Share

Duka Sofia

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"S-sofia ...," Adnan tergagap dengan apa yang dilakukannya baru saja. Ia menatap telapak tangannya yang digunakan untuk men*mp*r Sofia. Adnan tak menyangka ia menjadi sangat ringan tangan sekarang. Emosi dalam dirinya membuat ia lupa bahwa sekarang yang berdiri di depannya adalah sang istri.

Adnan buru-buru mensejajarkan tubuhnya dengan Sofia, ia berniat membersihkan luka pada bibir sang istri. Namun Sofia lebih dahulu menepis tangannya dengan lemah.

Sofia tak lagi bisa menahan tangisnya, sesak kian mendera hingga ia hampir tak dapat bersuara. "Aku selalu diam saat keluargamu menghinaku, Mas. Semuanya kulakukan karena aku menghormatimu. Namun, mengapa padaku kau sama sekali tak ada rasa iba. Apa selama ini baktiku kurang untukmu. Apa selama ini pengorbananku menjadi istrimu tak pernah ternilai, Mas?"

"Ayah menitipkan aku padamu untuk kau lindungi. Bukan kau perlakukan seperti ini, Mas. Kamu memperlakukan aku dengan kasar, kamu tak melindungiku. Kemana Mas Adnan yang Sofia kenal dahulu, kenapa sekarang kamu berubah seperti sosok asing yang tak pernah saling mengenal. Apa sekarang aku memang benar-benar tak lagi berharga untukmu?"

"Kenapa tidak dari awal kamu mengatakannya, Mas? Kenapa tak dari awal kamu bilang bahwa aku membosankan. Agar aku bisa berbenah, kenapa tak jujur padaku. Apa kamu takut uangmu akan habis jika aku memakainya. Apa kamu takut aku menjadi istri yang boros akan uang."

"Mengapa kamu sejahat itu padaku, Mas! Jadi selama ini pengabdianku terhadapmu kurang?"

"Jika kamu mengatakan bahwa aku adalah wanita keras kepala. Itu benar, karena dari awal sudah kukatakan padamu bahwa aku bukanlah wanita yang bisa selalu mengerti bagaimana cara berpikirmu, aku memang wanita yang mempunyai banyak kekurangan. Dan dari kekurangan itu, mungkin kamu mempunyai banyak alasan untuk pergi."

"Namun, satu hal yang perlu kamu tahu, Mas. Aku masih bertahan denganmu selama ini, bertahan dari cacian dan hinaan keluargamu, bertahan demi luka ini hanya karena bagiku semua kurangmu terlihat istimewa di mataku."

"Aku yang harusnya marah padamu, Mas. Aku yang seharusnya mengamuk, bukan kamu. Kamu tak akan mengerti bagaimana rasanya berada di posisiku yang tak pernah dianggap ada kehadirannya. Aku sudah melakukan segala cara agar aku diterima dalam keluargamu, tapi tetap saja tak bisa."

"Sofia, aku minta maaf. Aku tak berniat melakukan ini, aku tak bermaksud membuat sakit. Maafkan aku, sekarang kita bersihkan lukanya." Adnan berusaha memegang lengan Sofia, matanya tertuju pada bekas merah di tangan Sofia karena pegangannya yang terlalu erat tadi.

"Jangan memegangku! Luka fisik ini tak sebanding sakitnya dengan luka batin yang kamu lukiskan, Mas. Di sini!" Sofia menunjuk dadanya. Ia mengusap darah segar di ujung bibirnya.

"Sofia, andai kamu tidak keras kepala dan menjelek-jelekkan keluargaku. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, aku hanya manusia biasa, Sofia. Aku bisa habis kesabaran saat keluargaku tak dihargai." Adnan masih mempertahankan egonya, seolah-olah Sofia yang paling salah di sini. Ia sama sekali tak memikirkan bahwa Sofia adalah orang yang paling terluka sekarang.

Bak kaca yang retak, hati Sofia sudah tak bisa pulih seperti semula. Ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Adnan seolah-olah menikam raganya. Hinaan dan cacian yang sering terlontar membuatnya menjadi orang yang mati rasa.

"Tak dihargai?" Sofia terkekeh pelan, lalu berusaha untuk berdiri dengan berpegangan pada lantai.

"Kurang menghargai apa aku selama ini dengan keluargamu. Haruskah aku bersujud terlebih dahulu di kaki mereka satu persatu, agar kamu bisa menilai bahwa aku menghargai mereka."

