang ingin ia sampaikan, tetapi sulit. Ia ingin mengungkapkan kekhawatirannya, tentang Dikara, tentang hidup yang tak bisa sepen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   46.

    "Janeetha? Kau baik-baik saja?" tanya Fabian, nadanya cemas.Janeetha hampir saja membalas secara spontan, tapi ia merasa tatapan Dikara menusuknya, membuatnya sadar bahwa setiap kata yang ia ucapkan akan diawasi.“Ya, Kak … aku baik-baik saja,” jawabnya dengan suara tenang namun datar, berusaha untuk tidak menimbulkan kecurigaan.“Janeetha, aku sudah menemukan seseorang… seseorang yang bisa membantu membuatkan dokumen pentingmu,” suara Fabian terdengar berbisik, seolah ia sadar akan risiko yang Janeetha hadapi.Tubuh Janeetha menegang seketika. Tawaran itu sungguh memikat, tetapi mengetahui jika Dikara mendengarkan setiap kata yang ia ucapkan membuatnya tertekan.Namun, yang membuat Janeetha lebih terkejut adalah Dikara, yang mengangguk kecil padanya, memberi tanda untuk menyetujui ajakan itu.Janeetha menggelengkan kepala dengan cepat, menolak ide suaminya. Seketika Dikara langs

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   47.

    Janeetha menggelengkan kepala pelan, rasa takut bercampur muak dan frustrasi mulai merasuk dalam dirinya."Dikara ... . Kumohon-""Kau pikir aku akan berubah pikiran hanya karena kau memanggilku seperti itu?" Dikara terus maju hingga tubuh Janeetha tertahan oleh sofa."A-Aku tidak ingin ini. Kumohon, berhenti," ucapnya dengan suara yang bergetar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap tegar.Namun, Dikara hanya tersenyum tipis, senyum yang terlihat lebih seperti sebuah peringatan.Pria iru semakin mendekat, dan suaranya turun menjadi bisikan yang mengancam. "Jadi… kau lebih memilih Fabian daripada aku?" tanyanya, dengan nada yang menusuk langsung ke hati Janeetha.Janeetha tercekat diikuti gelengan panik. “Ti-tdak… bukan seperti itu!”"Kalau begitu," lanjut Dikara dengan tenang,menatap lurus ke arah istirnya. "Tunjukkan padaku bahwa aku yang kau pilih. Aku suamimu, Janeetha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   48.

    Tidak ingin terperangkap lebih jauh, Janeetha berusaha mendorong dada Dikara, mencoba menegaskan perlawanan. Tangannya sedikit bergetar, napasnya pendek-pendek. Ia menatap suaminya dengan pandangan penuh kewaspadaan, bibirnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan. Dikara memperhatikan setiap gerakannya, menyelidiki sorot matanya dengan tatapan yang dalam dan penuh tekanan. “Jadi… benar-benar tak ada perasaan untukku?” tanya pria itu, suaranya pelan tetapi dingin, menusuk dengan cara yang membuat Janeetha bergidik. Dikara mendekatkan wajah, mata hitamnya menyapu wajah Janeetha seolah tak memberinya ruang untuk menghindar. Janeetha hanya terdiam, mulutnya terkunci dan hatinya kacau. Sorot matanya mencoba menahan ketegangan yang memuncak. Sementara kebingungan dan keraguannya tak luput dari pandangan Dikara. Dikara tersenyum tipis, senyum yang sinis dan penuh arti.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   113. Nyonya Menghilang, Tuan

    Janeetha memandang ke luar jendela, menyaksikan lampu-lampu jalan yang berkelebat. “Aku hanya ingin jauh dari dia. Itu saja.”“Terkadang, menjauh saja tidak cukup,” kata Arman, nadanya serius. “Kau harus memastikan dia tidak bisa menemukanmu lagi. Itu artinya, kau juga harus menghilangkan apa pun yang bisa mengikatmu padanya.”Kata-kata itu membuat Janeetha terdiam. Ia tahu maksud Arman, tapi memutuskan semua itu tidaklah mudah. Ada terlalu banyak hal yang masih menahannya, meskipun ia tahu semua itu juga yang membuatnya terjebak.Mobil melambat saat memasuki sebuah gang kecil. Arman menghentikan kendaraan dan mematikan mesin. “Kita ganti mobil di sini,” ujarnya singkat.Janeetha menatapnya dengan cemas. “Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?”“Tidak,” jawab Arman sambil turun dari mobil. “Ini hanya langkah pengamanan. Fabian memastikan kita tidak meninggalkan jejak.”Janeetha turun dari mobil, memeluk tas kecilnya erat-erat. Di depan mereka, sebuah mobil lain sudah menunggu. Seorang wa

