แชร์

22. Meragu

ผู้เขียน: DSL
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-16 09:00:01

Janeetha duduk di ruang santai, tangannya masih mengusap pipi yang tadi dikecup Dikara sebelum ia pergi bekerja.

Kecupan itu. Meskipun singkat, tetapi terasa … aneh.

Seperti menyimpan sesuatu di baliknya yang membuat Janeetha tergugu lama, merenungi perubahan drastis suaminya sejak semalam.

Mereka memang sudah berhubungan suami istri berkali-kali. Biasanya, Dikara selalu mengambil kendali penuh, mengatur setiap gerakan dengan kasar, memancarkan dominasi yang begitu kuat hingga Janeetha nyaris tak memiliki ruang untuk mengekspresikan dirinya. Bahkan untuk bernapas saja kadang sulit!  

Namun, semalam … lain.

Ada momen di mana Dikara tampak membiarkannya mengendalikan, memberi Janeetha kebebasan yang jarang sekali ia rasakan.

"Dia benar-benar membiarkan aku berada di atasnya," gumam Janeetha dalam hati, sedikit tak percaya. Wajahnya menghangat perlahan seiring gelenyar aneh muncul dalam perutnya, mengingat

บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   23. Dalam Intaian

    "Aku … belum bisa, Maura..." Janeetha menjawab pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. "Mereka tak tahu apa-apa. Aku... tak mau mereka khawatir atau... merasa gagal sebagai orang tua. Mereka sudah cukup terbebani dengan masalah bisnis keluarga. Bahkan saat menyerahkanku pada Dikara karena untuk membantu perusahaan saja, Ayah merasa sangat bersalah padaku."Maura mendesah panjang dari seberang telepon, suaranya menunjukkan simpati. "Tapi, Jani, mereka pasti ingin tahu. Mereka berhak tahu apa yang kau alami."Janeetha menutup matanya, menahan air mata yang menggenang di sudutnya. "Aku tahu... tapi aku takut, Maura." Suaranya bergetar. "Jika mereka tahu dan mencoba ikut campur, aku... aku khawatir Dikara akan melakukan sesuatu pada mereka. Dia bisa berbuat apa saja. Aku tak sanggup membayangkan jika sesuatu terjadi pada Ayah dan Ibu karena aku."Suasana hening sesaat. Maura membiarkan Janeetha untuk menenangkan dirinya. Ia pun tak ingin terlalu memaksa sahabatnya y

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-16
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   24. Desakan Waktu

    Siang itu - beberapa hari setelahnya, Janeetha bergerak cepat. Setelah memastikan Dikara tidak akan pulang dalam waktu dekat, ia meraih ponselnya dengan tangan sedikit gemetar saking gugupnya. Tidak ada waktu untuk ragu. Jemari Janeetha menelusuri daftar kontak hingga menemukan nama Maura. Ia menekan tombol panggil. Dan saat menunggu, jantungnya berdetak tidak karuan. Ia sangat lega saat suara Maura terdengar dari seberang. "Janeetha? Ada apa?" Suara Maura terdengar kaget, penuh keprihatinan. Pasalnya baru beberapa hari yang lalu ini menghubunginya. “Aku butuh kabar soal kenalanmu yang dapat membantuku itu. Bagaimana perkembangannya?” Janeetha langsung ke intinya, tidak ingin membuang waktu. Dia butuh solusi, sekarang. Maura terdiam sejenak di ujung telepon membuat Janeetha kembali gelisah. "Aku sudah bicara dengan Kak Fabian," Akhirnya Maura menjawab. "Dia yang sekarang mengurus semuanya. Kak Fabian lebih dekat dengan orang itu,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-17
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   25. Persimpangan Rasa

    “Kalau uang yang menjadi masalah, aku dapat membantumu. Aku akan kirimkan biaya tiket ke mana pun kau ingin pergi. Tak usah khawatir soal itu.”Janeetha terkejut dan panik. "Apa? Tidak, Kak! Aku tak bisa menerimanya. Kau sudah melakukan terlalu banyak untukku. Kejadian terakhir saja... aku sudah berhutang budi besar padamu. Dan sekarang kau menawarkan bantuan lagi? Ini terlalu banyak, Kak...”Tawa miris keluar dari bibir Janeetha. Sementara, hatinya bergulat antara rasa terima kasih dan beban karena terus-menerus bergantung pada pria itu.Namun, Fabian tak menyerah. “Jani, tolong. Aku hanya ingin kau bahagia. Itu saja. Aku tak peduli soal apa yang sudah terjadi atau berapa banyak yang aku lakukan. Yang penting, kau keluar dari situasi ini dengan selamat. Kau pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini.”Janeetha menggigit bibirnya, air mata kembali menggenang di matanya tanpa bisa ia tahan.Fabian selalu begitu. Selalu menawarkan kebaikan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-17
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   26. Jaring Manis

