Share

Tak Disangka

Author: Khanna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kehadiran Elsa di dalam ruang VVIP sebuah rumah sakit ternama di negara ini disambut oleh senyuman hangat Wicaksono.

Tumben, Kakek jadi bisa senyum gini. Sebelumnya, wajahnya ditekuk terus. Apa gara-gara penyakitnya kambuh lagi. Jadi bikin otaknya agak terganggu.

Elsa yang heran dengan sikap kakek angkatnya yang tak biasanya itu hanya bisa membatin.

Semenjak Nani dan Vela hadir di tengah-tengah keluarga, Elsa mulai terabaikan dan dianggap orang yang kebetulan menumpang sebab syarat untuk menemukan Wulan dan anaknya. Ada perjanjian pula yang mengikat keduanya. Wicaksono pun sikapnya makin dingin karena mendapat hasutan dari Nani.

Namun, kali ini seakan berbeda, senyuman dan wajah yang tampak bahagia menghiasi wajah Wicaksono kala bertemu dengan Elsa.

“Kakek senang, masih bisa bertemu denganmu, El.”

Elsa makin bingung dengan perkataan yang baru saja terucap.

“Kakek sudah membaik? Elsa juga senang bisa melihat Kakek tersenyum begitu.”

Meski merasa aneh, Elsa tak mungkin bisa mengutarakannya. Hubungan mereka memang tidak sedekat itu.

“Maafkan Kakek, selama ini, sikap kurang bersahabat Kakek pasti membuatmu sangat tidak nyaman.”

Elsa terpaksa tersenyum. Ujung bibirnya terasa kaku. Sikap Wicaksono malah membuat Elsa menjadi tidak nyaman. Ia bingung apa yang membuatnya berubah seramah ini.

“Kamu pasti bingung kan?” Sorot mata pria tua itu beralih menatap asisten pribadinya. “Rendi, tolong ambilkan hasil pemeriksaan itu dan berikan pada Elsa,” perintah Wicaksono.

“Baik, Pak.”

Elsa melihat Rendi yang menghampiri lemari. Tanpa mau beralih, tatapan Elsa terus mengikuti setiap apa yang laki-laki berpawakan kekar itu lakukan.

Tanda tanya besar bermunculan membuat rasa penasaran seakan meluap. Elsa sudah tak sabar ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Rendi berbalik badan. Kini, ia memegang sebuah map berisi hasil pemeriksaan yang Wicaksono katakan. Ia menyerahkan map itu pada Elsa.

“Buka, El. Baca dengan teliti,” perintah Wicaksono.

“Memangnya apa ini, Kek?” tanya Elsa seraya membuka map itu secara perlahan.

“Baca saja. Nanti kalau belum paham, Rendi yang akan menjelaskan semuanya.”

Fokus Elsa yang tadinya tertuju pada Wicaksono, kini beralih melihat isi dari map yang sudah diambil.

Elsa seketika bingung saat melihat tabel yang menunjukkan tulisan dan angka-angka yang tak dipahami. Namun, ia terkejut kala membaca kop surat yang menjadi inti dari hasil pemeriksaan itu. Di sana tertulis hasil identifikasi DNA. Di bawahnya, ada keterangan siapa yang melakukan pemeriksaan itu. Yaitu, Handi Wicaksono terduga ayah dan Elsa Wicaksono sebagai anak.

Makin penasaran, Elsa memindai setiap keterangan yang ada di kertas itu. Membaca setiap kata yang nantinya akan memberikan pemahaman kepadanya.

Kecerdasan Elsa tidak diragukan lagi. Ia pantang bertanya sebelum benar-benar memahaminya dengan maksimal mungkin.

Pada akhirnya, ia menemukan maksud isi dari hasil pemeriksaan itu. Elsa dan Handi memiliki banyak kemiripan yang ditunjukkan dalam tabel. Keterangan yang ditulis menyatakan Handi adalah ayah biologis dengan persentase 99,99% membuat hati Elsa mendesir dan jantungnya berdegup hebat.

“Kek, apa ini? Aku dan Ayah bukan orang lain? Dia ayah kandungku? Apa ini benar, Kek?”

Wajar kalau Elsa tak mempercayainya. Dengan sangat kebetulan, mereka malah dipertemukan dengan cara yang sama sekali tak terduga.