"Haruskah aku mengambil jantung dan hatiku untuk diserahkan pada mereka dan mengorbankan nyawa agar aku bisa diterima di keluargamu. Aku tak mengerti, menghargai dalam kamusmu itu seperti apa?"

Sofia mengusap air matanya dengan kasar, ia menatap Adnan dengan amarah sampai wajahnya memerah.

"Sofia, jangan membuatku kalap! Permintaanku hanya satu, ikut aku ke rumah Ibu sekarang dan meminta maaflah pada mereka!"

"Sofia, ibumu sudah tak ada. Sudah seharusnya kamu menghargai ibuku sebagai orang tuamu. Ibu sudah tua, wajar jika dia berbuat kesalahan, kita sebagai orang yang lebih muda harus mengerti padanya!"

"Wajar! Kamu bilang wajar! Ibu memang sudah tua, tapi dia tidak pikun. Astaghfirullah! Mengapa aku baru sadar sekarang, bahwa aku terjebak dalam kehidupan yang toxic."

"Ibu bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, Ibu masih bisa membedakan mana uang yang berwarna merah dan abu-abu. Lalu, saat dia melakukan kesalahan kamu bilang wajar! Ajaran darimana itu, Mas! Mata hatimu tertutup dengan kata baktimu!"

"SOFIA!"

Tangan Adnan melayang di udara sebelum akhirnya dia tersadar dan enggan melakukannya lagi.

"Kupastikan setelah ini, kita tak terlibat dalam suatu hubungan lagi, Mas! Terima kasih atas luka dan pengalaman yang kamu berikan padaku. Sampai kapan pun akan kujadikan pelajaran semua ini! Hubungan kita berakhir sampai di sini saja!" ucap Sofia dengan menatap Adnan tajam. Tak ada lagi tatapan penuh cinta yang tersimpan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mendingan cerai tinggalkan suami model begitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUMPAH ISTRIKU    Hati kecil Lisa

    "Apa maksudmu, Sofia? Kita tak akan pernah berakhir!" ucap Adnan penuh penekanan."Aku ingin bercerai! Aku ingin bercerai, Adnan! Kau dengar apa yang aku ucapkan!" tegas Sofia penuh penekanan."Tidak akan ada perceraian di antara kita berdua!" bentak Adnan yang merasa gusar saat mendengar ancaman yang diberikan oleh Sofia."Ya, itu sebelum aku tahu bahwa kamu telah membohongiku. Sekarang tak ada lagi yang harus aku pertahankan denganmu. Tak ada!" teriak Sofia emosi, terpancar jelas bahwa Sofia sekarang sedang meluapkan amarahnya pada Adnan."Sofia, pikirkan baik-baik. Kamu sekarang hanya sedang kacau, aku yakin jauh di dalam hatimu pasti masih ada rasa terhadapku!" Sofia berjalan menjauh masuk ke dalam kamar yang dulu menjadi tempat keluh kesah antara dia dan juga Adnan.Sofia lalu mengambil tas untuk memasukkan beberapa bajunya tak termasuk yang dibelikan oleh Adnan."Berhenti!" Adnan menggertak Sofia, tapi Sofia seolah tak lagi takut pada amarah Adnan."Aku bilang berhenti, Sofia! T

  • SUMPAH ISTRIKU    Ke mana tempatku pulang?

    "Sofia, Mas sedang berbicara denganmu, kamu dengar tidak?" tanya Adnan saat Sofia sama sekali tak menghiraukan keberadaannya.Sofia membawa ke luar tas yang sudah disiapkan, ia berniat malam ini juga akan pulang ke kampung halaman sang Ayah.Tak peduli jika harus sendirian, daripada dia tersiksa bersama Adnan yang tak pernah menghargai perjuangannya selama ini sebagai seorang istri.Drrt ... drrt ... drrt ....Belum sempat Sofia mengangkat telepon, Adnan datang dan langsung merampasnya lalu melempar ponsel tersebut ke lantai.Prak!Bersamaan dengan itu tangan Sofia melayang ke pipi milik Adnan.Plak!"Mengapa kau hancurkan ponselku, Mas! Tahukah kamu, hanya di ponsel itu kenangan ibuku. Hanya di ponsel itu aku bisa melihat Ibu selalu! Kenapa kamu selalu menghancurkan kebahagiaanku!""Tak cukupkah selama ini, semua perlakuan buruk yang kalian lakukan padaku." Sofia menatap Adnan dengan nyalang, lalu ia bergegas mengumpulkan serpihan ponsel yang pecah."Kita bisa memperbaikinya, Sofia.

