Share

27. Sakit

Author: DSL
last update Last Updated: 2024-10-19 09:00:38

Janeetha menyelesaikan memotong buah dengan gerakan sedikit tergesa. Ia meletakkan pisau dengan hati-hati, lalu merapikan potongan buah di atas piring.

Sambil menenangkan dirinya, Janeetha mengambil napas dalam-dalam lalu berjalan menuju meja tempat Dikara duduk. Tatapan tajam suaminya tetap mengikuti setiap langkahnya, seolah mengawasi setiap gerakan kecil yang ia lakukan.

Sesampainya di meja, Janeetha meletakkan piring buah di hadapan Dikara, lalu duduk di kursi di sebelahnya.

Tatapan dingin Dikara membuat Janeetha merasa tak nyaman, tetapi ia tetap berusaha bersikap tenang. Ia meraih cangkir teh di depannya dan mulai menyeruput perlahan.

Tiba-tiba, ponsel Dikara yang tergeletak di meja bergetar, memecah keheningan. Keduanya secara spontan menoleh ke arah ponsel tersebut pada saat yang bersamaan. Nama ‘Ameera’ terpampang jelas di layar, dengan tanda panggilan masuk yang berkedip.

 Janeetha terdiam, matanya terpaku pada nama itu,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   28. Tiba-tiba Datang

    Mendengar kabar itu, Janeetha langsung merasakan kepanikan menyergapnya. Tangannya yang memegang ponsel gemetar, seiring tubuhnya menegang. “Ayah sakit lagi?” tanyanya dengan suara tertahan. “Seberapa parah, Bu? Sudah dibawa ke dokter?” “Belum, Nak. Kami sedang menunggu kabar darimu. Ayahmu tidak mau ke rumah sakit tanpa kamu.” Suara Gayatri yang serak dan terbata membuat Janeetha semakin tak karuan. “Aku akan segera ke sana, Bu. Tolong, pastikan Ayah tetap tenang,” pinta Janeetha sebelum menutup telepon. Tanpa membuang waktu, Janeethaa menuju kamar untuk mengambil tas yang tergeletak di meja rias. Dengan tangan yang gemetar, ia cepat-cepat meraih tasnya dari meja, memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tanpa berpikir panjang. Langkah Janeetha yang tergesa menuju pintu apartemen, hampir membuatnya tersandung di karpet. Sambil mencoba menenangkan diri, dia menekan tombol lift dengan jari yang gemetaran. Sesampainya di lobi, Janeetha langsung mencari taksi di depan gedung. Tanpa mem

    Last Updated : 2024-10-20
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   29. Terjebak Pilihan

    Dikara menoleh ke arah Janeetha, menyematkan senyum tipis yang tak sepenuhnya tulus."Apa penting bagaimana cara aku tahu?" Pria itu tampak tenang, meskipun jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan.Janeetha menatapnya, mencoba mencari sesatu di balik tatapan tajam suaminya, tetapi seperti biasa, pikirannya sulit terbaca."Yang terpenting, aku di sini sekarang, menemanimu," lanjut Dikara. Ia terdengar lebih lembut dari biasanya.Jika situasi mereka berbeda, Janeetha mungkin akan merasa terhibur. Namun, bayangan masa lalu mereka yang kelam selalu menghantuinya, membuatnya waspada terhadap setiap perubahan sikap Dikara. Ia tak ingin lagi terjebak dalam perangkap manipulasi suaminya.Janeetha menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi kecurigaan. Dikara berdiri di sampingnya, seolah-olah ia adalah suami yang paling peduli karena mereka sedang berada di luar.Hal ini membuat Janeetha berpikir seberapa banyak topeng ya

    Last Updated : 2024-10-21
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   30. Jejak yang Terpantau

