ini Aliyah sudah duduk, dia menatap ke arah Amar, kemudian tangannya memegang kepala Amar."Ini semua, berkat kerja keras dan doa kita, dan ingat jika kita sudah sukses nanti jangan pernah lupakan asal usul kita. Jangan pernah kita dongakkan kepala kita ke atas sehingga kita lupa dengan yang di bawah, dan yang paling penting sebanyak atau sedikit apapun rezeki yang kita terima selalu tanamkan rasa syukur di hati kita," ucap Aliyah menatap kedua mata suaminya.Cup. Sekilas Aliyah pun mengecup bibir Amar, lalu setelahnya Aliyah pun berpaling, menyembunyikan muka bersemu merahnya dari suaminya."Kok cuma sebentar, lagi dong, yang lama sedikit," ucap Amar berusaha menggoda istrinya itu. Ucapan Amar sukses menambah warna merah di pipi Aliyah hingga kentara sekali, karena memang kulit Aliyah berwarna putih."Ih, mas apaan sih, malu tau kalau di dengar anak anak," ucap Aliyah yang kini sudah menutup muka dengan telapak tangannya."Kan anak anak ada di atas, sedangkan pintu ruko udah di tut
"Tau, kan ibu yang ngasih tau mereka kemarin, tapi hari ini ibu belum ada ke tempat mereka, ibu pikir nanti mereka akan datang kesini sendiri.""Ya Sudah bu, mungkin nanti pas acara dimulai mereka datang," ucap Aliyah menghibur hatinya yang kecewa, karena biar bagaimanapun mereka tetap keluarga Aliyah, baik dan buruknya mereka Aliyah tetap berharap hubungan mereka akan kembali membaik.Hingga siang hari pak Darto dan kedua saudara Aliyah pun belum menampakkan batang hidungnya, padahal niat Aliyah juga ingin memperlihatkan video tentang kakak iparnya yang berhasil dia rekam kemarin.*****Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore, acara syukuran pun segera dimulai, tapi hingga saat itu Rita, Mika maupun pak Darto sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.Aliyah, Amar dan bu Sri terpaksa tetap melanjutkan acara tanpa kehadiran merekaAliyah nampak sangat cantik hari itu, dia mengenakan satu set gamis syar'i, dengan sedikit polesan make up hingga menambah cantik wajahnya yang me
"Pokoknya Ibu tetep gak adil, untunglah sekarang Bapak berada di pihak kami, jadi kami masih ada yang membela. Awas aja, kami adukan ini sama bapak, biar ibu di hajar sama bapak nanti kalau pulang!" hardik Rita."Ayo kak, kita pulang, kita adukan ini sama bapak, aku gak terima kita dipermalukan seperti ini!" Mika pun menarik tangan Rita dan berlalu, sedang Aliyah dan Amar hanya menatap pilu kepergian kedua saudarinya.Dan tanpa Rita dan Mika sadar jika sedari tadi sebenarnya Aliyah sudah merekam aksi dan perkataan mereka di ponsel Aliyah, rencananya memang Aliyah akan memberikan Video itu pada pak Darto agar bapaknya itu sadar jika perbuatannya selama ini sudah salah karena sudah terhasut oleh kedua saudarinya.******Hari ini sidang kasus yang menimpa Aldo digelar.Aliyah dan Rani yang di temani Amar sudah datang, sedangkan anak bungsunya Yuli mereka titipkan pada bu Sri, juga sudah ada beberapa warga yang datang dan menjadi saksi.Sedangkan Mika tentu saja di antar oleh Rita dan pak