    Setelah memastikan Janeetha terlelap, dengan sangat perlahan Dikara bangun dan turun dari tempat tidur. Pria itu beranjak menuju ruang kerjanya yang ada sisi lain unitnya.Dikara sengaja tak menyalakan lampu setelah berada di dalam. Menikmati cahaya temaram yang berasal dari bulan, melewati jendela lebar yang sengaja tak ia tutup dengan tirai.Dilangkahkannya kaki menuju sudut ruangan dimana mini bar berada. Dikara membalik sebuah gelas lalu menuangnya dengan whiskey. Ia berpindah menuju salah satu jendela dengan membawa serta gelas tersebut.Dalam ruang pribadinya, Dikara kembali menunjukkan sikapnya yang sangat berbeda dengan pria lembut yang Janeetha lihat sepanjang hari itu. Matanya tajam, dingin, sambil menatap ke kejauhan. Sesekali menyesap minuman yang ia bawa.Perlahan-lahan, ia mengeluarkan ponselnya dari sak celana dan menekan nomor Rusli. Hanya satu kali terdengar nada sambung dan Rusli telah menerima panggilan tersebut.“Ya, Tuan?”“Rusli, aku ingin kau menggali lebih dalam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-18
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   27. Sakit

    Janeetha menyelesaikan memotong buah dengan gerakan sedikit tergesa. Ia meletakkan pisau dengan hati-hati, lalu merapikan potongan buah di atas piring.Sambil menenangkan dirinya, Janeetha mengambil napas dalam-dalam lalu berjalan menuju meja tempat Dikara duduk. Tatapan tajam suaminya tetap mengikuti setiap langkahnya, seolah mengawasi setiap gerakan kecil yang ia lakukan.Sesampainya di meja, Janeetha meletakkan piring buah di hadapan Dikara, lalu duduk di kursi di sebelahnya.Tatapan dingin Dikara membuat Janeetha merasa tak nyaman, tetapi ia tetap berusaha bersikap tenang. Ia meraih cangkir teh di depannya dan mulai menyeruput perlahan.Tiba-tiba, ponsel Dikara yang tergeletak di meja bergetar, memecah keheningan. Keduanya secara spontan menoleh ke arah ponsel tersebut pada saat yang bersamaan. Nama ‘Ameera’ terpampang jelas di layar, dengan tanda panggilan masuk yang berkedip.Janeetha terdiam, matanya terpaku pada nama itu,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-19
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   28. Tiba-tiba Datang

    Mendengar kabar itu, Janeetha langsung merasakan kepanikan menyergapnya. Tangannya yang memegang ponsel gemetar, seiring tubuhnya menegang. “Ayah sakit lagi?” tanyanya dengan suara tertahan. “Seberapa parah, Bu? Sudah dibawa ke dokter?” “Belum, Nak. Kami sedang menunggu kabar darimu. Ayahmu tidak mau ke rumah sakit tanpa kamu.” Suara Gayatri yang serak dan terbata membuat Janeetha semakin tak karuan. “Aku akan segera ke sana, Bu. Tolong, pastikan Ayah tetap tenang,” pinta Janeetha sebelum menutup telepon. Tanpa membuang waktu, Janeethaa menuju kamar untuk mengambil tas yang tergeletak di meja rias. Dengan tangan yang gemetar, ia cepat-cepat meraih tasnya dari meja, memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tanpa berpikir panjang. Langkah Janeetha yang tergesa menuju pintu apartemen, hampir membuatnya tersandung di karpet. Sambil mencoba menenangkan diri, dia menekan tombol lift dengan jari yang gemetaran. Sesampainya di lobi, Janeetha langsung mencari taksi di depan gedung. Tanpa mem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-20
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   29. Terjebak Pilihan