  • SUMPAH ISTRIKU    Toko Adnan sepi

    "Mana dia?" tanya Romlah saat Adnan baru saja sampai di rumah. "Siapa?" tanya Adnan pada sang Ibu. Adnan memijit kepalanya yang terasa sakit, ia mendudukkan dirinya di sofa empuk milik sang Ibu."Ya siapa lagi kalo bukan istrimu itu. Kenapa dia tak ikut kemari?" Romlah bertanya dengan nada suara ketus. Ia sangat marah karena perlakuan buruk yang diberikan Sofia padanya "Adnan memberinya waktu untuk menenangkan diri, Bu. Saat ini Sofia sedang kusut, pikirannya kacau. Mungkin dia terkejut setelah mengetahui kebenarannya." Adnan berniat langsung pergi ke kamar, tapi tangannya ditarik oleh sang Ibu dan membawanya untuk duduk di sofa."Menenangkan diri bagaimana? Memangnya istrimu pergi ke mana?" Romlah benar-benar penasaran."Dia bilang ingin ke rumah ayahnya, Bu," jawab Adnan yang memang sudah lelah. Pasalnya sejak pulang dari toko, dia sama sekali tak diberi kesempatan untuk beristirahat.Sekarang yang ada malahan masalah tak kunjung selesai, apalagi setelah mendengar ucapan Sofia yan

  • SUMPAH ISTRIKU    Ditipu

    "Mbak, mau ke mana memakai pakaian seksi begitu?" tanya Adnan saat Rani beranjak dari duduknya dan senyum-senyum sendiri."Mbak mau ketemu teman-teman dulu, kamu bisa kan sendiri aja di sini?" tanya Rani pada Adnan. Adnan mengernyitkan keningnya."Lagi, Mbak? Perasaan baru hari kemarinnya ketemu sama teman-teman Mbak, kok sekarang ketemuan lagi," kata Adnan merasa sedikit terganggu dengan cara hidup sang kakak."Sst! Kamu jangan banyak ngomong, kamu tuh nggak ngerti perempuan, Adnan. Kami sebagai perempuan ini berbeda dengan kalian yang laki-laki, perlu refreshing," jawab Rani pada Adnan. Rani mengeluarkan cermin dari dalam tasnya, lalu mengoleskan lipstik berwarna cerah ke bibirnya."Sofia dulu tidak begitu kok, Mbak, malah dia sering menghabiskan waktu di rumah melayaniku. Lagi pun, apa Mas Rehan tidak masalah jika Mbak selalu keluyuran dengan teman-teman sosialita Mbak itu?" tanya Adnan pada kakak tertuanya itu."Istrimu itu kampungan, mana ngerti dia yang kayak aku. Mas Rehan juga

  • SUMPAH ISTRIKU    POV ADNAN

    (POV Adnan)"Bu Desi bawa kabur duit arisan, Adnan!" teriak Ibu histeris, lalu duduk ke lantai sambil menangis seperti seorang anak kecil."Apa! Kok bisa, Bu?" tanyaku heran, padahal selama ini Bu Desi terkenal orang yang sangat baik.Ibu berdiri dan mendudukkan dirinya ke sofa. Aku menatap manik mata Ibu yang tampak sendu."Bisa dong, Adnan. Uang segitu banyaknya siapa yang nggak mau, mana Ibu udah ikut dua lagi. Bayangkan saja berapa banyak uang Ibu yang hilang. Padahal awal-awal dulu Bu Desi sama sekali tak pernah berbuat curang. Entah kenapa sekarang dia malah kabur membawa uang kami." Ibu curhat panjang lebar padaku, belum habis rasa pusingku karena masalah toko. Sekarang datang lagi masalah Ibu."Arisannya berapa ratus ribu sih, Bu, dalam sebulan?" tanya Adnan penasaran. Karena selama ini dia tak tahu berapa nominal yang ibunya keluarkan untuk biaya arisan."Dua juta perbulannya Adnan, tapi karena Ibu ikut dua jadinya empat juta. Mana sekarang arisan itu udah berjalan hampir sat

