Beranda / CEO / SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN / Bab 17. Mas Raka Ditahan

Share

Bab 17. Mas Raka Ditahan

Penulis: Trinagi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa kamu bilang? Tenang? Ibu mana akan tenang bila melihat anaknya ditusuk jarum segini rupa diaekujur tubuhnya? Ibu mana yang tega melihat anaknya dehidrasi karena ulah ayahnya sendiri?" Aku memaki mas Raka dengan penuh emosi. Lelaki yang tidak mempunyai hati nurani. Tega menyiksa anaknya sendiri.

"Maafkan aku, Ris. Aku tidak menyangka akan begini ceritanya." ujar mas Raka penuh penyesalan.

"Aku tidak butuh penyesalanmu, Mas. Simpan saja, tidak akan mengubah segalanya. Kalau penyesalanmu bisa membuat anakku menjadi sembuh, mungkin aku akan bahagia. Tapi semua itu tidak bisa. Jadi percuma kamu menyesal!"

"Ris, aku minta maaf," Kali ini suara mas Raka melunak. Tidak seperti saat dia mengusir aku. Tidak sama seperti saat aku meminta uang belanja.

"Maaf ... maaf. Apa maksud kamu menculik Kalila? Emang kau bisa mengurusnya sendiri? Selama ini bukannya rajin sekali kau membantu aku untuk mengurus anak kita. Sekarang kok tumben! Kamu ingin menunjukkan pada orang-orang bahwa kamu itu ayah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 18. Kalila Kembali

    Bayiku menangis tiada henti. Nampaknya dia kehausan. Segera aku meraih bayi kecil itu dengan pelan. Aku merindukan momen seperti ini. Biarpun kesusahan memberikan dia asi karena terbelit tali infus tapi aku sangat bahagia.Setelah memberikan susu, aku meletakkan kembali bayiku kedalam box bayi. "Kamu istirahat dulu, Ris. Semalaman kamu belum tidur. Biar kami yang jaga Kalila!" titah bik Arum."Gak apa-apa, Bik. Biar Risma jaga Kalila," ujarku."Dengar kata Bibik, Nak. Bibik khawatir nanti malah kamu yang sakit. Kasian bayimu!" nasehat bik Arum ada benarnya juga. Namun, aku takut saat mata ini terpejam, Kalila akan diambil lagi sama ayahnya."Nanti mas Raka akan mengambil Kalila lagi, Bik. Biarlah saya menjaga bayi saya." jawabku. Kepala ini memang tetasa sangat sakit, semenjak tadi malam mata ini belum terpejam semenitpun."Tidak akan berani dia kemari, lagi pula Raka sudah masuk sel tahanan. Apa bisa dia keluar untuk mengambil bayimu? Penjagaan disana lumayan ketat loh!" jelas bik A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 19. Kamu Pantas Bahagia

    "Risma! Keluar kamu!" teriak mantan ibu mertua dari luar rumah. Beliau menggedor-gedor pintu bagaikan orang yang sedang kesurupan. Aku tidak mau anakku terbangun, gegas berjalan ke arah pintu dan membukanya untuk wanita bertubuh gempal itu."Ada apa teriak-teriak? Kayak tarzan aja! Rumah Risma bukan dihutan, Bu. Tolong jaga sopan santun!" Kesal juga melihat mertua tidak ada pengertiannya sedikitpun. Kalila baru saja sembuh dari sakitnya, dia perlu beristirahat. Begitu juga aku sebagai ibunya juga butuh ketenangan, ini malah teriak-teriak tidak jelas."Mana cucuku. Mau aku bawa pulang!" Enak saja mau membawa Kalila. Selama ini dia peduli pun tidak terhadap anakku. Selama cucunya dirumah sakit juga, dia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Sekarang malah seenak hati mau membawa Kalila, dengan alasan dia ingin merawatnya. Dan aku tidak yakin dia bisa merawat anakku dengan baik. Bisa-bisa anakku dicekokin nasi sebelum waktunya makan."Untuk apa Kalila, Bu? Kalau mau menjenguk saja s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 20. Sedang Menikmati Kesendirian