“Itu hasilnya. Awalnya Kakek penasaran kenapa kamu sepintas mirip Handi dan Almarhum Wulan. Kakek diam-diam mencari tahu sendiri. Kakek juga sangat terkejut, El. Ternyata, kamu cucu Kakek yang selama ini dicari. Kakek bahagia banget masih bisa bertemu dengan cucu Kakek yang dulu sangat lucu. Ini sebuah keajaiban, El. Perkataan orang yang memberikan syarat untuk mengadopsi anak benar-benar terkabul.”

“Jadi, Kakek bukan kakek angkatku? Tapi, kita punya hubungan darah, Kek?” tegas Elsa lagi. Perasaannya masih abu-abu.

“Iya, kamu cucu Kakek yang selama ini dicari. Saking syoknya waktu itu, kondisi Kakek malah jadi menurun dan harus dibawa ke rumah sakit seperti ini. Tapi, di luar itu, Kakek sangat bahagia. Cucu kesayangan Kakek bisa ditemukan. Apa boleh Kakek memelukmu?”

Mata Elsa mulai mengembun. Antara rasa bahagia bercampur haru memenuhi ruangan yang ada di dalam hatinya. Bagai mimpi, anak yang dikira sebagai yatim piatu, malah diadopsi oleh ayah kandungnya sendiri.

Elsa menghampiri Wicaksono dan memeluk erat tubuh yang mulai renta itu. Sejak diadopsi, Elsa baru kali ini memeluk kakeknya. Dulu, seperti ada batas yang memisahkan keduanya dan kini telah lenyap.

“Kek, Elsa nggak pernah menyangka kalau selama ini keluarga kandung Elsa malah keluarga Ayah. Elsa pikir, sudah nggak ada keluarga yang tersisa. Hanya Elsa sendiri.”

Wanita berambut panjang itu, tak kuasa membendung air matanya. Bulir bening itu membasahi pipinya.

“Maafkan, Kakek. Selama ini sikap Kakek pasti menyulitkan hidupmu, El. Sekarang, Kakek janji akan berusaha membahagiakanmu. Kamu bukan lagi anak adopsi yang tinggal sebatang kara. Ada Kakek dan keluarga ini yang kini selalu ada untukmu.”

Elsa tak bisa berkata-kata. Hanya air mata yang masih mengucur dari telaganya. Bahagia bercampur haru tak mungkin bisa terelakkan.

“Nah, mulai sekarang, kamu harus bahagia. Jangan menangis.”

Pelukan mengharu biru telah usai. Wicaksono mengusap bekas air mata yang menempel di pipi cucu kesayangannya dengan jemarinya yang mulai menyusut.

“Iya, Kek. Apa Ayah sudah tahu tentang hasil tes DNA itu, Kek?”

Elsa duduk di sebelah Wicaksono. Ia pun membersihkan sisa air matanya.

“Belum, El. Ini masih rahasia. Kakek pikir, Nani terlalu mempengaruhi Handi. Jadi, lebih baik, mungkin dirahasiakan sementara waktu.”

Oh, ternyata Kakek memahami sikap Mama Nani. Kalau begitu, keputusan Kakek memang tepat. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk. Ayah bisa saja nggak percaya dan malah membuat kondisi Kakek tambah lemah. Apalagi mulut sadis Mak Lampir itu nggak ada tandingannya.

Elsa hanya bisa berbicara di dalam hati dan memikirkan perkiraan buruk yang mungkin saja bisa terjadi.

“Kek, bisakah Kakek menuruti permintaanku?” pinta Elsa.

Kening Wicaksono mengerut. Ia penasaran dengan permintaan cucu tersayangnya.

“Iya, selagi itu hal yang baik.”

“Sebelumnya, Elsa mau bercerita tentang pernikahan Elsa, Kek.”

“Oh, dua minggu lagi kan?” Bibir Wicaksono tersenyum tipis.

“Iya, seharusnya. Tapi, Elsa membatalkannya, Kek.”

“Memangnya ada masalah apa, El? Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja? Meski Rio hanya anak dari sopir pribadi keluarga, Kakek melihatmu bahagia saat bersamanya. Bukan karena status yang berbeda kan? Tapi, kalau waktu itu Kakek sudah tahu identitas aslimu, Kakek mungkin akan melarang hubunganmu, El. Untung saja bukan saat itu, baru sekarang Kakek tahu dan Kakek melihat kamu bahagia bersamanya. Jadi, Kakek akan tetap mendukungmu asal kamu bahagia, El. Sudah terlalu banyak kesedihan yang selama ini kamu terima. Kakek tidak mau melukaimu lagi.”

