SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAHBAB 10"Makasih untuk semua pengorbananmu, Mas janji, tenaga dan sebisa mungkin membahagiakanmu. Kamu melakukannya agar Mas sehat selalu, dan kelak tua kita hanya tinggal menikmati hasilnya saja," ucap Amar sembari mengecup pucuk kepala istri."Makasih juga atas tanggung jawab dan kerja kerasnya, aku bahagia cinta," Aliyah sembari memeluk suaminya tersebut.******Pagi ini Aliyah berniat untuk ke toko emas, dia berencana untuk menjual salah satu perhiasan yang diberikan padanya, juga perhiasan milik kedua saudaranya. karena sudah dua hari kedua saudaranya tersebut tidak juga menebus perhiasan miliknya.Aliyah yang ditemani sang suami dan kedua anaknya, mereka pun menuju pasar dengan motor milik Amar. Akan tetapi, kedua anak Aliyah dan Amar tetap sangat antusias sekali.Bahagia itu sederhana, tidak perlu mewah, asal dipenuhi dengan rasa syukur, maka bahagia akan selalu tertanam di hati.Begitu juga dengan Keluarga kecil Aliyah, Aliyah dan Amar selalu mengaj
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 11 "Bahagia tidaknya Aliyah, itu biar Aliyah yang rasakan pak, Aliyah yang menjalani dan Aliyah yang menikmati, Aliyah ini juga sudah menjadi seorang istri dan orangtua. Jika menurut bapak, ibu wajib patuh pada bapak karena bapak suaminya, begitu juga denganku, aku juga wajib patuh pada mas Amar karena dia suamiku!" ucapan telak dari Aliyah membuat pak Darto terdiam. "Maaf pak, Aliyah mau pulang, Rani dan Yuli sendirian di rumah, Aliyah pamit dulu, assalamualaikum," ucap Aliyah sembari menyalami tangan pak Darto sedang pak Darto hanya menatapnya tanpa bisa berkata kata. **** Hampir dua minggu sudah hari berlalu, dan ini adalah hari terakhir pesanan jualan Amar kepada para pelanggannya di lokasi syuting, karena hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan pekerjaan mereka di desa itu. Seperti biasa juga, Aliyah membantu Amar mempersiapkan dagangannya, sedangkan kedua buah hatinya sedang tidur siang. Saat akan menata dagangannya di gerobak, tiba
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 12 "Aaaaaaaa, bunda tolong!" Rani berteriak sembari meronta, kakinya yang menggantung berusaha menendang nendang Aldo, tapi percuma karena tentu saja tenaga Aldo lebih kuat darinya yang hanya seorang bocah kecil "Lepaskan dia br*ngs*k!" Bugh bugh bugh,,,,, Tiba tiba datang Amar dari luar, Amar memukuli Aldo tanpa ampun hingga Aldo tersungkur dan babak belur. Rani yang sudah terlepas dari cengkraman Aldo pun mendekati Aliyah, mereka saling berpelukan. "Rani, kamu gak papa nak?" tanya Aliyah pada Rani yang kini sudah memeluknya. "Rani gak papa bun, untung Ayah datang ya bun." Aliyah mengangguk, sedangkan Yuli sedari tadi hanya menyaksikan kejadian itu dari belakang pintu dapur rumah Aliyah. "Bren*s*k, berani kau sakiti anakku, dari awal aku mencoba bersabar meskipun kalian sudah menghina keluargaku, tapi jika sampai kau sakiti mereka jangan tanya namaku, akan ku habisi kau!" hardik Amar pada Aldo setelah di rasa puas menghajar nya. Sedangkan A
