Telur yang Bukan TelurPerlahan tapi pasti langkah para Ashokans muda menapak alam baru tanpa peta. Menyibak gundukan dedaunan kering yang tebal dengan sikap waspada. Mereka berjalan beriringan agar tak ada yang tertinggal dari kelompok. Saling menjaga satu sama lain. Sambil sesekali memberi bekas petunjuk untuk meninggalkan jejak nantinya.“Nanzu, apa kau masih ingat titik di mana tadi kita datang.”“Sebenarnya masih agak samar, tapi aku yakin kita bisa kembali, dengan mengikuti jejak yang kita buat ini.”"Baiklah.”Merekapun terus melangkah, tetapi hutan itu seperti tak berujung. Selain jalanan pekat tanpa cahaya yang berarti karena dedaunan yang terlalu rimbun dan pohon-pohon yang berukuran terlalu besar dan rapat.Cukup lama kelima langkah Ashokans muda itu tak kenal lelah, terus bergerak hingga akhirnya….“Aku sudah lelah. Kakiku terasa kram teman-teman.” Kucul Rinci terengah menghentikan langkahnya tiba-tiba. Dan ini diikuti juga oleh yang lainnya.“Kau benar, Rinci. Aku juga…”
Penguasa Negeri AsingSaat ini di dimensi Tredor begitu porak poranda. Seluruh pasukan kurcaci dewasa semuanya tewas dengan keadaan mengenaskan. Hanya tersisa beberapa liliput saja. Itupun sekedar untuk dijadikan koleksi hidup di Kastil Bintang.Salah satunya adalah ketua suku, si penyihir topi rumbai. Namun, tak ada bangsa Lor yang mengetahui hal ini. Dirinya dan beberapa kurcaci lain, tergeletak tak berdaya dan terikat oleh tali sulur sihir.“Cepat carikan di dalam setiap rumah mereka, peta bintang putih.” Hans Muda memerintahkan seluruh pasukannya menggeledah setiap rumah yang ada untuk mencari keberadaan sebuah peta.Peta ini bernama Bintang Putih. Satu dari sekian banyak harta karun bangsa liliput yang berisi pemetaan sihir di berbagai portal.Kaum mereka, dianugrahi kelebihan yang unik, mereka dapat memetakan berbagai wilayah portal di banyak dimensi. Dan Hans Muda sangat mengincar benda ini.Tentu saja untuk memperluas dan memenuhi rasa serakahnya terhadap penaklukan yang tanp
Lembah AjaibDengan tangan masih memegang telur biru tua, Sunan Zunungga memimpin langkah keempat Ashokans lainnya menapak hutan pekat lebih jauh. Mencoba mencari ujung dengan mengandalkan cahaya keemasan yang dipancarkan benda unik tersebut.Cahaya itu tak lagi terasa panas di tangan Sunan Zunungga seperti di awal. Tetapi lebih lembut dan bersahabat. Satu-satu kaki mereka menyibak dedaunan kering yang gugur, dengan langkah sedikit dipaksakan karena keadaan mereka yang memang sudah didera rasa lapar dan haus. Tanpa mereka sadari, terutama Nanzu, guratan halus bersinar di telur biru tua itu ternyata seperti akar yang hidup. Dan garis-garis itu entah bagaimana menyelinap masuk melalui pori kulit Sunan Zunungga yang terbuka oleh keringat dan yang akhirnya menyatu di urat nadinya. Tetapi tak ada perubahan apa-apa pada Sunan Zunungga. Tak ada rasa sakit, atau rasa apapun lainnya yang aneh.Setelah hampir menempuh puluhan depa perjalanan, akhirnya mereka mendapati cahaya di langit yang l
Lembah Ajaib IIKarena kedatangan makhluk besar berleher panjang itu, Sunan Zunungga kaget secara spontan hingga tak sengaja melepaskan pegangannya yang licin pada sebuah celah cadas yang tajam. Tangannya masih berusaha menggapai bagian-bagian kasar dari karang tetapi pegangan itu tak cukup kuat menahan tubuhnya, hingga akhirnya jari-jari yang bergesekan itu terlepas.Sunan Zunungga terjatuh ke dasar jurang!Ketinggian itu masih berkisar antara dua puluh atau tiga puluh depa ke bawah. Sehingga jika tubuh kasar terjatuh akan sangat berakibat fatal.Minimal dengan tubuh remuk atau tulang-tulang yang hancur. Terlebih, di dasarnya adalah pelataran batu-batu yang membentuk lantai alami dengan tinggi rendah yang tak rata.Histeris!Tentu saja! Saat ini seluruh Ashokans muda berteriak menyaksikan Nanzu yang terjatuh bebas seperti kelapa yang dipetik dan dilemparkan dari ketinggian.Sebagian memalingkan wajah karena tak sanggup jika harus melihat tubuh temannya yang hancur! Karena semenjak