Setelah sampai di rumah sakit, para petugas kesehatan dengan cepat menangani pak Darto, Aliyah dan Amar pun tetap setia mendampingi bapaknya itu."Mas, cepat beritahu ibu!" perintah Aliyah pada suaminya.Amar pun dengan cepat menghubungi bu Sri.Tut, tut, tut, terdengar nada sambung dari seberang sana, tidak lama kemudian terdengar suara bu Sri."Hallo, assalamualaikum," ucap bu Sri."Hallo bu, waalaikumsalam, bu, ibu sekarang ke rumah sakit Sehati ya bu, Bapak masuk rumah sakit," terang Amar pada bu Sri."Astagfirullahaladzim, emang bapak kenapa Mar?" tanya bu Sri dengan nada panik."Bapak tadi pingsan di pengadilan bu, terus aku sama Aliyah langsung membawa Bapak kesini, sebaiknya ibu kesini dulu, nanti sampai sini Amar jelaskan lagi detailnya.""Iya iya, ibu akan segera kesana, ibu bawa Yuli sekalian ya.""Iya bu." Amar pun mematikan ponselnya.Setelah Amar selesai menelpon bu Sri, Amar pun menghampiri Aliyah yang masih setia menunggu Bapak mertuanya siuman."Dek, apa tadi kata dok
"Tapi kak, kalau ketahuan gimana?" "Alah, asal gak ngomong ya gak akan ada yang tau, daripada mobilmu disita ya mending lakuin itu aja." "Terus kapan kita mau ambil barangnya?" "Ya sekarang aja mumpung lagi gak ada orang di rumah." "Yaudah ayo kak, nanti keburu mereka pulang." Setelahnya Mika dan Rita pun bergegas menuju rumah pak Darto, rencananya mereka akan mengambil beberapa perhiasan milik bu Sri, karena mereka tau ibunya memiliki koleksi perhiasan yang jika dinominalkan jumlahnya terbilang lumayan. Setibanya mereka di rumah pak Darto mereka langsung membuka pintu dengan kunci yang mereka bawa, Rita memang mempunyai kunci cadangan rumah pak Darto, karena mereka berdua memang yang saat ini dipercaya oleh pak Darto. Tapi sayang kepercayaan itu justru mereka salah gunakan. Rumah terlihat sepi dan sedikit berdebu, karena memang sudah dua hari rumah ditinggal pemiliknya. "Ayo kak temani aku ke kamar itu," ajak Mika pada Rita. "Kalau kakak ikut kamu ke dalam siapa yang mengawas
"Uang sama perhiasan ibu hilang Aliyah, hu hu hu," ucap bu Sri di sela isak tangisnya."Kok bisa bu? Apa ada maling yang masuk? Lalu apa saja yang hilang?""Cuma perhiasan sama uang ibu sebanyak tiga juta saja yang hilang Al, tapi hanya itu uang cash yang ibu punya. Selebihnya di atm bapakmu, dan ibu tak tau nomor pinnya, sedangkan ibu harus mengganti uangmu, bagaimana ini Al, hsk hsk hsk.""Ibu gak usah pikirkan itu, Aliyah gak akan menagih pada ibu," ucap Aliyah berusaha menenangkan bu Sri."Tapi kamu kan lagi butuh untuk modal jualanmu nak," tatap bu Sri pada Aliyah."Insyaallah Aliyah masih ada simpanan kok bu, ibu tenang aja, Aliyah memang selalu menyimpan dana cadangan siapa tau suatu saat dibutuhkan, tapi ngomong ngomong soal uang dan perhiasan ibu gimana ceritanya bisa hilang?""Ibu gak tau nak, pas ibu mau ambil uang di dalam lemari ini uangnya udah berkurang banyak, pas ibu cek kotak perhiasan, juga sudah berkurang dan hanya sisa beberapa saja.""Apa mungkin ada maling yang
Kakak juga lah, kok cuma aku aja, kita kan nikmatinnya berdua," Mika tak terima dengan limpahan semua kesalahan ditujukan padanya."Ya kamulah, kan kamu yang ambil, kakak kan cuma minta imbalan aja.""Enak aja, kakak kan yang punya kuncinya, kakak juga yang membukakan pintu rumah ini, jadi kakak juga ikut andil, kok aku sendirian yang mesti ganti," sungut Mika."Sudah sudah, sekarang ibu tanya, berapa perhiasan dan uang ibu yang kalian pakai?""Perhiasan ibu yang aku jual ada sepuluh gram tambah uang dua juta, sedangkan yang ku berikan pada kak Rita ada delapan gram dan uang satu juta," ucap Mika."Jadi Mika ganti yang kamu ambil, begitu juga Rita, ganti yang kamu ambil juga.""Ya gak bisa gitu dong bu, yang ambil kan si Mika, aku kan cuma minta imbalan karena udah bantuin dia," sanggah Rita yang tidak terima dengan keputusan bu Sri."Mau tidak mau itu harus kalian lakukan, jika dalam tempo satu bulan uang itu tidak kalian berikan pada ibu, bersiaplah ibu akan melaporkan kalian ke pe