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 13 "Kau menghina bapakmu! Dasar durhaka!" hardik pak Darto. "Lalu sebutan apa yang pantas untuk orang tua yang zalim sama anaknya, asal bapak tau, itu rumahku, wilayah pribadiku, mau aku baru mandi kek mau aku tidak berjilbab kek lalu apa masalahnya sama kalian! Yang jadi masalah, untuk apa Aldo datang ke rumahku siang siang. Sedangkan dia tau jika pada waktu siang mas Amar tidak ada di rumah, dan lagi apa kamu tau Mika? Suamimu itu yang merayuku, katanya banyak kok kakak dan adik ipar yang bermain gila. Suamimu mengajakku berselingkuh, pria seperti itukah yang mau kamu bela?" ucap Aliyah sinis. "Dengan aku yang kakak iparnya saja dia berani mengajak bermain gila, tidak menutup kemungkinan di luaran sana dia sudah bermain gila dengan banyak wanita rendahan," "Jangan hina suamiku, dia tidak seperti itu, kau saja yang kegatelan. Niatmu menggoda suamiku karena duitnya banyak sedangkan suamimu kere, iya kan!" ejek Mika. "Cih, kelakuan kalian sungguh
SAAT DOA SI MISKIN DI IJABAH BAB 14 "uhuk uhuk uhuk." Amar tersedak mendengar penuturan Aliyah, bergegas Aliyah memberikan minum pada suaminya. "Pelan pelan dong mas makannya," "Mas kaget dek, ngomong-ngomong kamu yang benar dek, jangan suudzon nanti fitnah," ucap Amar setelah batuknya hilang. "Ishh mas nih, mana mungkin aku fitnah orang, aku sendiri kok tadi yang lihat mereka, aku juga sempet ngobrol sama merek. Malah si perempuan itu namanya Siska, dia mengaku kalau dia sama kak Raka mau menikah. Padahal kak Raka pamitnya ke kak Rita kerja rupanya malah main serong, kamu awas aja kalau kayak dia mas," ancam Aliyah pada Amar. "Hahahahaha, kamu ini ada ada saja, ya gak mungkinlah aku begitu, lagian siapa yang mau sama mas dek. Cuma seorang tukang mie ayam, bisa beristrikan kamu yang cantik aja mas udah bersyukur. Udah ah, lanjut makan aja, ntar keburu dingin gak enak lagi makanannya." "Tapi mas, menurut mas apa perlu aku beritahu kak Rita?" "Tapi menurutmu apa kakakmu akan perc
"Hahahahahahahhaa, ya ampun fitnah apalagi ini, hahahahha, aduh, kakak ini bikin perutku jadi sakit." Aliyah sengaja tertawa mengejek kakaknya."Kok kamu malah tertawa? Sekarang mana uang yang mas Raka kasih tadi, kembalikan, itu bukan hak kamu.""Kak Rita, kak Rita, makanya punya otak dipake biar gak malu maluin, mana ada aku malak kak Raka, lagian untuk apa aku malak dia, aku tidak merasa kekurangan uang hingga harus memeras orang, asal kakak tahu, aku mergokin kak Raka lagi jalan sama selingkuhannya. Bahkan, mereka berniat menikah, tadinya aku kasihan sama kakak tapi setelah melihat kakak begini aku jadi miris, miris sama otak kakak yang gak pernah di pake untuk berfikir jernih," ucap Aliyah sinis."Lagian kalau memang aku berniat memeras suamimu dan jika suamimu benar tidak selingkuh untuk apa dia harus bersusah payah mengeluarkan sejumlah uang tutup mulut, berarti perbuatannya itu kan membenarkan jika dia berselingkuh di belakangmu, buka mata dan otakmu agar tidak seenaknya bicar
ini Aliyah sudah duduk, dia menatap ke arah Amar, kemudian tangannya memegang kepala Amar."Ini semua, berkat kerja keras dan doa kita, dan ingat jika kita sudah sukses nanti jangan pernah lupakan asal usul kita. Jangan pernah kita dongakkan kepala kita ke atas sehingga kita lupa dengan yang di bawah, dan yang paling penting sebanyak atau sedikit apapun rezeki yang kita terima selalu tanamkan rasa syukur di hati kita," ucap Aliyah menatap kedua mata suaminya.Cup. Sekilas Aliyah pun mengecup bibir Amar, lalu setelahnya Aliyah pun berpaling, menyembunyikan muka bersemu merahnya dari suaminya."Kok cuma sebentar, lagi dong, yang lama sedikit," ucap Amar berusaha menggoda istrinya itu. Ucapan Amar sukses menambah warna merah di pipi Aliyah hingga kentara sekali, karena memang kulit Aliyah berwarna putih."Ih, mas apaan sih, malu tau kalau di dengar anak anak," ucap Aliyah yang kini sudah menutup muka dengan telapak tangannya."Kan anak anak ada di atas, sedangkan pintu ruko udah di tut