Peta Bintang PutihJauh di masa sebelum penaklukan dimensi Tredor oleh bangsa Lor.Dahulu kala, di zaman leluhur dimensi Tredor.Langkah kaki kecil itu terseret pelan namun pasti. Merayap tanah-tanah kecoklatan di antara tingginya hutan kecil semak belukar. Perjalanan itu menuju puncak gunung Bertha. Seorang liliput laki-laki berusia setengah baya dengan tampilan kharismatik oleh hiasan jenggot panjangnya yang menjurai, mensegerakan langkah tanpa menghiraukan apapun.Tujuannya adalah menyerahkan undangan pertemuan para perwakilan dimensi kepada ketua suku bangsa Tredor waktu itu. Pertemuan itu sendiri diadakan setiap seribu tahun sekali, yang dihadiri oleh setiap perwakilan dimensi yang tersebar di seantero portal galaksi para dewa.Dimensi Tredor bukanlah dimensi yang terpisah dan hidup terasing. Ternyata di balik ini, justru merupakan gerbang utama portal-portal tersembunyi lainnya.Dan salah satu yang terdekat adalah portal menuju dimensi ungu.Portal ini didiami oleh peri-peri s
Peta Bintang Putih IISaat ini gadis liliput itu, Cabi, berada di atas sebuah pembaringan terbuat dari batu pualam putih. Rupanya sewaktu tubuh kasarnya menjejakkan diri di perbatasan portal dimensi Ashok waktu itu, ia kehilangan kesadaran. Traumatik!Cabi, hanyalah seorang gadis liliput yang baru menginjak usia remaja. Tetapi dalam semalam seolah seluruh dunianya terbalik dan runtuh. Begitu saja… tanpa ada penjelasan, tanpa bisa terulang. Tampak di hadapan gadis liliput suku Tredor ini, Tabib tua dimensi Ashok sedang berusaha menyadarkan dirinya. Kekuatan Agra anggrek hitam 7000 tahun yang dimiliki Tabib tua, mengeluarkan cahaya penyembuh ke dalam setiap celah kulit gadis itu.Tetua Utara dan beberapa Asta penjaga senior yang menyaksikan hal ini hanya bisa menunggu. Menunggu hingga gadis ini siuman kembali dan menceritakan segala sesuatunya.“Bagaimana keadaannya, Tabib Tua?” Tetua Utara mengungkapkan rasa penasarannya terhadap kondisi Cabi saat ini.“Hemmm, secara fisik, tubuh g
Kastil Bintang Saat ini di Kastil Coral. Setelah penaklukan di dimensi Tredor, Hans Muda dan pasukannya telah kembali ke dinasti asal mereka. Kastil Coral yang sepi dalam beberapa waktu kini menjadi ramai kembali. Pesta dan perayaan akan diadakan setiap kali bangsa mereka berhasil menundukkan wilayah lainnya dan membawa pulang barang-barang berharga ke dalam ruang penyimpanan istana. Selain memiliki ruang penyimpanan khusus harta karun hasil rampasan perang, di Kastil Coral ternyata juga menyimpan banyak ruang rahasia dan ruangan penting lainnya. Masih dalam wilayah Kastil Coral, Hans muda sengaja membangun sebuah istana tersendiri sebagai bentuk kasih sayang terhadap putrinya, Sophia. Kastil Bintang! Dalam Kastil ini tersimpan banyak sekali harta karun hasil penaklukan dari banyak wilayah. Sophia, sebagaimana halnya putri dari seorang sang penakluk, memiliki sifat manja dan kejam. Dan salah satu kesukaannya adalah mengkoleksi banyak benda yang unik, tak peduli itu benda
Panca AshokansGenks:)) Maaf ya, di bab sebelumnya, edisi Kastil Bintang, othor terdapat salah penulisan kata, yang memberi perintah Nek Hanbak itu Manik Coban, bukan Manik Canta ya. Maafin othornya lagi gabut, hihi. Jadi, Manik Canta itu sebenarnya adalah kakek buyut si Manik Coban ini. Dengan kata lain, Manik Canta itu salah satu leluhur bangsa Lor. Ras pertama yang terlahir dari perpaduan bangsa Coron bertanduk dan suku vampir penghisap darah. Sekarang kita kembali kepada lanjutan cerita ya, Genks :))Nek Hanbak yang menghilang dari Kastil Bintang setelah mendapatkan kepala rusa tanduk perak. Segera menemui Manik Coban di tempat persembunyiannya. Langkah tua itu sedikit tertatih, karena untuk membuka sistem pertahanan sihir di penjara kaca elektrik Kastil Bintang sangatlah menguras energi internalnya. Tetapi, hal ini sebanding dengan pencapaian besar yang telah ia dapatkan! “Tuan...tuan…. Aku berhasil mendapatkannya!” Dengan tergopoh Nek Hanbak memasuki lorong gua yang tandus