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   112. Menuju Kebebasan

    Rusli merasa seluruh tubuhnya membeku.Namun, sebelum ia bisa menjawab, Dikara melanjutkan, “Dengar, Rusli. Aku sudah cukup lama bekerja denganmu untuk tahu kapan kau mulai berbohong. Jika kau menyembunyikan apa pun dariku…”Pria itu sengaja berhenti sejenak, agar Rusli benar-benar memikirkan kembali tindakannya. “Aku sendiri yang akan memastikan bahwa kau menyesali keputusan ini.”“Tentu tidak, Tuan,” jawab Rusli cepat, mencoba menenangkan situasi. “Saya hanya mencoba melindungi kepentingan Anda.”“Kalau begitu, buktikan!” sahut Dikara dingin. “Kau punya waktu sampai tengah hari untuk membawa laporan tentang Fabian dan rekaman yang kuminta. Kalau tidak…” Dikara tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi ancamannya jelas terasa.“Saya mengerti, Tuan,” balas Rusli dengan nada patuh.Sambungan telepon pun terputus, meninggalkan Rusli dalam diam. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu Dikara semakin curiga, dan waktunya untuk membantu Janeetha semakin sed

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   111. Dia Pergi...

    Hingga akhirnya saat pintu itu terbuka, udara dingin dari luar langsung menyambutnya.Janeetha sempat terdiam sepersekian detik menikmati aroma udara kebebasan lalu bergegas keluar melangkah keluar. Rasanya, dadanya ingin meledak saat kakinya melewati pintu dan merasakan kebebasan kecil untuk pertama kalinya. Namun, ia tahu ini baru permulaan.Di kejauhan, sebuah mobil hitam dengan kaca gelap menunggunya. Sopirnya mengangguk cepat begitu melihat Janeetha.Saat kaca jendela bagian supir turun, pria itu berkata, “Cepat masuk!”Tanpa ragu, Janeetha mempercepat langkahnya dan bergegas masuk ke dalam mobil, menutup pintu di belakangnya.Mobil pun mulai bergerak. Janeetha menatap keluar jendela, menyaksikan hotel itu menjauh.Rasa haru dan bahagia begitu membuncah menyesakkan dadanya hingga akhirnya air mata merebak di pelupuk mata wanita itu. Ia bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar isakannya tidak keluar.Supi

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   110. Bantuan Elena

    Pagi hari di hotel itu tenang.Namun, bagi Janeetha, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti berjalan di seutas tali yang berada di atas lautan api.Semalam, ia tak dapat memejamkan matanya dengan tenang karena terlalu bersemangat sekaligus khawatir.Tak ingin membuang waktu, Janeetha bergegas keluar dari kamarnya dan turun. Ia mengenakan gaun ringan berwarna pastel, dengan tas kecil yang tersampir di pundaknya.Penampilannya memang terlihat santai, tetapi hatinya tidak tenang.Suara langkah kakinya yang beradu dengan lantai marmer di lorong menggema, mengiringi jantungnya yang berdetak cukup kencang.Di dalam lift menuju spa, Janeetha mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran di dada. Ia tahu bahwa setiap detik pagi ini penting, dan ia harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Ketika pintu lift terbuka, aroma terapi lavender langsung menyambutJaneetha. Musik lembut mengalun di latar belakang, memberikan ilusi ketenangan yang

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   109. Terbakar Obsesi

    Dikara duduk di kursi besar di ruang kerja hotelnya. Pria itu sedang membaca laporan yang dikirim oleh beberapa orang suruhannya yang mengikuti Janeetha.Mata hitamnya menelusuri setiap detail dalam laporan itu, mencoba menemukan sesuatu yang luput dari perhatian. Sejauh ini, tidak ada gerakan mencurigakan dari Janeetha. Ia tetap berada di hotel, berjalan-jalan di area sekitar tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin kabur.Namun, rasa lega yang seharusnya muncul malah tenggelam dalam pusaran rasa tidak puas yang semakin dalam.Dikara meletakkan ponselnya ke atas meja dengan gerakan kasar, suara benda itu menyentak keheningan ruangan. Ia menyandarkan punggung ke kursi, tetapi bukannya merasa nyaman, tubuhnya terasa semakin tegang.Tatapannya kosong, terpaku pada sesuatu yang tak terlihat di depan sana. Pikirannya berputar begitu cepat, seperti mesin yang tak pernah berhenti bekerja, hingga dada terasa sesak.“Kenapa rasanya semua ini masih salah?” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan kep