    Dikara menoleh ke arah Janeetha, menyematkan senyum tipis yang tak sepenuhnya tulus."Apa penting bagaimana cara aku tahu?" Pria itu tampak tenang, meskipun jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan.Janeetha menatapnya, mencoba mencari sesatu di balik tatapan tajam suaminya, tetapi seperti biasa, pikirannya sulit terbaca."Yang terpenting, aku di sini sekarang, menemanimu," lanjut Dikara. Ia terdengar lebih lembut dari biasanya.Jika situasi mereka berbeda, Janeetha mungkin akan merasa terhibur. Namun, bayangan masa lalu mereka yang kelam selalu menghantuinya, membuatnya waspada terhadap setiap perubahan sikap Dikara. Ia tak ingin lagi terjebak dalam perangkap manipulasi suaminya.Janeetha menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi kecurigaan. Dikara berdiri di sampingnya, seolah-olah ia adalah suami yang paling peduli karena mereka sedang berada di luar.Hal ini membuat Janeetha berpikir seberapa banyak topeng ya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-21
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   30. Jejak yang Terpantau

    Janeetha terdiam, pikirannya langsung terpecah. Ia melirik ke arah pintu kamar tempat ayahnya terbaring. “Sekarang?”Seketika dirinya menjadi bimbang. Antara kewajibannya sebagai anak dan rencana kebebasannya.“Ya, sekarang. Ia hanya punya waktu hari ini. Aku takut dia akan kembali menghilang dan tak dapat dihubungi.”Mendapati Janeetha tak langsung memberi keputusan, di seberang sana Fabian menghela napas membuat Janeetha merasa situasi ini semakin berat.“Jani, kalau kau nggak temui dia sekarang, kesempatan ini bisa hilang. Kamu tahu ini penting. Aku tahu situasimu saat ini sulit, tapi kamu harus pilih. Orang ini tidak dapat menunggu lama.”Perasaan Janeetha semakin kalut dan ia hanya bisa terpaku di tempat duduknya. Ia takut jika berkata terlalu banyak, Fabian akan semakin khawatir dan ingin berada di sini bersamanya. Dan Janeetha tahu, semakin lama ia menunda, situasinya semakin rumit.“Jani? Kenapa? Apa Dikara membuat masalah lagi denga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-22

บทล่าสุด

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   113. Nyonya Menghilang, Tuan

    Janeetha memandang ke luar jendela, menyaksikan lampu-lampu jalan yang berkelebat. “Aku hanya ingin jauh dari dia. Itu saja.”“Terkadang, menjauh saja tidak cukup,” kata Arman, nadanya serius. “Kau harus memastikan dia tidak bisa menemukanmu lagi. Itu artinya, kau juga harus menghilangkan apa pun yang bisa mengikatmu padanya.”Kata-kata itu membuat Janeetha terdiam. Ia tahu maksud Arman, tapi memutuskan semua itu tidaklah mudah. Ada terlalu banyak hal yang masih menahannya, meskipun ia tahu semua itu juga yang membuatnya terjebak.Mobil melambat saat memasuki sebuah gang kecil. Arman menghentikan kendaraan dan mematikan mesin. “Kita ganti mobil di sini,” ujarnya singkat.Janeetha menatapnya dengan cemas. “Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?”“Tidak,” jawab Arman sambil turun dari mobil. “Ini hanya langkah pengamanan. Fabian memastikan kita tidak meninggalkan jejak.”Janeetha turun dari mobil, memeluk tas kecilnya erat-erat. Di depan mereka, sebuah mobil lain sudah menunggu. Seorang wa

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   112. Menuju Kebebasan

    Rusli merasa seluruh tubuhnya membeku.Namun, sebelum ia bisa menjawab, Dikara melanjutkan, “Dengar, Rusli. Aku sudah cukup lama bekerja denganmu untuk tahu kapan kau mulai berbohong. Jika kau menyembunyikan apa pun dariku…”Pria itu sengaja berhenti sejenak, agar Rusli benar-benar memikirkan kembali tindakannya. “Aku sendiri yang akan memastikan bahwa kau menyesali keputusan ini.”“Tentu tidak, Tuan,” jawab Rusli cepat, mencoba menenangkan situasi. “Saya hanya mencoba melindungi kepentingan Anda.”“Kalau begitu, buktikan!” sahut Dikara dingin. “Kau punya waktu sampai tengah hari untuk membawa laporan tentang Fabian dan rekaman yang kuminta. Kalau tidak…” Dikara tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi ancamannya jelas terasa.“Saya mengerti, Tuan,” balas Rusli dengan nada patuh.Sambungan telepon pun terputus, meninggalkan Rusli dalam diam. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu Dikara semakin curiga, dan waktunya untuk membantu Janeetha semakin sed

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   111. Dia Pergi...