"Tau, kan ibu yang ngasih tau mereka kemarin, tapi hari ini ibu belum ada ke tempat mereka, ibu pikir nanti mereka akan datang kesini sendiri.""Ya Sudah bu, mungkin nanti pas acara dimulai mereka datang," ucap Aliyah menghibur hatinya yang kecewa, karena biar bagaimanapun mereka tetap keluarga Aliyah, baik dan buruknya mereka Aliyah tetap berharap hubungan mereka akan kembali membaik.Hingga siang hari pak Darto dan kedua saudara Aliyah pun belum menampakkan batang hidungnya, padahal niat Aliyah juga ingin memperlihatkan video tentang kakak iparnya yang berhasil dia rekam kemarin.*****Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore, acara syukuran pun segera dimulai, tapi hingga saat itu Rita, Mika maupun pak Darto sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.Aliyah, Amar dan bu Sri terpaksa tetap melanjutkan acara tanpa kehadiran merekaAliyah nampak sangat cantik hari itu, dia mengenakan satu set gamis syar'i, dengan sedikit polesan make up hingga menambah cantik wajahnya yang me
Rita berbicara dengan berapi-api. Emosi yang sudah lama ia pendam pada Vivi keluar sudah. Perasaan Vivi yang ia jaga bertahun-tahun lama nya kini terpaksa ia lontarkan. Habis sudah kesabarannya menghadapi anak dari almarhumah adiknya itu. Meskipun Rita tidak menampik jika dahulu memang Rita sempat berbuat jahat pada Aliyah dan Amar juga kedua anaknya. Akan tetapi, setidaknya Rita sudah benar-benar sadar juga kedua anak Rita ia didik dengan benar dan kini kedua anaknya menjadi anak yang penurut. Lalu, apa kurangnya kasih sayang yang Aliyah dan Amar berikan pada Vivi? Tidak! Tidak ada kurangnya mereka memberikan itu semua. Rita sebenarnya juga sadar jika semua ini terjadi juga karena adanya hasutan dari Aldo. Tapi, apakah sebagai seorang yang sudah beranjak dewasa Vivi tidak bisa berpikir jernih? Orang yang sudah memberinya air susu justru ia balas dengan memberinya air tuba. Sungguh ironis memang. "Vivi harus bagaimana agar mendapatkan maaf dari kalian semua. Vivi iri setiap kali
Begitu juga dengan Amar. Belasan tahun Amar mengarungi biduk rumah tangga bersama Aliyah menjadikan dirinya sosok suami dan Ayah yang cukup tegas. Jika dahulu saat disakiti maka Amar hanya bisa diam dan berpasrah tapi, tidak dengan kali ini. Amar akan melawan siapa pun yang berusaha menyakiti keluarganya. Maka diputuskan meskipun dengan berat hati bahwa mereka akan melaporkan Vivi pada lembaga hukum. Vivi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan sekarang Rita lah yang akan menyeret sang keponakan ke kantor polisi sebab jika Aliyah dan Amar yang datang ditakutkan jika mereka berdua tidak akan tega saat melihat derai air mata Vivi. Beruntung Aliyah dan Amar mau mendengarkan usulan dari sang kakak. "Selamat siang, Bu. Maaf dengan siapa?" tanya pak Cokro pada Rita saat dirinya baru mendaratkan bokongnya di kursi. Rita yang baru saja memaki-maki Vivi pun napasnya masih tersengal-sengal karena terlampau emosi menghadapi anak tak tahu diri itu. "Saya Rita, Pak. Kebetulan saya juga