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   108. Tak Sabar

    BAB 108 - "Langkah di Bawah Bayang-Bayang"Dingin malam menyentuh kulit Janeetha saat ia turun dari taksi. Matanya mengamati hotel mewah yang menjulang di hadapannya—tempat yang telah dipesankan Rusli untuknya.Pilihannya tampak disengaja, hotel ini memiliki keamanan tinggi, membuat siapa pun sulit bertindak ceroboh. Namun, Janeetha tahu, di balik kenyamanan ini, Dikara tetap menebarkan bayang-bayangnya.Janeetha melangkah masuk ke lobi hotel dengan langkah percaya diri, meski hatinya dipenuhi ketegangan. Aroma wangi kayu cendana memenuhi udara, bercampur dengan keheningan khas hotel bintang lima. Seorang resepsionis wanita menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat malam, Nyonya. Apa yang bisa kami bantu?”Janeetha menyerahkan dokumen yang telah diberikan Rusli kepadanya. “Saya ingin check-in. Nama saya sudah terdaftar di bawah reservasi.”“Baik, Nyonya. Sebentar ya,” jawab resepsionis dengan sopan, mengetik cepat di komputer.Janeetha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   107.

    Malam semakin larut, tetapi Dikara tetap terjaga. Ia duduk dalam kegelapan kamar hotelnya, hanya diterangi oleh lampu-lampu kota yang redup dari balik jendela besar yang tirainya sengaja ia biarkan terbuka. Tatapannya kosong, mengarah ke panorama malam yang tak memberikan ketenangan apa pun pada pikirannya.Segelas whiskey di tangan Dikara kini tinggal separuh. Ia menyesapnya perlahan, merasakan panasnya mengalir di tenggorokan, tetapi itu tak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang terus membakar pikirannya.Pikirannya tertuju pada Janeetha. Ia tahu, saat ini wanita itu masih berada di atas pesawat, menuju Ardenton dalam penerbangan panjang yang melelahkan."Dia pasti merasa bosan sendirian di pesawat," gumam Dikara pelan. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi senyum itu segera pudar, tergantikan oleh ekspresi masam."Astaga, aku bertingkah seperti orang bodoh," desisnya sambil mendecak keras. Ia memalingkan wajahnya ke arah meja kecil di dekat tempat tidurnya, di mana ponseln

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   106. Rapuh

    Dikara duduk di kursi kulit hitam yang mewah di sudut suite hotelnya. Pemandangan kota yang gemerlap terbentang di balik dinding kaca, tetapi pikirannya berada di tempat lain. Jemarinya menggenggam ponsel dengan erat, membaca ulang pesan singkat yang baru saja diterimanya.[Pesawat Nyonya sudah take off, Tuan.]Pria itu mengetukkan jarinya ke meja dengan ritme pelan namun teratur, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali pikirannya terganggu.“Kenapa rasanya ada yang salah?” gumamnya pelan.Dikara mencoba membuang pikiran itu dengan meminum kopi hitam di depannya. Rasanya pahit, seperti perasaannya saat ini.Ia sudah memastikan semuanya terkendali—menempatkan orang-orangnya di dekat Janeetha, memastikan keberadaannya diketahui setiap saat, bahkan menyiapkan rencana cadangan.Namun, tetap saja, hati pria itu terasa gelisah.Pikirannya mulai berputar. Bagaimana jika Janeetha benar-benar mencoba melarikan diri darinya? Bagaimana jika...“Tidak,” gumamnya lagi, lebih keras kali ini, seaka

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   105. Menuju Kebebasan

    Perjalanan menuju bandara terasa begitu panjang bagi Janeetha, meskipun jam di dashboard mobil menunjukkan waktu terus bergulir. Jalanan sore itu cukup lengang, tetapi di dalam kendaraan, suasana penuh dengan ketegangan yang tak terlihat.Janeetha duduk di kursi belakang, kedua tangannya menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. Matanya melirik keluar jendela, tetapi pikirannya melayang jauh.Rusli yang berada di belakang kemudi mengamati gerak gerik Janeetha beberapa kali melalui kaca spion tengah. Pria itu pun berusaha memecah keheningan.“Nyonya, tenang saja. Saya sudah memastikan rencana ini berjalan dengan baik,” ucapnya, penuh keyakinan.Janeetha mengangguk kecil, tetapi dirinya tetap merasa tegang. Ia tahu Rusli sedang berusaha menenangkannya, tetapi kata-kata pria itu hanya sedikit mengurangi kecemasan yang melingkupi dirinya.“Tapi,” lanjut Rusli, “Akan ada beberapa orang suruhan Tuan Dikara yang ikut dalam penerbangan Anda. Mereka akan mengawasi setiap gerakan Anda di Arden

DMCA.com Protection Status