    Hingga akhirnya saat pintu itu terbuka, udara dingin dari luar langsung menyambutnya.Janeetha sempat terdiam sepersekian detik menikmati aroma udara kebebasan lalu bergegas keluar melangkah keluar. Rasanya, dadanya ingin meledak saat kakinya melewati pintu dan merasakan kebebasan kecil untuk pertama kalinya. Namun, ia tahu ini baru permulaan.Di kejauhan, sebuah mobil hitam dengan kaca gelap menunggunya. Sopirnya mengangguk cepat begitu melihat Janeetha.Saat kaca jendela bagian supir turun, pria itu berkata, “Cepat masuk!”Tanpa ragu, Janeetha mempercepat langkahnya dan bergegas masuk ke dalam mobil, menutup pintu di belakangnya.Mobil pun mulai bergerak. Janeetha menatap keluar jendela, menyaksikan hotel itu menjauh.Rasa haru dan bahagia begitu membuncah menyesakkan dadanya hingga akhirnya air mata merebak di pelupuk mata wanita itu. Ia bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar isakannya tidak keluar.Supi

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   110. Bantuan Elena

    Pagi hari di hotel itu tenang.Namun, bagi Janeetha, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti berjalan di seutas tali yang berada di atas lautan api.Semalam, ia tak dapat memejamkan matanya dengan tenang karena terlalu bersemangat sekaligus khawatir.Tak ingin membuang waktu, Janeetha bergegas keluar dari kamarnya dan turun. Ia mengenakan gaun ringan berwarna pastel, dengan tas kecil yang tersampir di pundaknya.Penampilannya memang terlihat santai, tetapi hatinya tidak tenang.Suara langkah kakinya yang beradu dengan lantai marmer di lorong menggema, mengiringi jantungnya yang berdetak cukup kencang.Di dalam lift menuju spa, Janeetha mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran di dada. Ia tahu bahwa setiap detik pagi ini penting, dan ia harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Ketika pintu lift terbuka, aroma terapi lavender langsung menyambutJaneetha. Musik lembut mengalun di latar belakang, memberikan ilusi ketenangan yang

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   109. Terbakar Obsesi

    Dikara duduk di kursi besar di ruang kerja hotelnya. Pria itu sedang membaca laporan yang dikirim oleh beberapa orang suruhannya yang mengikuti Janeetha.Mata hitamnya menelusuri setiap detail dalam laporan itu, mencoba menemukan sesuatu yang luput dari perhatian. Sejauh ini, tidak ada gerakan mencurigakan dari Janeetha. Ia tetap berada di hotel, berjalan-jalan di area sekitar tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin kabur.Namun, rasa lega yang seharusnya muncul malah tenggelam dalam pusaran rasa tidak puas yang semakin dalam.Dikara meletakkan ponselnya ke atas meja dengan gerakan kasar, suara benda itu menyentak keheningan ruangan. Ia menyandarkan punggung ke kursi, tetapi bukannya merasa nyaman, tubuhnya terasa semakin tegang.Tatapannya kosong, terpaku pada sesuatu yang tak terlihat di depan sana. Pikirannya berputar begitu cepat, seperti mesin yang tak pernah berhenti bekerja, hingga dada terasa sesak.“Kenapa rasanya semua ini masih salah?” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan kep