    Janeetha terdiam, pikirannya langsung terpecah. Ia melirik ke arah pintu kamar tempat ayahnya terbaring. “Sekarang?”Seketika dirinya menjadi bimbang. Antara kewajibannya sebagai anak dan rencana kebebasannya.“Ya, sekarang. Ia hanya punya waktu hari ini. Aku takut dia akan kembali menghilang dan tak dapat dihubungi.”Mendapati Janeetha tak langsung memberi keputusan, di seberang sana Fabian menghela napas membuat Janeetha merasa situasi ini semakin berat.“Jani, kalau kau nggak temui dia sekarang, kesempatan ini bisa hilang. Kamu tahu ini penting. Aku tahu situasimu saat ini sulit, tapi kamu harus pilih. Orang ini tidak dapat menunggu lama.”Perasaan Janeetha semakin kalut dan ia hanya bisa terpaku di tempat duduknya. Ia takut jika berkata terlalu banyak, Fabian akan semakin khawatir dan ingin berada di sini bersamanya. Dan Janeetha tahu, semakin lama ia menunda, situasinya semakin rumit.“Jani? Kenapa? Apa Dikara membuat masalah lagi denga

    Last Updated : 2024-10-22
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   31. Pertemuan yang Tak Sesuai Harapan

    Janeetha melangkah dengan hati-hati, memasuki sebuah bangunan tua yang tampak tak terawat.Fabian mengatakan ini adalah tempat yang aman, tempat Janeetha bisa bertemu dengan seseorang yang akan membantunya melarikan diri. Namun, semakin dekat ia menuju pintu masuk, rasa ragu menyelinap di hatinya.Kafe kecil yang Janeetha masuki tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang duduk dengan gelas kopi mereka.Di sudut ruangan, seorang pria berusia paruh baya duduk sendirian, ekspresinya keras dan tidak bersahabat.Janeetha menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri menghampirinya. Sepertinya pria itu cocok dengan ciri-ciri yang Fabian kirimkan padanya."Apakah Anda orang yang direkomendasikan Fabian?" tanya Janeetha nyaris lirih. Ia menggenggam erat jemarinya sendiri.Pria itu mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan dingin. "Siapa namamu?" tanyanya singkat tanpa basa-basi.“Janeetha."Masih dengan tatapan dingin, pria itu memberi isyarat Janeetha duduk dengan dagunya yang langsung dip

    Last Updated : 2024-10-23
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   32. Pulang. Sekarang.

    Setelah membayar taksi, Janeetha berlari secepat yang ia mampu menuju tempat ayahnya berada.Napasnya tersengal, detak jantungnya yang seakan ingin meledak. Ia berharap dirinya tidak lebih terlambat dari Dikara hingga membuat pria itu murka.Saat Janeetha telah melihat pintu ruang ICU, ia memperlambat langkahnya sembari mengatur napas. Kecemasan begitu mencengkeram kuat dirinya saat ia mendorong pintu ruang tunggu tersebut.Dan Janeetha semakin menegang karena yang ia lihat hanyalah Dikara yang sedang duduk di kursi penunggu. Sementara Rusli berdiri tak jauh darinya.Rusli menjadi orang pertama yang mengetahui kedatangan Janeetha. Tatapannya singkat tetapi penuh makna, meskipun pria itu tidak berkata apa-apa. Ada sesuatu dari cara pria itu memandangnya, tetapi ia terlalu tegang untuk memikirkan hal itu lebih lanjut.Fokusnya langsung tertuju pada Dikara. Pria itu masih tampak tenang, dengan tablet di tangannya. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun dan itu hanya membuat Janeetha sem

    Last Updated : 2024-10-23
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   33. Keadaan Mencekam

    Ketika mobil melaju meninggalkan rumah sakit, Janeetha duduk di kursi penumpang, matanya menatap kosong ke luar jendela.Bayangan wajah ayahnya yang terbaring lemah di ICU masih terpatri kuat dalam ingatannya.Namun, bukan hanya itu yang menghantui pikirannya—tapi juga apa yang akan menantinya di rumah.Dikara duduk di sampingnya, mengemudi dengan tenang. Keheningan di antara mereka begitu tegang, seolah-olah setiap tarikan napas mereka dapat memicu ledakan baru.Janeetha dapat merasakan aura mengancam yang terpancar dari suaminya, meski pria itu tidak berkata sepatah kata pun sejak meninggalkan rumah sakit.Seluruh tubuh Janeetha mulai gemetar, tetapi ia berusaha keras menahan. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan suaminya—tidak lagi.Bagaimanapun, di balik ketakutannya, ada dorongan kuat untuk bertahan, untuk mencari celah yang bisa ia gunakan melarikan diri dari pria yang mengendalikan hidupnya.Tiba-tiba, Dikara berbicar

    Last Updated : 2024-10-24
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   34.