Terenyuh hati Elsa mendengar pernyataan yang terucap dari lisan Wicaksono. Seperti mimpi yang tak pernah terbayang bisa terjadi.

“Bukan karena itu, Kek. Elsa memang tulus mencintai Rio, tapi kenyataannya, Elsa melihat pengkhianatan di depan mata Elsa sendiri. Lebih baik menyudahi saja kan, Kek? Lebih parahnya, Rio berselingkuh dengan orang yang Elsa kenal, tapi Elsa nggak mau mengatakannya sekarang. Elsa nggak mau kondisi Kakek malah memburuk. Elsa meminta pada Kakek untuk merestui segala yang nantinya akan Elsa lakukan, Kek. Bukan sesuatu yang buruk kok. Elsa butuh dukungan dari Kakek. Elsa juga meminta tolong untuk merahasiakan terlebih dulu identitasku dari siapa saja, Kek. Untuk menjaga kondisi Kakek agar tetap stabil, Elsa mohon Kakek pindah dari rumah sakit ini ke tempat yang dirahasiakan dari Mama Nani dan Ayah. Elsa mohon, Kek.”

“Apa yang akan kamu lakukan, El?” Raut wajah Wicaksono tampak khawatir.

Elsa tersenyum dan memeluk Wicaksono untuk menenangkannya.

“Kakek jangan khawatir. Elsa hanya ingin membalas rasa yang selama ini Elsa rasakan. Sepertinya ada rahasia besar yang tersembunyi dengan sangat rapat. Elsa saja bisa dengan kebetulan bertemu dan menjadi cucu kesayangan yang dulu Kakek cari, mungkin saja ada kemungkinan lain yang masih bisa saja terjadi. Elsa hanya butuh restu dari Kakek dan tolong rahasiakan semua ini dari orang-orang. Kakek mau menuruti permintaan Elsa kan? Elsa janji, Elsa akan mempertanggungjawabkan segalanya asalkan Kekek merestui setiap perbuatanku.”

“Asalkan kamu bahagia dan tidak membahayakan keselamatan orang, terlebih kamu, Kakek akan mendukungmu.”

“Terima kasih, Kek.”

Ya, dengan identitas baruku ini. Aku akan lebih mudah merebut Bian Abimana dari tangan Vela. Laki-laki yang mungkin sudah membuat Vela jatuh cinta. Perjodohan mereka akan kugagalkan. Warisan yang dulu sebagian besar akan dikuasai Vela, kini tak sama lagi. Kakek harus aman dari Mak Lampir itu. Kalau tahu kebenaran tentang identitas asliku, bisa saja Mama Nani mengancam Kakek untuk menetapkan surat warisan sesuai keinginannya. Itu nggak boleh terjadi. Tentang pernikahan siri yang dulu Ayah lakukan, bisa saja ada kejadian yang tak terduga. Aku harus memastikannya.

Otak Elsa bekerja keras merancang rencananya. Ia berbicara di dalam hati kala merancang tahap demi tahap apa yang akan dilakukannya nanti.

Related chapters

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Menggali Informasi

    “Apakah kamu punya informasi pribadi tentang Bian Abimana? Saat ini aku membutuhkannya.”Elsa dan Rendi baru keluar dari ruangan tempat Wicaksono dirawat. Tanpa mengulur waktu, Elsa segera memulai rencananya untuk bertemu empat mata dengan Bian.“Memangnya kenapa, Mbak?” Bagaimanapun info yang Rendi miliki tidak boleh tersebar secara sembarangan meski pada Elsa sekalipun.“Aku sangat membutuhkannya. Bisakah kamu membantuku? Kalau kamu mau mengetahui cerita selengkapnya, ayo, kita cari tempat yang lebih nyaman. Aku harap, kamu bisa membantuku. Terima kasih juga sudah mau merawat Kakek selama ini. Setelah nanti Kakek dipindahkan, tolong jaga kerahasiaannya dari siapa saja.”“Iya, saya akan mendengarkan alasan Anda terlebih dulu. Tentang Direktur Utama, itu memang sudah menjadi tugas saya.”Elsa tak menjawab lagi, hanya anggukan dan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Mereka berjalan beriringan menuju ke tempat yang lebih nyaman.Suasana di sebuah kafe tampak ramai. Elsa dan Rendi suda