    "Saya sadar diri, Pak. Saya ini hanya seorang janda dan tidak akan mungkin ada pria baik-baik yang akan mau menikahi Saya." ujarku seraya memilin ujung gamis yang aku pakai."Saya tidak akan menikah lagi. Sampai kapanpun. Dimata Saya, lelaki itu sama saja, Pak. Hanya mau enaknya saja. Apalagi mertua dan ipar. Gak ah ... saya kapok!" lanjutku lagi.Masih trauma dengan perlakuan mertua dan adik ipar. Sebelum menikah mereka sangat baik padaku, tapi setelah setahun pernikahan semua terbongkar. Mereka bagaikan musuh bebuyutan selalu saja mencari masalah denganku.Baju yang aku beli dari hasil jerih payah bekerja dulu, diambil oleh ibu mertua untuk dipakai anak gadisnya. Begitu juga dengan sandal dan skincare. Semua diambil tanpa minta izin terlebih dahulu."Gak semua lelaki begitu, Ris. Dan juga tidak semua mertua dan ipar jahat!"Aku kok jadi curiga dengan pernyataan pak Aslan. Apa maksud dia ngomong begitu? Apa dia menginginkan aku untuk menjadi istrinya? Ah ... tidak mungkin. Dia lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 21. Bagaikan Pasangan Harmonis

    Disinilah aku sekarang. Setelah dua tahun bercerai dengan mas Raka, aku masih setia dengan keputusanku untuk tidak menikah lagi. Aku fokus mengurus Kalila dan pekerjaanku. Selama dalam masa tahanan mas Raka hilang kontak dengan kami. Entah bagaimana kabarnya sekarang, apakah sudah bebas atau masih mendekam di dalam jeruji besi. Dia tidak pernah menafkahi anakku sampai usia Kalila saat ini sudah menginjak diangka dua tahun empat bulan. Mengenai pak Aslan, setelah penolakan malam itu, beliau sudah mulai banyak berubah. Tidak lagi banyak berbicara, juga sering menghindar setiap kali kami berpapasan. Begitu juga jika ada pekerjaan dikantor yang memaksakan kami harus mengerjakan bersama, pak Aslan lebih memilih menghubungiku melalui telpon seluler atau melalui asisten pribadinya. Bagiku itu lebih baik, aku juga merasa tidak enak jika pak Aslan terlalu dekat dan mencampuri urusanku. Bukan sok cantik, tapi seperti yang aku katakan tadi. Aku ini seorang janda, yang selalu dipandang sebelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 22. Kalila Rindu Papa

    "Papa, jangan pergi!" Kalila menarik tangan pak Aslan ketika lelaki berhidung mancung hendak keluar rumah."Gak boleh gitu, Nak. Pak Aslan harus pulang." ujarku menenangkan Kalila."Papa, Ma! Bukan pak Aslan!" Teriak anakku histeris. Belum selesai aku berbicara dia sudah duluan memotong pembicaraanku. Mungkin efek dari kecapaian sehingga membuat dia menjadi tantrum."Besok Papa kemari lagi ya, Nak. Papa harus ke kantor dulu. Cari duit biar kita bisa jalan-jalan lagi kayak tadi!" Janji pria dua puluh sembilan tahun itu seraya mengelus pucuk kepala anakku. Gara-gara Kalila menabrak pak Aslan jadinya semakin ribet dan susah untuk menjauhkan lelaki itu dari hidupku."Janji ya? Gak boleh bohong." Kalila menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking pak Aslan. Beliau tersenyum melihat kecerdasan anakku. Usianya masih dua tahun empat bulan tapi cara berbicara bagaikan anak usia lima tahun."Iya. Papa janji!" Pak Aslan terpaksa menyebut dirinya sebagai papa karena Kalila menganggap lelaki b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 23. Kalila Demam