  • SUMPAH ISTRIKU    Yang Baik akan Bertemu orang Baik

    "Berhenti untuk ikut grup sosialitamu itu, Rani!" bentak Rehan pada sang istri. Setelah seharian bersenang-senang, Rani baru saja menginjakkan kakinya di rumah sang suami. Bahkan saat ini mertuanya pun menyaksikan saat Rani dimarahi oleh Rehan.Tak ada lagi pembelaan yang dilakukan Ibu mertuanya pada Rani ketika dia dimarahi oleh Rehan. Namun sekarang, mungkin karena sudah bosan karena Rani yang tak pernah menurut bahkan menghargai kasih sayangnya. Jadi sang mertua memilih diam dan menyetujui apapun keputusan putranya kelak."Nggak bisa, Mas! Aku tuh nggak ada lagi punya teman selain mereka. Lagian, apa sih yang salah dengan grupku. Kami itu cuma kumpul makan-makan doang, berkeluh kesah. Udah itu aja," jawab Rani. Ia tak terima jika Rehan menyuruhnya keluar dari grup sosialitanya."Aku heran kenapa hari demi hari, kamu semakin melawan denganku. Seolah-olah aku ini tak ada harganya lagi sebagai suami di depanmu! Lihat ini ...!"Rehan menarik baju seksi yang dikenakan Rani. Rani berteri

  • SUMPAH ISTRIKU    Ancaman Adnan

    "Ayah, Sofia pulang." Sofia membuka rumahnya dan terlihat sang Ayah yang sudah sepuh terbaring di kursi kayu. Setelah menempuh beberapa jam perjalanan. Akhirnya Sofia sampai di kampung halamannya. Ia tak dapat lagi menahan rasa harunya saat menatap manik mata milik sang Ayah. Sofia benar-benar sangat merindukan cinta pertamanya.Sang Ayah pun mengucek matanya berkali-kali memastikan bahwa yang saat ini datang adalah Sofia, putrinya.Adinda mengantarkan Sofia ke halte bus. Setelahnya mereka saling berpamitan."Sofia?" Sang Ayah mencoba mendekati seseorang yang sekarang ada di dalam rumahnya. Perlahan ia melangkah maju sambil menahan tangisannya karena ternyata benar, sekarang yang berdiri di depannya adalah putri kesayangannya."Ini Sofia, Ayah. Sofia pulang menemui Ayah sekarang," ucap Sofia lalu menyalimi punggung tangan sang Ayah. Lama dia mencium punggung tangan milik sang Ayah. Melihat tangan ayahnya yang keriput membuat sesak di dalam dada Sofia. Begitu lama ia pergi bersama sang

  • SUMPAH ISTRIKU    Tetangga Kepo

    [Pulanglah Sofia, aku ingin kamu mempertanggungjawabkan ucapanmu padaku dan keluargaku!]Sofia melirik ponselnya yang berada di atas meja. Tak ada niat sedikit pun untuk membalas pesan yang dikirimkan Adnan.Pagi hari ini, Sofia berniat berbelanja ke pasar. Sekalian melihat-lihat kampung halamannya yang sudah hampir dua tahun tak ia pijaki."Sofia, kamu sudah makan?" tanya Habibi, mengetuk pintu kamar sang putri."Iya, Ayah, nanti Sofia makan," jawabnya. Sofia lalu buru-buru membersihkan tempat tidur dan bergegas ke luar kamar.Dulu, sebelum Sofia dilahirkan ke dunia. Ibunya adalah keturunan orang berada. Mereka menikah karena saling mencintai. Habibi juga sama, dia diperlakukan tak layaknya seorang babu di rumah mertuanya sendiri. Itu karena pernikahan mereka yang belum dapat restu dari orang tua istrinya."Aa, kita pergi saja dari sini. Zahra tidak kuat mendengar hinaan yang terus dilontarkan pada Aa," ucap Zahra menemani Habibi yang sedang membersihkan rumput di halaman rumah mertu

Latest chapter

  • SUMPAH ISTRIKU    Kamu milikku, selamanya akan begitu.