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Bertemu

    “Kamu bagaimana sih, Mas? Kenapa Mbak Elsa bisa membatalkan pernikahan kalian begitu saja? Apa kalian ada masalah? Kamu bikin dia marah kan, Mas?”Di Restoran Laria sudah ada Vela dan Rio. Sejak tadi, percakapan mereka dipenuhi emosi. Terlebih Vela yang banyak mencecar tuduhan demi tuduhan pada Rio.“Kamu ini, kenapa ikut saja menyalahkanku? Sayang, aku nggak tahu alasan Elsa membatalkan pernikahannya. Tiba-tiba saja dia melakukannya. Nggak ada masalah sama sekali sebelumnya. Kamu lihat kemarin kan, setelah mencoba gaun, kami baik-baik saja? Seharinya malah Elsa melakukan tindakan tak terduga sama sekali,” bela Rio.“Harusnya, kamu bisa mencegahnya, Mas.” Kemarahan tampak jelas di wajah Vela.“Bagaimana caranya? Elsa sudah lebih dulu bertindak. Dari gaun sampai masalah KUA sudah dibatalkan secara sepihak oleh Elsa, Sayang. Maafkan aku.”Rio bermaksud meraih tangan Vela yang tergelatak di meja, tetapi detik yang sama ditepis oleh Vela.“Sayang, apa lebih baik kita berkata jujur di hada

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Beradu Mulut

    “Apa yang kamu lakukan?” Bian sangat terkejut hingga tubuhnya seakan membeku.“Diamlah. Saya hanya menempelkan sedikit bibir saya yang sangat berharga ke pipi Anda. Jangan salah paham. Karena di dekat sana ada Vela dan mantan calon suamiku yang sedang melihat kita. Bukankah Anda setuju dengan syarat saya tadi?” bisik Elsa tepat di dekat telinga Bian setelah melepas kecupannya.“Mbak Elsa! Apa yang kamu lakukan!” pekik Vela sambil berjalan tergesa makin mendekat.“Eh! Kenapa kamu ada di sini, Vel. Em ... tentang ini ....” Elsa berpura-pura mengalihkan fokusnya ke arah Rio. “Oh, kenapa kamu bersama Mas Rio? Akhirnya kamu mau memungutnya ya, Vel? Menurutmu kan, Mas Rio laki-laki yang sangat baik. Pantas sih, kamu mau menerimanya yang mungkin sedang patah hati gara-gara aku.” Justru Elsa sengaja membuat Vela makin meradang.“Mbak! Bukan itu yang harusnya dibahas, tapi harusnya tentang perbuatanmu tadi. Kamu nggak malu, Mbak? Di tempat umum seperti ini? Dengan calon suamiku?”Elsa berhasil

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Gara-gara Video Viral

    “Ma! Mama tahu! Vela baru saja melihat Mbak Elsa mencium pipi Bian, Ma! Bukankah itu sangat keterlaluan! Dia bilang, mereka sudah berpacaran secara resmi! Padahal sudah jelas, Bian adalah calon suamiku kan, Ma? Mama harus melakukan sesuatu dong, Ma.”Sampai di rumah, Vela langsung mengadu pada Nani. Perasaan di dalam hatinya merongrong tak mau menerima apa yang baru saja dilihat oleh mata kepalanya sendiri.“Apa, Vel! Kamu nggak salah lihat kan? Beraninya anak pungut itu melampaui batasnya! Sudah bikin malu gara-gara membatalkan pernikahan, sekarang malah bikin ulah lainnya. Anak itu seharusnya tetap dikurung di kamarnya biar nggak bikin orang jadi naik darah!”Kedua mata Nani melotot hampir keluar. Urat di lehernya tampak jelas tergambar. Anak dan ibu itu terbakar amarah yang maha dahsyat sebab sikap Elsa yang sebelumnya tak pernah diduga.“Mama harus melakukan sesuatu, Ma. Pisahkan mereka. Jangan sampai Mbak Elsa merebut Bian dariku. Aku suka sama Bian, Ma. Dia harus menikah dengank