    "Kalila demam?" tanya Ratih dengan suara serak khas orang bangun tidur. Aku mengangguk merespon pertanyaan sepupuku itu. Dengan tergesa-gesa Ratih melangkahkan kakinya menuju ke kamar kami. "Pa ..." Kalila masih saja memanggil-manggil papanya. Aku dan Ratih saling pandang, beberapa detik kemudian Ratih mengangkat Kalila dan menggendongnya. "Kita bawa ke rumah sakit, sekarang!" titahnya. Tanpa berfikir dua kali aku langsung meraih jilbab instan dan memakainya. "Demamnya tinggi banget, Ris! Cepat dikit. Aku takut anakmu step!" Benar sekali apa yang diucapkan Ratih. Pernah aku baca disebuah artikel, jika anak belum genap lima tahun akan rawan kejang-kejang jika panas tinggi. Gegas aku menuju ke garasi dan mengeluarkan mobil. Jam di dinding menunjujkan diangka tiga dini hari. Sengan keberanian yang aku punya, akhirnya kami keluar membawa Kalila ke rumah sakit. Sampai dirumah sakit, Ratih segera membawa Kalila ke ruang Unit Gawat Darurat. Aku ikut menyusul dari belakang. "Suster, to

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 24. Pak Aslan

    Saat ini Kalila sudah bisa dibawa pulang. Anakku tidak demam lagi dan sudaha mulai ceria lagi. Kata dokter demamnya bukan karena ada penyakit tertentu. Namun, ada keinginan dia yang belum terpenuhi. Aku jadi berfikir sendiri, keinginan apa yang belum aku penuhi? Lagi pula Kalila tidak pernah meminta apa-apa padaku. "Kamu kerja hari ini, Ris?" tanya ibu tatkala melihat aku bersiap-siap mau ke kantor. "Iya, Bu. Risma sudah lama libur kerja. Kerjaan pasti sudah semakin menumpuk!" ujarku seraya membenahi bentuk jilbab segi empat yang aku pakai. "Tidak bisa kah kamu libur sehari lagi, Nak?" tanya ibu dengan nada memohon. "Kenapa, Bu. Kalila kan sudah sembuh? Lagipula ada mbok Sri yamg menemaninya!" tanyaku pada wanita lima puluh tahun itu. "Bukan itu masalahnya, Nak. Ibu masih kangen sama kamu. Kita belum selesai berbicara masalah yang ibu bilang tadi malam kan?" jawab dan tanya ibu seraya memasangkan bros dijilbabku. Sejak kecil ibu yang selalu memperhatikan penampilanku. Jika tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 25. Menikahlah Dengan Saya

    Setelah perjumpaan dengan mas Raka tadi pagi, aku berharap tidak akan berjumpa lagi dengan manusia tak berhati itu.Padahal anaknya baru saja keluar dati rumah sakit dan sangat merindukan sosok ayahnya. Tetapi ayahnya jangan menjenguk anaknya, bertanya kabar saja tidak pernah.Heran, bukannya nanya bagaimana perkembangan Kalila malah bertanya apa aku sudah menikah atau belum. Memang kalau aku belum menikah, apa akan merugikan dia? Enggak 'kan?Meeting hari ini dibatalkan karena ada sesuatu hal yang tidak bisa dijelaskan. Aku juga tidak menanyakan apa sebabnya sama pak Aslan. Untuk berjumpa dengannya saja aku sudah sangat malu. Bagaimana tidak. Dia mengatakan punya mas Raka sebesar kelingking bayi makanya tidak enak saat berhubungan denganku. Tuhan ... kalau mengingat itu, aku sangat malu. Apalagi aku janda dan pak Aslan duda.Selama seminggu tidak masuk kerja, pekerjaanku dikantor jadi menumpuk. Aku mengerjakan tanpa mengenal lelah. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan diangka ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 50

    Matahari Bali menyambut hangat saat aku dan Mas Aslan tiba di bandara. Angin tropis yang lembut menyapu wajahku, membuatku langsung merasa rileks. Mas Aslan menggenggam tanganku erat, senyum lebar terukir di wajahnya. Dia tampak sangat bahagia, dan itu membuatku merasa tenang."Selamat datang di Bali, sayang," ujarnya dengan suara lembut.Aku mengangguk, senyumku tak pernah lepas. "Aku sudah tak sabar menjelajah tempat ini denganmu."Kami naik mobil menuju vila pribadi di Ubud, tempat yang dikelilingi hutan dan sawah hijau. Vila itu tampak begitu tenang, dengan kolam renang pribadi dan pemandangan alam yang menakjubkan. Sesampainya di sana, kami disambut oleh staf vila yang ramah. Vila ini terasa seperti surga tersembunyi, jauh dari hiruk pikuk kota.Mas Aslan segera menarikku ke teras, di mana pemandangan hamparan sawah membentang di depan kami. Langit cerah dengan awan putih yang menggantung di kejauhan. "Ini indah sekali," gumamku sambil menyandarkan kepala di pundaknya."Iya, tap