Ketakutan jelas terpancar dari sorot matanya yang seolah-olah berbicara untuk meminta Reno berhenti dan tidak melaporkan masalah itu ke dekan kampus. Namun, Reno tidak menghiraukan itu. Reno terus menyeret gadis dengan kulit eksotis itu menuju ruang dosen agar Vivi diberi hukuman yang setimpal. "Reno, please jangan laporin aku ke polisi. Aku minta maaf aku khilaf," hiba Vivi pada Reno tapi, pria itu bergeming. Ia sama sekali tidak menjawab kalimat yang dilontarkan Vivi hingga membuat Vivi bertambah ketakutan. Terlebih lagi mereka kini sudah berdiri di depan pintu ruangan dekan. "Reno, Reno tolong jangan laporin aku. Aku janji setelah ini gal akan lagi mengganggu atau pun menyakiti Rani.""Tutup mulutmu! Perbuatanmu harus kamu pertanggungjawabkan. Seenaknya saja mau lepas tangan!" hardik Reno yang membuat bibir gadis manis itu tertutup rapat. Hanya isak tangisnya yang masih terdengar meski lirih.Akhirnya kini baik Vivi maupun Reno sudah berada di ruangan rektor. Wajah Vivi terlihat
"Wah, cucu baru Nenek sudah pulang. Siapa ini namanya?" ujar bu Sri sembari mengambil alih anak bayi Aliyah dari gendongan Aliyah. "Oh iya siapa nama anak kamu ini, Al?" timpal Rita. "Narendra Akbar Amrani. Panggilannya Akbar.""Wah bagus sekali namanya cucu Nenek. Semoga jadi anak yang sholeh dan mampu melindungi keluarga ya le," ujar bu Sri mendoakan Akbar yang juga diamini oleh Aliyah dan Rita. "Kak, tadi lagi masak? Ini bau gosong." Aliyah menghembus-hembus bau yang menyeruak hidungnya. Begitu pun yang Rita lakukan hingga akhirnya Rita terpekik dan berlari kilat ke arah dapur. Semua yang ada di ruang keluarga kecuali Amar pun mengikuti Rita dari belakang hingga akhirnya mereka sampai di dapur mereka pun tertawa terbahak sebab melihat penampakan ayam panggang yang Rita buat yang seharusnya berwarna coklat justru menjadi warna hitam legam."Yah, gosong deh." Sontak semua yang ada di sana pun tergelak melihat ayam yang sudah tidak berbentuk lagi. ***"Reno!" Reno yang sedang berb
Uang yang Vivi serahkan pada Aldo dan katanya akan digunakan untuk berjualan sembako justru malah aldo gunakan untuk berjudi. Apakah Aldo menang? Oh tentu tidak. Tentu saja bandar tidak mau rugi. Permainan dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat natural dan memang murni tidak kepiawaian pemain dalam memainkannya padahal sudah jelas bandar sudah mengatur sedemikian rupa dari misalnya dua puluh kali taruhan maka akan diberi kesempatan menang bagi pemain hanya sekali dan itu pun pemain hanya memenangkan uang yang tidak seberapa jika ditotal dalam dua puluh kali bermain dan satu kali menang uangnya jauh lebih besar yang dikeluarkan daripada yang dimenangkan. Itulah dahsyatnya bisikan dan godaan syetan. Bagi manusia yang lemah imannya seperti Aldo akan diberi kesempatan untuk satu kali menang setelah itu dia akan ketagihan dan terus menerus untuk kembali melakukan judi. Sudah banyak buktinya orang yang hobi berjudi tidak akan pernah ada manfaat dalam hidupnya. Justru yang ada hanyalah ke
"Sudah aku usir." ucap Rita yang membuat Aliyah juga Amar tersentak dan langsung menatap Rita seolah-olah meminta penjelasan. Sedangkan bu Sri dan pak Darto sudah Rita ceritakan sebelumnya hingga mereka sudah tidak terkejut lagi. "Kakak usir? Kenapa?""Ya Kakak gak suka aja lihat kamu di sini karena dia eh dianya di sana ketawa ketiwi sambil main ponsel. Keponakan macam apa itu. Lagian biarkan saja dia pergi dan menyusul si cunguk Aldo itu biar dia tahu betapa gak enaknya hidup gak punya uang. Sudah bagus dikasih tumpangan dan disekolahin tinggi eh malah berulah dan gak tahu terima kasih," gerutu Rita. "Ya tapi masa diusir, Kak. Kan kasihan, kalau Aldo ternyata gak bertanggung jawab gimana. Kita semua tahu gimana perangai Aldo yang asli.""Ya biarkan saja, biar tahu rasa. Dia kira dia hebat bisa hidup tanpa kamu. Kita lihat sja tph kalau dia sudah tidak kuat dia akan kembali lagi ke rumah kamu.""Apa yang Kak Rita katakan ada benarnya juga, Dek. Anggap saja itu sebagai pelajaran ba