    Janeetha menelan ludah, tubuhnya kaku di bawah sentuhan Dikara yang dingin tetapi penuh kendali. Napasnya terasa berat. Ia tahu pertanyaan suaminya bukan sekadar pertanyaan biasa, melainkan sebuah peringatan.“S-siap untuk apa?” suara Janeetha terdengar bergetar, meski ia berusaha keras untuk tetap tenang.Dikara kembali tersenyum tipis, tatapannya menyelidik melalui pantulan di cermin. Kedua tangan yang menggenggam bahu Janeetha mulai bergerak pelan, turun ke lengannya, memaksa tubuhnya untuk bereaksi dengan ketegangan yang semakin memuncak."Kau tahu apa yang kumaksud, Janeetha," Dikara berbisik lagi, membuat Janeetha semakin terjepit di antara rasa takut dan kepasrahan.Janeetha tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, menatap pantulan dirinya yang tampak semakin kecil dan tak berdaya. Seolah dirinya yang di dalam cermin itu bukanlah dirinya yang sebenarnya—melainkan bayangan dari seorang wanita yang hilang kendali.Dikara tertawa kecil, tawa yang terasa seolah mencemooh ke

    Last Updated : 2024-10-24
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   35. Kepuasan

    "Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melawan lagi, bukan?" Ia melontarkan pertanyaan yang tak memerlukan jawaban.Janeetha tahu, Dikara selalu punya cara untuk memastikan ia tak bisa lari. Tak ada yang luput dari kendali pria itu—baik tubuh maupun pikirannya sudah lama menjadi milik Dikara.Sayangnya, kali ini Janeetha menolak menyerah sepenuhnya.“Aku tahu,” jawab Janeetha pelan, suaranya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat Dikara merasa puas.Dikara tersenyum kecil, kemenangan terpancar di wajahnya. "Bagus."Sebelum pria itu bangkit dari tempat tidur, ia sempat mencium bibir Janeetha sekali lagi, lalu berjalan menuju jendela kamar.Janeetha yang masih berusaha menguasai dirinya, mengamati punggung suaminya yang terlihat seperti monster dalam bayangan malam.Dengan gerakan perlahan Dikara membuka tirai, seolah memperlihatkan bahwa dunia di luar itu miliknya—dan Janeetha, hanyalah boneka yang tak punya tempat selain di sampingnya.“Kau boleh istirahat malam ini,” lanjut

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   113. Nyonya Menghilang, Tuan

    Janeetha memandang ke luar jendela, menyaksikan lampu-lampu jalan yang berkelebat. “Aku hanya ingin jauh dari dia. Itu saja.”“Terkadang, menjauh saja tidak cukup,” kata Arman, nadanya serius. “Kau harus memastikan dia tidak bisa menemukanmu lagi. Itu artinya, kau juga harus menghilangkan apa pun yang bisa mengikatmu padanya.”Kata-kata itu membuat Janeetha terdiam. Ia tahu maksud Arman, tapi memutuskan semua itu tidaklah mudah. Ada terlalu banyak hal yang masih menahannya, meskipun ia tahu semua itu juga yang membuatnya terjebak.Mobil melambat saat memasuki sebuah gang kecil. Arman menghentikan kendaraan dan mematikan mesin. “Kita ganti mobil di sini,” ujarnya singkat.Janeetha menatapnya dengan cemas. “Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?”“Tidak,” jawab Arman sambil turun dari mobil. “Ini hanya langkah pengamanan. Fabian memastikan kita tidak meninggalkan jejak.”Janeetha turun dari mobil, memeluk tas kecilnya erat-erat. Di depan mereka, sebuah mobil lain sudah menunggu. Seorang wa

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   112. Menuju Kebebasan

    Rusli merasa seluruh tubuhnya membeku.Namun, sebelum ia bisa menjawab, Dikara melanjutkan, “Dengar, Rusli. Aku sudah cukup lama bekerja denganmu untuk tahu kapan kau mulai berbohong. Jika kau menyembunyikan apa pun dariku…”Pria itu sengaja berhenti sejenak, agar Rusli benar-benar memikirkan kembali tindakannya. “Aku sendiri yang akan memastikan bahwa kau menyesali keputusan ini.”“Tentu tidak, Tuan,” jawab Rusli cepat, mencoba menenangkan situasi. “Saya hanya mencoba melindungi kepentingan Anda.”“Kalau begitu, buktikan!” sahut Dikara dingin. “Kau punya waktu sampai tengah hari untuk membawa laporan tentang Fabian dan rekaman yang kuminta. Kalau tidak…” Dikara tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi ancamannya jelas terasa.“Saya mengerti, Tuan,” balas Rusli dengan nada patuh.Sambungan telepon pun terputus, meninggalkan Rusli dalam diam. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu Dikara semakin curiga, dan waktunya untuk membantu Janeetha semakin sed

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   111. Dia Pergi...