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Jangan Sampai Jatuh Cinta

    “Apa, Bi? Kamu barusan ngomong apa? Mengantarku?” tegas Elsa.Kebersamaan yang dilakukan beberapa jam itu, ditambah main game bersama, Elsa tanpa sadar telah terbiasa memanggil Bian seperti seorang teman. Hal yang sama pun dilakukan oleh Bian.“Iya! Kita kan sudah sepakat. Lakukan perjanjian itu mulai sekarang bukan? Mungkin saja kamu membutuhkan bantuanku nanti.”Kedua alis Bian naik-turun. Senyum mengembang di bibirnya. Sengaja dilakukan, karena Bian memang pada dasarnya orang yang suka bercanda dan iseng.Entah mengapa, aku suka berlama-lama sama gadis ini. Dia membuatku merasa bersemangat. Di dalam hatiku merasakan sesuatu yang aneh. Aku juga bingung, kenapa perasaan aneh itu bisa muncul? Degupan jantungku pun terkadang tak bisa terkontrol gara-gara sikapnya.“Bukankah kamu juga harus pulang? Video itu sudah viral. Nggak mungkin kalau kamu malah mengantarku pulang.”“Udah viral kan? Ya udah. Malah membantu rencana kita kan? Pernikahan kita bisa dipercepat?” Bian mengerlingkan mata

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Sikap Bian

    “Bi—bian?” Seketika, Nani menoleh sambil tergagap melihat calon menantu untuk anak kandungnya itu.“Iya, Tante. Ini saya. Apakah Tante sangat terkejut? Lepaskan tangan Elsa, Tan. Tolong.”Bian berjalan mendekati Elsa. Secara sengaja pula, laki-laki berpangkat direktur muda itu memohon pada Nani untuk menuruti kemauannya.Sontak, wajah Nani berubah pias. Ada ketakutan sendiri karena kata-kata yang tadi lantang terdengar. Sudah pasti, Bian mendengarkan segalanya.Dengan terpaksa, Nani menuruti perintah Bian. Tangannya yang mencengkeram erat, bahkan tangan Elsa merasa panas, sudah dilepaskan.“Mas Bian, silakan masuk.” Nani berubah ramah.“Iya, silakan masuk. Kita bicarakan di dalam saja, biar enak.” Handi ikut saja sungkan gara-gara ucapan istrinya.Bagaimanapun, hotel yang sedang dikelola olehnya, sangat membutuhkan suntikan dana. Sudah dibantu dengan sumber dana dari hotel yang Elsa kelola, masih saja belum bisa membuatnya stabil.Sedangkan Elsa, sengaja menyimpan keuntungan yang lain

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Mengecewakan

    “Bukan begitu, Sayang. Kamu harus bersabar dulu. Nggak bisa bertindak gegabah, Sayang. Yang penting, untuk sekarang, kamu sudah kunikahi meski secara siri. Artinya, aku bertanggung jawab atas anak yang kamu kandung. Tinggal menunggu waktu yang tepat, aku akan meresmikan pernikahan kita, Sayang. Kamu harus bersabar, ya.” Handi berusaha menasihati istri sirinya itu.“Mau sampai kapan, Mas? Kamu saja takut sama Wulan, bagaimana bisa merealisasikan perkataanmu tadi? Apa susahnya menceraikan Wulan sih, Mas? Kamu mencintaiku kan?” Perkataan Nani diliputi rasa iri.“Aku mencintaimu, Sayang. Tapi, aku juga mencintai Wulan. Apalagi dia menantu yang paling Ayah sayang. Aku nggak mungkin menceraikannya sesuka hatiku, Sayang. Ayah dan semuanya pasti akan membuangku. Kamu nggak mau semua itu terjadi kan?”Perasaan Handi diliputi perasaan cemas. Dia pikir gampang mempunyai dua istri dalam waktu bersamaan. Ternyata, semua tak seindah bayangan. Akan ada rasa iri dan dengki yang selalu memancing sebua