"Kemana?""Lha katanya mau jatah yaudah ke kamar lah kemana lagi.""Yess, terima kasih sayangku.""Eh, tunggu, Dek. Si Aliyah lagi berjuang di rumah sakit kok kita malah skidi pap di rumahnya apa gak kurang ajar ya?" tanya Raka yang membuat langkah Rita terhenti. "Kamu belum tahu? Aliyah dan bayinya selamat. Keduanya sehat walafiat hanya tinggal pemulihannya saja.""Kamu tahu dari mana?" "Barusan tadi Amar kasih kabar kalau anaknya sudah lahir jenis kelaminnya laki-laki. Dan sekarang Aliyah sudah dipindahkan ke ruang perawatan sedangkan bayinya masih harus di inkubator dulu sebab prematur.""Wah, baby boy. Kalau kita kapan lagi, Dek?" Raka menaik turunkan alisnya sembari tersenyum jahil pada Rita. "Apaan sih. 'Kan kita udah punya sepasang. Bella sama Rayhan." "Yah nambah satu lagi 'kan gak ada salahnya, Dek.""Maunya. Aku yang capek urus anak. Kamu mah enak bikinnya doang.""Yee aku juga ikut bantu kali, Dek. Ayo kalau gitu gak perlu sungkan lagi mari kita produksi adik buat Bella
Amar pun hanya bisa pasrah. Yang terpenting adalah keselamatan Aliyah dan juga anak yang dikandungnya. Selagi Dokter dan perawat menangani Aliyah. Amar segera menghubungi Rita untuk mengabarkan jika Aliyah berada di rumah sakit. Ia ingin minta tolong pada Rita untuk menjaga kedua anaknya di rumah terutama Rani. Sebab Amar takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan saat dirinya tidak ada di rumah. ***"Kamu itu ya, dulu mamamu yang nyusahin, sekarang gantian kamu yang nyusahin!" hardik Rita pada Vivi. Saat ini Rita memang sudah berada di rumah Aliyah. Tentunya ia bersama Raka tanpa anaknya. Awalnya Rita terkejut saat Amar memberi kabar jika Aliyah akan melahirkan sebab yang Rita tahu Aliyah masih lama waktu untuk melahirkan. Setelah Amar menceritakan apa yang sudah terjadi. Akhirnya Rita dan Raka pun bergegas menuju rumah Aliyah dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Sesampainya di rumah Aliyah tentu saja Rita menuju kamar Vivi di man Vivi tengah asik tertawa saat melihat m
"Kenapa kau lakukan itu pada Rani? Dia saudaramu Vivi!" "Di sudah merebut pacarku!" "Pacar? Pacar yang mana? Setau Bude Rani hanya dekat dengan satu orang pria yakni Reno.""Ya itu pacar aku!" "Reno? Pacar kamu? Sejak kapan? Baru kemarin malam Reno mengantar Rani pulang dan mengaku pada Bude dan Pakde kalau dia adalah pacar Rani bukan pacar kamu.""Ya tapi aku suka sama Reno Bude!""Suka? Terus Reno nya suka sama kamu enggak? Kalau enggak itu namanya bukan pacar kamu, lalu apa hak kamu menyakiti Rani?""Ya karena Rani enggak mau dengerin aku buat menjauh dari Reno.""Kenapa enggak kamu suruh saja si Reno yang menjauhi Rani? Kenapa kamu malah nyerang Rani?""Bude kenapa sih selalu saja membela Rani. Apa karena Rani anak Bude sedangkan aku hanya keponakan makanya Bude membedakan kami?""Dengar ya Vivi, mau itu anak Bude atau keponakan, Bude berada di pihak yang benar. Sedangkan di sini kamu salah! Kalian itu masih sekolah masih waktunya belajar kenapa harus berebut cowok seperti ini!