    Hingga akhirnya saat pintu itu terbuka, udara dingin dari luar langsung menyambutnya.Janeetha sempat terdiam sepersekian detik menikmati aroma udara kebebasan lalu bergegas keluar melangkah keluar. Rasanya, dadanya ingin meledak saat kakinya melewati pintu dan merasakan kebebasan kecil untuk pertama kalinya. Namun, ia tahu ini baru permulaan.Di kejauhan, sebuah mobil hitam dengan kaca gelap menunggunya. Sopirnya mengangguk cepat begitu melihat Janeetha.Saat kaca jendela bagian supir turun, pria itu berkata, “Cepat masuk!”Tanpa ragu, Janeetha mempercepat langkahnya dan bergegas masuk ke dalam mobil, menutup pintu di belakangnya.Mobil pun mulai bergerak. Janeetha menatap keluar jendela, menyaksikan hotel itu menjauh.Rasa haru dan bahagia begitu membuncah menyesakkan dadanya hingga akhirnya air mata merebak di pelupuk mata wanita itu. Ia bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar isakannya tidak keluar.Supi

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   110. Bantuan Elena

    Pagi hari di hotel itu tenang.Namun, bagi Janeetha, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti berjalan di seutas tali yang berada di atas lautan api.Semalam, ia tak dapat memejamkan matanya dengan tenang karena terlalu bersemangat sekaligus khawatir.Tak ingin membuang waktu, Janeetha bergegas keluar dari kamarnya dan turun. Ia mengenakan gaun ringan berwarna pastel, dengan tas kecil yang tersampir di pundaknya.Penampilannya memang terlihat santai, tetapi hatinya tidak tenang.Suara langkah kakinya yang beradu dengan lantai marmer di lorong menggema, mengiringi jantungnya yang berdetak cukup kencang.Di dalam lift menuju spa, Janeetha mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran di dada. Ia tahu bahwa setiap detik pagi ini penting, dan ia harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Ketika pintu lift terbuka, aroma terapi lavender langsung menyambutJaneetha. Musik lembut mengalun di latar belakang, memberikan ilusi ketenangan yang

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   109. Terbakar Obsesi

    Dikara duduk di kursi besar di ruang kerja hotelnya. Pria itu sedang membaca laporan yang dikirim oleh beberapa orang suruhannya yang mengikuti Janeetha.Mata hitamnya menelusuri setiap detail dalam laporan itu, mencoba menemukan sesuatu yang luput dari perhatian. Sejauh ini, tidak ada gerakan mencurigakan dari Janeetha. Ia tetap berada di hotel, berjalan-jalan di area sekitar tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin kabur.Namun, rasa lega yang seharusnya muncul malah tenggelam dalam pusaran rasa tidak puas yang semakin dalam.Dikara meletakkan ponselnya ke atas meja dengan gerakan kasar, suara benda itu menyentak keheningan ruangan. Ia menyandarkan punggung ke kursi, tetapi bukannya merasa nyaman, tubuhnya terasa semakin tegang.Tatapannya kosong, terpaku pada sesuatu yang tak terlihat di depan sana. Pikirannya berputar begitu cepat, seperti mesin yang tak pernah berhenti bekerja, hingga dada terasa sesak.“Kenapa rasanya semua ini masih salah?” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan kep