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Jawaban Menohok Hati

    “Wah, pagi-pagi, Mama sudah menggedor pintuku hanya untuk mengusik pendengaranku?” tanya Elsa sambil mengernyitkan kening.Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Elsa secara tiba-tiba.“Nggak sopan kamu ya! Sekarang sudah berani membantah perkataan Mama! Ingat Elsa! Kamu hanya anak pungut! Ayah terpaksa mengambilmu dari panti asuhan hanya untuk menemukan istrinya yang nggak tahu diri! Kamu itu bukan siapa-siapa di sini, Elsa!”Ada yang berdenyut di dada Elsa. Kini, Nani sengaja menjelekkan istri pertama Handi yang diketahui adalah ibu kandung Elsa.Apakah Nani memang sejak dulu sudah membenci Wulan? Hingga ia mengatakan kalau istri pertama Handi sebagai wanita yang tidak tahu diri?“Iya, Mbak. Lebih baik, kamu batalkan semua rencana pernikahanmu dengan Bian kalau hidupmu masih ingin tenang dan dianggap sebagai bagian keluarga ini.” Vela berucap menambah amarah di dalam hati.“Apakah Ayah akan setuju? Bukankah dia harus meminta persetujuan pada Kakek untuk bisa membuangku? Dan tentang t

Latest chapter

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pernikahan Sesungguhnya

    “Bebaskan aku! Aku nggak bersalah! Mas Aryo yang menyuruhku selama ini! Dia yang awalnya punya rencana busuk itu. Aku nggak bersalah!”Nani histeris kala hakim telah memvonis hukuman penjara selama beberapa tahun kepadanya.“Mas Aryo yang jahat! Dia yang bersalah! Bukan aku!” ulang Nani dengan suara yang masih lantang.“Kita sama-sama berbuat kejahatan. Kita yang merencanakan semuanya! Bukan hanya aku!” balas Aryo tak mau disalahkan.“Diam kamu! Aku nggak mau di penjara!” hardik Nani.“Kita sama-sama salah! Jangan limpahkan semua kesalahan kepadaku! Brengsek!” Aryo kesal karena Nani selalu menyalahkannya.“Tolong diam semuanya! Keputusan sudah ditentukan! Tidak ada gunanya kalian bertengkar seperti sekarang! Silakan bawa tersangka ke dalam sel yang telah disediakan.”Kemarahan Nani tak bisa dilampiaskan lagi karena memang telah mendapatkan keputusan dari pihak berwenang. Percuma saja meski dia marah hingga berteriak-teriak. Vonis itu akan tetap menimpa dirinya sebab perbuatan jahat ya

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Kebusukan yang Terkuak

    Kasus kejahatan yang dilakukan oleh Nani dan Aryo sudah ditangani pihak berwenang. Nani diringkus oleh pihak kepolisian. Namun, Handi memohon untuk menunda kepergian mereka sampai Vela datang.“Yah! Sebenarnya ada apa? Kenapa Ayah datang bersama polisi yang akan menangkapku? Aku nggak melakukan apa-apa, Yah!” bela Nani wajahnya memucat. Ia duduk dengan tangan yang telah diborgol.“Kau selingkuh dengan Aryo kan? Kalau mengelak, hukumanmu akan tambah berat,” ancam Handi.Kata-kata Handi yang Nani dengar itu bagai dentuman bom yang meluluh-lantahkan perasaan di dalam hatinya. Ada ketakutan yang dirasakan di detik yang sama. Tak menyangka, semua yang telah ditutup rapat-rapat akan terkuak begitu saja.“A—apa maksudmu, Yah?” Ya, tentu Nani tak akan mengakuinya dengan mudah meski nasibnya sudah di ujung tanduk.“Kau mendorong Pak Umar dari atas tangga gara-gara dia melihatmu sedang bermesraan dengan Aryo kan? Akui saja Nani.”Nani hanya menggelengkan kepalanya. Ia ingin menyangkal lagi, tet

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Aku Mau Menikah Denganmu

    Sehari setelah Wulan menyampaikan alasannya kepada orang-orang dari masa lalunya, menjadikan hubungan itu kembali membaik. Penyesalan dari masing-masing orang bisa saling diterima dengan lapang dada. Mereka saling memaafkan dan memulai dengan hubungan yang lebih baik dari sebelumnya.Handi dan Wulan belum membicarakan lagi tentang hubungan pernikahan keduanya. Mereka ingin fokus pada kesembuhan Elsa terlebih dulu.Ketika sedang bercengkerama, ponsel Handi berbunyi. Ia mengambil benda itu. Di layar itu tertulis istriku. Ya, Nani orang yang menelepon Handi.Aku harus mengganti nama kontak ini. Dia wanita jahat dan licik. Aku akan menyudahi hubungan pernikahan kami. Tapi, sampai Elsa belum bisa dibawa pulang, aku harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ini demi kelancaran rencanaku untuk menjebloskannya ke penjara.Handi menyingkir dari orang-orang. Kemudian, mengangkat telepon yang berasal dari istrinya.“Halo, Yah. Ayah mau pulang kapan? Jangan lama-lama. Aku sendirian di rumah.”Nan