"Ya ampun, aku sampe lupa gak ambilin mas minum, yaudah bentar ya aku ambilkan dulu.""Eh, gak usah dek, biar mas aja, kamu lagi kesel gitu ntar yang ada minuman mas kamu kasih garam lagi hehehehe.""Mas bisa aja, yaudah sana ambil, sekalian ambilin aku juga ya," ucap Rita manja pada suaminya."Siap sayangku," jawab Raka sembari mencium pipi Rita sebelum akhirnya pergi ke dapur, sedangkan Rita serasa melambung tinggi karena diperlakukan romantis oleh suaminya.Sesampainya di dapur Raka mendapati Mika tengah mengambil air dingin di kulkas, dengan sigap Raka pun memeluk Mika dari belakang, Mika yang tidak tahu kedatangan Raka pun terkejut dengan perlakuan kakak iparnya."Mas, apa apaan ini, lepas!" ucap Mika berusaha melepaskan tangan Raka yang melingkar di pinggangnya."Apa yang mas lakukan!" ucap Mika tajam pada Raka."Aku sudah lama menyukaimu, aku tau semenjak kamu di tinggal suamimu, kamu kesepian, ayolah Mika, aku akan memberikan apapun yang kamu mau," ucap Raka sembari kembali i
Rita berbicara dengan berapi-api. Emosi yang sudah lama ia pendam pada Vivi keluar sudah. Perasaan Vivi yang ia jaga bertahun-tahun lama nya kini terpaksa ia lontarkan. Habis sudah kesabarannya menghadapi anak dari almarhumah adiknya itu. Meskipun Rita tidak menampik jika dahulu memang Rita sempat berbuat jahat pada Aliyah dan Amar juga kedua anaknya. Akan tetapi, setidaknya Rita sudah benar-benar sadar juga kedua anak Rita ia didik dengan benar dan kini kedua anaknya menjadi anak yang penurut. Lalu, apa kurangnya kasih sayang yang Aliyah dan Amar berikan pada Vivi? Tidak! Tidak ada kurangnya mereka memberikan itu semua. Rita sebenarnya juga sadar jika semua ini terjadi juga karena adanya hasutan dari Aldo. Tapi, apakah sebagai seorang yang sudah beranjak dewasa Vivi tidak bisa berpikir jernih? Orang yang sudah memberinya air susu justru ia balas dengan memberinya air tuba. Sungguh ironis memang. "Vivi harus bagaimana agar mendapatkan maaf dari kalian semua. Vivi iri setiap kali
Begitu juga dengan Amar. Belasan tahun Amar mengarungi biduk rumah tangga bersama Aliyah menjadikan dirinya sosok suami dan Ayah yang cukup tegas. Jika dahulu saat disakiti maka Amar hanya bisa diam dan berpasrah tapi, tidak dengan kali ini. Amar akan melawan siapa pun yang berusaha menyakiti keluarganya. Maka diputuskan meskipun dengan berat hati bahwa mereka akan melaporkan Vivi pada lembaga hukum. Vivi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan sekarang Rita lah yang akan menyeret sang keponakan ke kantor polisi sebab jika Aliyah dan Amar yang datang ditakutkan jika mereka berdua tidak akan tega saat melihat derai air mata Vivi. Beruntung Aliyah dan Amar mau mendengarkan usulan dari sang kakak. "Selamat siang, Bu. Maaf dengan siapa?" tanya pak Cokro pada Rita saat dirinya baru mendaratkan bokongnya di kursi. Rita yang baru saja memaki-maki Vivi pun napasnya masih tersengal-sengal karena terlampau emosi menghadapi anak tak tahu diri itu. "Saya Rita, Pak. Kebetulan saya juga