    Awalnya Sofia dan Hafiz berencana berangkat malam itu juga, tapi karena ada satu dua hal akhirnya mereka tak jadi berangkat pada malam hari.Di sinilah Sofia berada, dia duduk di samping brankar milik Lisa. Sofia diberi kabar bahwa keadaan Lisa saat ini sangat memprihatinkan. Dari tadi air matanya tak kunjung reda, bagai hujan yang terus menerus turun membasahi bumi."Lili, Mbak Sofia sudah datang. Kenapa tak bangun, katanya kamu mau bertemu dengan Mbak. Lili maafkan, Mbak, maafkan atas ucapan Mbak yang membuat kehidupanmu menjadi seperti ini," ucap Sofia terdengar lirih. Hanya ada ia dan juga Lisa di dalam kamar rumah sakit ini."Mbak nggak nyangka kamu harus menderita penyakit yang jahat ini. Kenapa nggak pernah bilang sama Mbak, Lili. Andai saja kamu bilang dari awal, mungkin penyakitmu tak akan separah ini, Dek," ujar Sofia sambil menggenggam tangan Lisa dengan penuh harapan agar Lisa kembali bangun."Mbak sudah memaafkanmu, Dek, Mbak ikhlas dan ridha, lagipula selama menjadi adik

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Boleh Peluk, Bu?

    Sudah hampir dua minggu Hafiz sudah tak lagi menganggu Sofia. Selama itu juga Sofia merasa ada yang hilang. Bahkan, Hafiz bertamu ke rumah Sofia jika Sofia sudah tak ada di rumah."Assalamualaikum.""Wa'alakumsalam warahmatullah," sahut Habibi dan Hafiz serentak. Hafiz yang melihat Sofia pulang, bangkit dari duduknya."Ayah, Hafiz pulang dulu, ya. Nanti Hafiz akan sering-sering mampir lagi ke rumah Ayah," ucap Hafiz tanpa menoleh pada Sofia.Hafiz melalui Sofia sambil menganggukkan kepalanya."Hafiz," panggil Sofia yang melihat ada banyak perubahan pada diri Hafiz."Ya, Sofia, ada apa?" tanya Hafiz sekenanya."Apa aku ada berbuat salah?" tanya Sofia. Entah mengapa dia tiba-tiba mengeluarkan kalimat seperti itu. Melihat sikap Hafiz beberapa Minggu ini membuat Sofia merasa hampa. Seperti ada yang tak beres."Tidak ada. Memangnya kenapa?" Hafiz kembali bertanya pada Sofia."Aku merasa kamu berubah," ucap Sofia menatap Hafiz dengan penuh arti."Aku tidak berubah, Sofia," ucap Hafiz sambil

  • SUMPAH ISTRIKU    Menikahlah, Nak ....

    Hari sudah mulai larut suasana duka menyelimuti keberadaan keluarga Adnan, saat ini Romlah sedang berbaring di ranjang. Karena beberapa kali ia pingsan saat melihat sang putri memasuki liang lahat, bahkan mungkin ia juga lelah karena sempat berdebat dengan putri bungsunya. Bukan berdebat lebih tepatnya, dia marah.Saat ini Adnan duduk termenung di sofa, sambil menatap kosong langit-langit rumahnya. Perasaannya berkecamuk, bercampur aduk menjadi satu. Hingga tak dapat dijelaskan dengan kata-kata lagi. Adnan mengingat kejadian yang membuatnya hampir lepas kendali. Ia merasa sangat bersalah pada adik kecil kesayangannya.Namun di sisi lain, dia senang karena ada seseorang yang membela adik kecilnya saat dalam keadaan yang benar-benar terpuruk."Untuk apa kamu kemari, hah?!" Romlah begitu murka saat melihat Lisa datang saat Rani mulai dimandikan."Anak durhaka kamu, untuk apa lagi kamu kembali. Aku lebih baik kehilanganmu daripada harus kehilangan putri tersayangku.""Ibu." Adnan menatap

  • SUMPAH ISTRIKU    Kabar duka

    "Adnan, ada apa dengan mbakmu?" tanya Romlah yang masih tidak mengerti. "Apa kamu sudah menemukan mbakmu, di mana dia? Ibu akan memarahi dia karena sudah mengambil sertifikat rumah dan juga menggadaikannya." Romlah dengan geram berkata seperti itu."Ibu, Mbak Rani sudah tidak ada." Adnan memegang telapak tangan ibunya. Romlah mengernyitkan keningnya."Tidak ada bagaimana, Adnan? Kamu lagi ngelantur, ya. Kamu kangen ya sama mbakmu?" tanya Romlah sambil meletakkan telapak tangannya di kening milik Adnan."Adnan tidak sakit, Bu, yang menelepon Adnan tadi adalah anggota kepolisian yang mengatakan bahwa mayat milik Mbak Rani ditemukan di hotel ***," ucap Adna yang membuat Romlah shock dan langsung terduduk di lantai.Romlah menatap Adnan mencari kebohongan pada putraya. "Tidak mungkin, Adnan, pasti mereka salah memberikan informasi pada kita," ucap Romlah yang masih enggan untuk percaya, padahal di hati kecilnya dia sangat takut jika itu benar-benar terjadi pada putri kesayangannya."Mak

  • SUMPAH ISTRIKU    Wanita Itu?