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   108. Tak Sabar

    BAB 108 - "Langkah di Bawah Bayang-Bayang"Dingin malam menyentuh kulit Janeetha saat ia turun dari taksi. Matanya mengamati hotel mewah yang menjulang di hadapannya—tempat yang telah dipesankan Rusli untuknya.Pilihannya tampak disengaja, hotel ini memiliki keamanan tinggi, membuat siapa pun sulit bertindak ceroboh. Namun, Janeetha tahu, di balik kenyamanan ini, Dikara tetap menebarkan bayang-bayangnya.Janeetha melangkah masuk ke lobi hotel dengan langkah percaya diri, meski hatinya dipenuhi ketegangan. Aroma wangi kayu cendana memenuhi udara, bercampur dengan keheningan khas hotel bintang lima. Seorang resepsionis wanita menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat malam, Nyonya. Apa yang bisa kami bantu?”Janeetha menyerahkan dokumen yang telah diberikan Rusli kepadanya. “Saya ingin check-in. Nama saya sudah terdaftar di bawah reservasi.”“Baik, Nyonya. Sebentar ya,” jawab resepsionis dengan sopan, mengetik cepat di komputer.Janeetha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   107.

    Malam semakin larut, tetapi Dikara tetap terjaga. Ia duduk dalam kegelapan kamar hotelnya, hanya diterangi oleh lampu-lampu kota yang redup dari balik jendela besar yang tirainya sengaja ia biarkan terbuka. Tatapannya kosong, mengarah ke panorama malam yang tak memberikan ketenangan apa pun pada pikirannya.Segelas whiskey di tangan Dikara kini tinggal separuh. Ia menyesapnya perlahan, merasakan panasnya mengalir di tenggorokan, tetapi itu tak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang terus membakar pikirannya.Pikirannya tertuju pada Janeetha. Ia tahu, saat ini wanita itu masih berada di atas pesawat, menuju Ardenton dalam penerbangan panjang yang melelahkan."Dia pasti merasa bosan sendirian di pesawat," gumam Dikara pelan. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi senyum itu segera pudar, tergantikan oleh ekspresi masam."Astaga, aku bertingkah seperti orang bodoh," desisnya sambil mendecak keras. Ia memalingkan wajahnya ke arah meja kecil di dekat tempat tidurnya, di mana ponseln

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   106. Rapuh

    Dikara duduk di kursi kulit hitam yang mewah di sudut suite hotelnya. Pemandangan kota yang gemerlap terbentang di balik dinding kaca, tetapi pikirannya berada di tempat lain. Jemarinya menggenggam ponsel dengan erat, membaca ulang pesan singkat yang baru saja diterimanya.[Pesawat Nyonya sudah take off, Tuan.]Pria itu mengetukkan jarinya ke meja dengan ritme pelan namun teratur, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali pikirannya terganggu.“Kenapa rasanya ada yang salah?” gumamnya pelan.Dikara mencoba membuang pikiran itu dengan meminum kopi hitam di depannya. Rasanya pahit, seperti perasaannya saat ini.Ia sudah memastikan semuanya terkendali—menempatkan orang-orangnya di dekat Janeetha, memastikan keberadaannya diketahui setiap saat, bahkan menyiapkan rencana cadangan.Namun, tetap saja, hati pria itu terasa gelisah.Pikirannya mulai berputar. Bagaimana jika Janeetha benar-benar mencoba melarikan diri darinya? Bagaimana jika...“Tidak,” gumamnya lagi, lebih keras kali ini, seaka

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   105. Menuju Kebebasan

    Perjalanan menuju bandara terasa begitu panjang bagi Janeetha, meskipun jam di dashboard mobil menunjukkan waktu terus bergulir. Jalanan sore itu cukup lengang, tetapi di dalam kendaraan, suasana penuh dengan ketegangan yang tak terlihat.Janeetha duduk di kursi belakang, kedua tangannya menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. Matanya melirik keluar jendela, tetapi pikirannya melayang jauh.Rusli yang berada di belakang kemudi mengamati gerak gerik Janeetha beberapa kali melalui kaca spion tengah. Pria itu pun berusaha memecah keheningan.“Nyonya, tenang saja. Saya sudah memastikan rencana ini berjalan dengan baik,” ucapnya, penuh keyakinan.Janeetha mengangguk kecil, tetapi dirinya tetap merasa tegang. Ia tahu Rusli sedang berusaha menenangkannya, tetapi kata-kata pria itu hanya sedikit mengurangi kecemasan yang melingkupi dirinya.“Tapi,” lanjut Rusli, “Akan ada beberapa orang suruhan Tuan Dikara yang ikut dalam penerbangan Anda. Mereka akan mengawasi setiap gerakan Anda di Arden

DMCA.com Protection Status