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Titik Terang

    Septi dan Wulan memasuki ruangan tempat Elsa terbaring tak berdaya. Orang-orang yang ada di ruangan itu, tentu menyambutnya dengan senyum yang lebar. Namun, kala menyadari kalau Wulan adalah orangnya, Wicaksono dan Elsa tercengang. Keduanya tak percaya kalau Wulan masih hidup dan sekarang berdiri di hadapan mereka.“Apa benar kamu Wulan?” tanya Wicaksono menghampiri wanita yang berdiri di sebelah Septi.Wulan mengangguk sambil menahan rasa khawatir. Lisannya bagai terkunci. Meski senang bisa berjumpa lagi dengan mertuanya, tetap ada rasa tidak nyaman yang menyeruak dari lubuk hati terdalam.“Kakek mengenalnya?” Laras tentu tak tahu apa-apa. Juga, suasana ruangan itu berubah canggung karena pertemuan mereka. Hingga Laras makin penasaran.Wicaksono malah terdiam. Pelan-pelan sorot matanya tertuju ke arah Elsa. Hatinya yang mendesir pun mengundang perasaan haru.“El, ternyata bundamu masih hidup. Apa yang kamu lihat, mungkin memang dia. Ini benar-benar keajaiban,” kata Wicaksono pada Els

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pengakuan Umar

    “Pak, saya mau mengabarkan berita bahagia tentang Ayah saya. Beliau sudah mulai bisa berbicara. Ayah saya ingin mengatakan tentang kejadian saat beliau jatuh di tangga. Kalau berkenan, saya akan mengeraskan suara panggilan ini agar Anda bisa mendengarnya juga. Saya akan merekamnya sekalian sebagai bukti kalau seandainya nanti dibutuhkan.”Rendi menjelaskan tujuannya sebelum Umar mengatakan apa yang ia alami di masa lalu.“Oh, syukurlah kalau memang begitu. Loadspeaker saja, biar kami ikut mendengar,” jawab Handi, kini lebih menghargai Rendi.“Ayah saya masih terbata-bata saat berbicara, mohon pengertiannya kalau ucapannya sulit dipahami.” Rendi menjelaskan lagi secara spesifik tentang kondisi ayahnya.“Tidak masalah, Ren.”“Baik, Pak. Terima kasih.”Apa nantinya, kebusukan Mama Nani akan terbongkar? Menurut Elsa dari ceritanya dulu kan, Mama Nani orang yang sudah mendorong ayahnya Rendi. Kira-kira, apa sebabnya ya?Bian hanya diam saat Rendi mengatakan tujuannya. Ia masih menutupi rah

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Mencecar Aryo

    “Di mana bajingan itu, ha! Sudah diberi kepercayaan, tapi malah berniat membunuh Elsa? Apa alasan bajingan itu, ha! Pengkhianat!”Ketika Handi dan yang lain sudah sampai di rumah sakit tempat Aryo dirawat, ia tak bisa membendung emosinya lagi. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Aryo yang mungkin sedang terkulai tak berdaya di ranjang pesakitan.“Mari, Pak. Saya antar.” Salah satu bodyguard mempersilakan mereka untuk mengikutinya ke ruangan tempat Aryo dirawat.“Iya! Cepat antar aku ke sana!” jawab Handi makin geram sambil melangkahkan kakinya.Kemurkaan terlukis di wajahnya. Orang yang begitu dipercaya, ternyata menusuknya dari belakang. Apalagi Handi telah tahu siapa Elsa sebenarnya, kemarahan makin tak terbendung.Sampai di ruangan tempat Aryo dirawat, Handi menautkan alisnya seraya menatap tajam ke arah Aryo yang terbaring lemah. Orang itu telah sadar setelah tadi sempat pingsan.“Yo! Apa maksudmu! Kamu sengaja mencelakai Elsa? Kamu berniat membunuhnya, ha! Apa yang ada di pikiranmu