Ketakutan jelas terpancar dari sorot matanya yang seolah-olah berbicara untuk meminta Reno berhenti dan tidak melaporkan masalah itu ke dekan kampus. Namun, Reno tidak menghiraukan itu. Reno terus menyeret gadis dengan kulit eksotis itu menuju ruang dosen agar Vivi diberi hukuman yang setimpal. "Reno, please jangan laporin aku ke polisi. Aku minta maaf aku khilaf," hiba Vivi pada Reno tapi, pria itu bergeming. Ia sama sekali tidak menjawab kalimat yang dilontarkan Vivi hingga membuat Vivi bertambah ketakutan. Terlebih lagi mereka kini sudah berdiri di depan pintu ruangan dekan. "Reno, Reno tolong jangan laporin aku. Aku janji setelah ini gal akan lagi mengganggu atau pun menyakiti Rani.""Tutup mulutmu! Perbuatanmu harus kamu pertanggungjawabkan. Seenaknya saja mau lepas tangan!" hardik Reno yang membuat bibir gadis manis itu tertutup rapat. Hanya isak tangisnya yang masih terdengar meski lirih.Akhirnya kini baik Vivi maupun Reno sudah berada di ruangan rektor. Wajah Vivi terlihat
"Wah, cucu baru Nenek sudah pulang. Siapa ini namanya?" ujar bu Sri sembari mengambil alih anak bayi Aliyah dari gendongan Aliyah. "Oh iya siapa nama anak kamu ini, Al?" timpal Rita. "Narendra Akbar Amrani. Panggilannya Akbar.""Wah bagus sekali namanya cucu Nenek. Semoga jadi anak yang sholeh dan mampu melindungi keluarga ya le," ujar bu Sri mendoakan Akbar yang juga diamini oleh Aliyah dan Rita. "Kak, tadi lagi masak? Ini bau gosong." Aliyah menghembus-hembus bau yang menyeruak hidungnya. Begitu pun yang Rita lakukan hingga akhirnya Rita terpekik dan berlari kilat ke arah dapur. Semua yang ada di ruang keluarga kecuali Amar pun mengikuti Rita dari belakang hingga akhirnya mereka sampai di dapur mereka pun tertawa terbahak sebab melihat penampakan ayam panggang yang Rita buat yang seharusnya berwarna coklat justru menjadi warna hitam legam."Yah, gosong deh." Sontak semua yang ada di sana pun tergelak melihat ayam yang sudah tidak berbentuk lagi. ***"Reno!" Reno yang sedang berb
Uang yang Vivi serahkan pada Aldo dan katanya akan digunakan untuk berjualan sembako justru malah aldo gunakan untuk berjudi. Apakah Aldo menang? Oh tentu tidak. Tentu saja bandar tidak mau rugi. Permainan dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat natural dan memang murni tidak kepiawaian pemain dalam memainkannya padahal sudah jelas bandar sudah mengatur sedemikian rupa dari misalnya dua puluh kali taruhan maka akan diberi kesempatan menang bagi pemain hanya sekali dan itu pun pemain hanya memenangkan uang yang tidak seberapa jika ditotal dalam dua puluh kali bermain dan satu kali menang uangnya jauh lebih besar yang dikeluarkan daripada yang dimenangkan. Itulah dahsyatnya bisikan dan godaan syetan. Bagi manusia yang lemah imannya seperti Aldo akan diberi kesempatan untuk satu kali menang setelah itu dia akan ketagihan dan terus menerus untuk kembali melakukan judi. Sudah banyak buktinya orang yang hobi berjudi tidak akan pernah ada manfaat dalam hidupnya. Justru yang ada hanyalah ke
"Sudah aku usir." ucap Rita yang membuat Aliyah juga Amar tersentak dan langsung menatap Rita seolah-olah meminta penjelasan. Sedangkan bu Sri dan pak Darto sudah Rita ceritakan sebelumnya hingga mereka sudah tidak terkejut lagi. "Kakak usir? Kenapa?""Ya Kakak gak suka aja lihat kamu di sini karena dia eh dianya di sana ketawa ketiwi sambil main ponsel. Keponakan macam apa itu. Lagian biarkan saja dia pergi dan menyusul si cunguk Aldo itu biar dia tahu betapa gak enaknya hidup gak punya uang. Sudah bagus dikasih tumpangan dan disekolahin tinggi eh malah berulah dan gak tahu terima kasih," gerutu Rita. "Ya tapi masa diusir, Kak. Kan kasihan, kalau Aldo ternyata gak bertanggung jawab gimana. Kita semua tahu gimana perangai Aldo yang asli.""Ya biarkan saja, biar tahu rasa. Dia kira dia hebat bisa hidup tanpa kamu. Kita lihat sja tph kalau dia sudah tidak kuat dia akan kembali lagi ke rumah kamu.""Apa yang Kak Rita katakan ada benarnya juga, Dek. Anggap saja itu sebagai pelajaran ba