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   108. Tak Sabar

    BAB 108 - "Langkah di Bawah Bayang-Bayang"Dingin malam menyentuh kulit Janeetha saat ia turun dari taksi. Matanya mengamati hotel mewah yang menjulang di hadapannya—tempat yang telah dipesankan Rusli untuknya.Pilihannya tampak disengaja, hotel ini memiliki keamanan tinggi, membuat siapa pun sulit bertindak ceroboh. Namun, Janeetha tahu, di balik kenyamanan ini, Dikara tetap menebarkan bayang-bayangnya.Janeetha melangkah masuk ke lobi hotel dengan langkah percaya diri, meski hatinya dipenuhi ketegangan. Aroma wangi kayu cendana memenuhi udara, bercampur dengan keheningan khas hotel bintang lima. Seorang resepsionis wanita menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat malam, Nyonya. Apa yang bisa kami bantu?”Janeetha menyerahkan dokumen yang telah diberikan Rusli kepadanya. “Saya ingin check-in. Nama saya sudah terdaftar di bawah reservasi.”“Baik, Nyonya. Sebentar ya,” jawab resepsionis dengan sopan, mengetik cepat di komputer.Janeetha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   107.

    Malam semakin larut, tetapi Dikara tetap terjaga. Ia duduk dalam kegelapan kamar hotelnya, hanya diterangi oleh lampu-lampu kota yang redup dari balik jendela besar yang tirainya sengaja ia biarkan terbuka. Tatapannya kosong, mengarah ke panorama malam yang tak memberikan ketenangan apa pun pada pikirannya.Segelas whiskey di tangan Dikara kini tinggal separuh. Ia menyesapnya perlahan, merasakan panasnya mengalir di tenggorokan, tetapi itu tak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang terus membakar pikirannya.Pikirannya tertuju pada Janeetha. Ia tahu, saat ini wanita itu masih berada di atas pesawat, menuju Ardenton dalam penerbangan panjang yang melelahkan."Dia pasti merasa bosan sendirian di pesawat," gumam Dikara pelan. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi senyum itu segera pudar, tergantikan oleh ekspresi masam."Astaga, aku bertingkah seperti orang bodoh," desisnya sambil mendecak keras. Ia memalingkan wajahnya ke arah meja kecil di dekat tempat tidurnya, di mana ponseln

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   106. Rapuh

    Dikara duduk di kursi kulit hitam yang mewah di sudut suite hotelnya. Pemandangan kota yang gemerlap terbentang di balik dinding kaca, tetapi pikirannya berada di tempat lain. Jemarinya menggenggam ponsel dengan erat, membaca ulang pesan singkat yang baru saja diterimanya.[Pesawat Nyonya sudah take off, Tuan.]Pria itu mengetukkan jarinya ke meja dengan ritme pelan namun teratur, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali pikirannya terganggu.“Kenapa rasanya ada yang salah?” gumamnya pelan.Dikara mencoba membuang pikiran itu dengan meminum kopi hitam di depannya. Rasanya pahit, seperti perasaannya saat ini.Ia sudah memastikan semuanya terkendali—menempatkan orang-orangnya di dekat Janeetha, memastikan keberadaannya diketahui setiap saat, bahkan menyiapkan rencana cadangan.Namun, tetap saja, hati pria itu terasa gelisah.Pikirannya mulai berputar. Bagaimana jika Janeetha benar-benar mencoba melarikan diri darinya? Bagaimana jika...“Tidak,” gumamnya lagi, lebih keras kali ini, seaka

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   105. Menuju Kebebasan

    Perjalanan menuju bandara terasa begitu panjang bagi Janeetha, meskipun jam di dashboard mobil menunjukkan waktu terus bergulir. Jalanan sore itu cukup lengang, tetapi di dalam kendaraan, suasana penuh dengan ketegangan yang tak terlihat.Janeetha duduk di kursi belakang, kedua tangannya menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. Matanya melirik keluar jendela, tetapi pikirannya melayang jauh.Rusli yang berada di belakang kemudi mengamati gerak gerik Janeetha beberapa kali melalui kaca spion tengah. Pria itu pun berusaha memecah keheningan.“Nyonya, tenang saja. Saya sudah memastikan rencana ini berjalan dengan baik,” ucapnya, penuh keyakinan.Janeetha mengangguk kecil, tetapi dirinya tetap merasa tegang. Ia tahu Rusli sedang berusaha menenangkannya, tetapi kata-kata pria itu hanya sedikit mengurangi kecemasan yang melingkupi dirinya.“Tapi,” lanjut Rusli, “Akan ada beberapa orang suruhan Tuan Dikara yang ikut dalam penerbangan Anda. Mereka akan mengawasi setiap gerakan Anda di Arden

DMCA.com Protection Status