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Sikap Handi

    “Baiklah, aku akan mengikuti solusimu. Aku ingin melihatnya dalam kondisi baik-baik saja, Sep. Jangan sampai aku menyesali seumur hidup.”Wulan menghapus air matanya. Ia telah menentukan pilihan yang paling baik menurutnya.“Itu pilihan yang paling tepat, Lan. Aku akan langsung mencari tiket pesawat untuk pergi ke tempat mereka setelah mendapat jawaban dari Bu Laras. Kamu persiapkan segalanya. Bawa hasil tes DNA-nya siapa tahu dibutuhkan.”“Baiklah, aku pulang dulu.”“Hati-hati. Jangan terlalu mencemaskan kondisi Elsa. Dia pasti ditangani sebaik mungkin.”Wulan menganggukkan kepala. Kemudian, bangkit dari kursi dan perlahan pergi dari toko bunga itu.Kamu harus baik-baik saja. Kita belum bertemu, Sayang. Bertahanlah.Air mata kembali luruh kala Wulan mengingat kondisi Elsa yang membuatnya merasa ketakutan sendiri.***“Ayo, Sayang. Minum jus jeruknya ya? Kamu harus cepat sembuh,” ucap Handi. Di tangannya sudah ada segelas jus jeruk.Sikap Handi kini berubah 180 derajat dari sebelumnya

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Penyesalan

    “Bi, kenapa kamu duduk di situ?” tanya Elsa meski suaranya lemah. Ia juga mendengar kalimat terakhir yang Bian katakan sambil mengecup tangannya.“Elsa! Kamu sudah sadar, Sayang?” Bian seketika bangkit kala mendengar suara lirih itu.Kedua mata lelaki itu makin berbinar. Ia senang bercampur haru. Tatapannya lekat melihat gadis yang dicintainya itu telah pulih dari masa kritisnya.Elsa hanya tersenyum. Bian begitu mengkhawatirkannya terlihat dari raut wajahnya saat ini. Elsa tak mengingat sama sekali apa saja yang terjadi setelah mobilnya mengalami kecelakaan.“Aku takut banget, Sayang. Aku takut kamu nggak sadar lagi. Aku nggak tahu lagi kalau seandainya kamu meninggalkanku untuk selamanya. Aku nggak bisa, Sayang.”Bian memeluk Elsa meski hati-hati. Air matanya pun tumpah lagi. Di hadapan Elsa, lelaki itu begitu lemah. Rasa cintanya memang tulus. Bukan sekadar omong kosong belaka.“Bi, aku kan masih bisa ngobrol sama kamu. Jangan ngomong begitu.”“Darahmu banyak yang hilang, Sayang. W

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Bulan Madu yang Tak Diharapkan

    “Oh, salam kenal. Saya Zeta, adiknya Mas Bian. Sesuai penjelasan yang Mbak Elsa katakan, saya hanya ingin berterima kasih kepadamu karena sudah mau membantu Mas Bian. Walau melalui Mbak Elsa, tetap saja saya harus berterima kasih padamu,” ucap Zeta sambil mengulurkan tangan.“Salam kenal, saya Rendi. Tentang masalah itu, memang sudah tugas saya. Tidak perlu berterima kasih, tidak masalah.” Rendi menyambut uluran tangan itu.“Baiklah.” Zeta bingung harus berbicara apa lagi.“Ya sudah, saya harus kembali bekerja. Permisi.”“Iya, Ren. Terima kasih sudah mau datang sebentar ke sini,” kata Elsa.Rendi mengangguk seraya pergi.“Dia nggak pernah tersenyum ya, Mbak?” bisik Zeta.“Iya, dia sangat serius orangnya.”“Oh, pantas, pasti nggak asik.”“Tapi, dia baik banget, Ze.”Zeta hanya mangut-mangut. Sorot matanya masih tertuju ke arah perginya Rendi.“Ayo, Sayang. Kita harus berangkat sekarang,” ajak Bian.“Ya udah, ayo!”Bian dan Elsa berpamitan pada semua orang yang telah mengantarnya. Merek

DMCA.com Protection Status