    Sudah hampir tiga hari lamanya Lisa pergi dari rumah, selama itu juga Adnan sangat mengkhawatirkan adiknya itu. Bahkan, saat dia ke tempat kerja Lisa, dia sama sekali tak menemukan Lisa di sana."Ya Allah Lisa, kemana perginya kamu, Dek," ucap Adnan di dalam mobilnya, ia mengusap wajahnya dengan kasar."Harusnya aku lebih memperhatikan adikku, dia sekarang pasti sangat terpukul atas kata-kata Ibu. Bahkan, saat Lisa pergi pun Ibu sama sekali tak peduli," gumam Adnan berbicara pada dirinya sendiri. Dia merasa gagal menjadi Abang dan juga sebagai anak. Dia merasa sangat hancur melihat seberapa berantakannya keluarganya sekarang. Sedikit terbesit, apakah ini artinya sumpah Sofia sedang bekerja. Namun, ia buru-buru menggelengkan kepalanya, tak percaya akan itu semua.***"Sofia, apa benar ada guru baru di Madrasah?" tanya Hafiz yang tiba-tiba sudah ada di rumah Sofia saat Sofia baru pulang bekerja."Iya, benar." Sofia hanya menjawab singkat, dia sedikit canggung berhadapan dengan Hafiz apa

  • SUMPAH ISTRIKU    Luka Lisa

    "Biarkan saja, Ibu sudah tidak peduli dengan anak durhaka itu. Semenjak kelahiran dia, ekonomi kita menurun. Bahkan Ibu merasa kehadirannya hanyalah sebagai pembawa sial, sama seperti mantan istrimu itu ... Sofia!""Ibu, berhenti berbicara seperti itu. Adnan tidak suka Ibu mengatakan seperti itu pada Lisa. Adnan sakit hati mendengarnya, bisa tidak? Sekali saja Ibu memahami perasaan Lisa." Adnan berbicara tegas pada Romlah. Romlah hanya mengerlingkan matanya, bosan mendengar perdebatan yang daritadi tak kunjung selesai.Sebagai orang tua, dia sama sekali tak ingin mengintrospeksi diri sendiri. Apa yang salah pada dirinya, selalu merasa diri adalah orang yang paling benar di antara orang termuda.Sedangkan Lisa, dia menangis dari balik pintu. Meski sekarang sudah berada di dalam kamar, masih terdengar jelas perdebatan yang dilakukan Abang dan ibunya sendiri."Ibu kok jahat banget sih ngatain aku gitu, capek banget aku hidup kayak gini. Nggak ada aturannya sama sekali, nggak ada yang bis

  • SUMPAH ISTRIKU    Anak Pembawa Sial

    "Kamu marah sama Ibu Adnan, kamu lupa siapa yang dulu mengajarimu bicara. Sekarang nada bicaramu lebih tinggi daripada Ibu.""Sakit sekali hatiku, Tuhan. Anak-anakku sama sekali tidak ada yang peduli dengan nasibku, bahkan mereka dengan secara sengaja menyakitiku begitu saja."Romlah menangis histeris, bukan tangis sesungguhnya dia sekarang sedang bersandiwara karena ingin mendapatkan rasa iba dari anak-anaknya."Bukan begitu, Bu. Adnan tetap peduli pada Ibu, jika Adnan tidak peduli dari dulu sudah Adnan telantarkan Ibu. Namun, buktinya kan sekarang Adnan rela rumah tangga Adnan hancur karena rasa bakti Adnan pada Ibu.""Jadi, kamu menyalahkan Ibu atas hancurnya keluargamu, begitukah?""Adnan, Sofia itu memang tidak pantas untukmu. Dia itu wanita kampungan, tidak sederajat dengan kita. Lagipula, dia juga tak bisa menyenangkan hati Ibu, kerjanya hanya menjadi bebanmu saja.""Bukannya berpikir untuk mencari cara supaya bisa mencari uang untuk membantu perekonomian, ini malah nambah-namba

DMCA.com Protection Status