"Kemana?""Lha katanya mau jatah yaudah ke kamar lah kemana lagi.""Yess, terima kasih sayangku.""Eh, tunggu, Dek. Si Aliyah lagi berjuang di rumah sakit kok kita malah skidi pap di rumahnya apa gak kurang ajar ya?" tanya Raka yang membuat langkah Rita terhenti. "Kamu belum tahu? Aliyah dan bayinya selamat. Keduanya sehat walafiat hanya tinggal pemulihannya saja.""Kamu tahu dari mana?" "Barusan tadi Amar kasih kabar kalau anaknya sudah lahir jenis kelaminnya laki-laki. Dan sekarang Aliyah sudah dipindahkan ke ruang perawatan sedangkan bayinya masih harus di inkubator dulu sebab prematur.""Wah, baby boy. Kalau kita kapan lagi, Dek?" Raka menaik turunkan alisnya sembari tersenyum jahil pada Rita. "Apaan sih. 'Kan kita udah punya sepasang. Bella sama Rayhan." "Yah nambah satu lagi 'kan gak ada salahnya, Dek.""Maunya. Aku yang capek urus anak. Kamu mah enak bikinnya doang.""Yee aku juga ikut bantu kali, Dek. Ayo kalau gitu gak perlu sungkan lagi mari kita produksi adik buat Bella
Amar pun hanya bisa pasrah. Yang terpenting adalah keselamatan Aliyah dan juga anak yang dikandungnya. Selagi Dokter dan perawat menangani Aliyah. Amar segera menghubungi Rita untuk mengabarkan jika Aliyah berada di rumah sakit. Ia ingin minta tolong pada Rita untuk menjaga kedua anaknya di rumah terutama Rani. Sebab Amar takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan saat dirinya tidak ada di rumah. ***"Kamu itu ya, dulu mamamu yang nyusahin, sekarang gantian kamu yang nyusahin!" hardik Rita pada Vivi. Saat ini Rita memang sudah berada di rumah Aliyah. Tentunya ia bersama Raka tanpa anaknya. Awalnya Rita terkejut saat Amar memberi kabar jika Aliyah akan melahirkan sebab yang Rita tahu Aliyah masih lama waktu untuk melahirkan. Setelah Amar menceritakan apa yang sudah terjadi. Akhirnya Rita dan Raka pun bergegas menuju rumah Aliyah dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Sesampainya di rumah Aliyah tentu saja Rita menuju kamar Vivi di man Vivi tengah asik tertawa saat melihat m
"Kenapa kau lakukan itu pada Rani? Dia saudaramu Vivi!" "Di sudah merebut pacarku!" "Pacar? Pacar yang mana? Setau Bude Rani hanya dekat dengan satu orang pria yakni Reno.""Ya itu pacar aku!" "Reno? Pacar kamu? Sejak kapan? Baru kemarin malam Reno mengantar Rani pulang dan mengaku pada Bude dan Pakde kalau dia adalah pacar Rani bukan pacar kamu.""Ya tapi aku suka sama Reno Bude!""Suka? Terus Reno nya suka sama kamu enggak? Kalau enggak itu namanya bukan pacar kamu, lalu apa hak kamu menyakiti Rani?""Ya karena Rani enggak mau dengerin aku buat menjauh dari Reno.""Kenapa enggak kamu suruh saja si Reno yang menjauhi Rani? Kenapa kamu malah nyerang Rani?""Bude kenapa sih selalu saja membela Rani. Apa karena Rani anak Bude sedangkan aku hanya keponakan makanya Bude membedakan kami?""Dengar ya Vivi, mau itu anak Bude atau keponakan, Bude berada di pihak yang benar. Sedangkan di sini kamu salah! Kalian itu masih sekolah masih waktunya belajar kenapa harus berebut cowok seperti ini!