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 49

    Sinar matahari pagi masuk dari celah tirai kamar, membangunkan aku dari tidur. Di sebelahku, Mas Aslan masih tertidur lelap. Aku tersenyum memandang wajahnya yang tampak damai. Tapi, pikiranku sudah melayang pada sesuatu yang harus segera aku lakukan, meminta izin kepada Kalila, putri kecil aku sama mas Raka, untuk pergi berlibur hanya bersama Mas Aslan selama tiga hari.Dengan hati-hati, aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju kamar Kalila. Dia pasti sudah bangun. Setiap pagi, Kalila selalu bangun lebih awal untuk bermain dengan mainannya di ruang tamu atau menonton kartun kesukaannya. Benar saja, begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat Kalila duduk di sofa dengan boneka beruang di tangannya, matanya terpaku pada layar TV yang menampilkan kartun favoritnya.“Pagi, Sayang,” sapaku sambil berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.Kalila menoleh dan tersenyum lebar. “Pagi, Mama!”Aku memeluknya erat, lalu mencium pipinya. "Lagi nonton apa nih?"“Nonton kartun!

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 48. Rencana bulan madu

    Sinar matahari menerobos tirai kamarku, membangunkanku dengan lembut. Di sampingku, mas Aslan masih terlelap, wajahnya terlihat tenang. Aku tersenyum tipis, teringat kejadian kemarin saat kami resmi menikah. Rasanya seperti mimpi, bisa bersama pria yang dulu hanya aku lihat sebagai atasan. Tapi, hidup memang penuh kejutan, bukan?Setelah mandi dan bersiap, aku melirik ke arah jam dinding. "Waktunya bangunin suami gantrngku," gumamku. Dengan hati-hati, aku mendekati mas Aslan, lalu menyenggol bahunya pelan."Sayang, bangun, Say. Kita harus berangkat ke kantor," bisikku ditelinganya.Ia bergumam pelan, matanya masih terpejam. "Lima menit lagi, ya? Mas masih mengabtuk sekali ni! ..."Aku menggeleng, lalu sedikit menggelitik perutnya. "Nggak ada lima menit lagi. Ayo bangun!"Ia tertawa kecil, akhirnya membuka mata dan menatapku. "Baiklah, baiklah. Kamu memang nggak bisa ditolak."Pagi itu kami berdua berangkat ke kantor seperti biasa. Meskipun kami sekarang sudah resmi menikah, rutinitas

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 47

    “Aku ingin Kalila tinggal bersamaku, Risma.”Kalimat itu langsung menghantam hatiku seperti petir di siang bolong. Aku menelan ludah, berusaha mengendalikan diri.“Mas, Kalila adalah hidupku. Dia nyawaku. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa dia,” jawabku tegas namun tetap menjaga nada suaraku agar tidak terdengar terlalu emosional.Mas Raka menghela napas berat. “Aku tahu kamu sayang sama dia, Risma. Aku juga sayang sama Kalila. Tapi aku pikir, sudah waktunya dia tinggal denganku. Aku ingin lebih terlibat dalam hidupnya. Selama ini, aku merasa jauh dari dia, dan aku tahu itu salahku. Tapi aku mau memperbaikinya.”Aku bisa melihat kejujuran di matanya, tapi itu tidak membuat permintaannya lebih mudah kuterima. Aku menggenggam tanganku erat-erat, berusaha menahan emosi yang mulai membuncah.“Mas, selama ini aku yang membesarkan Kalila sendirian. Aku tahu kamu ayahnya, dan aku tidak pernah melarang Kalila bertemu denganmu. Tapi Kaluka butuh stabilitas, dia butuh merasa aman. Selama

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 46. Cobaan Datang Bertubi-tubi

    Di tengah kabut duka itu, berita lain yang tak kalah menyakitkan datang. Mantan ibu mertuaku, ditemukan meninggal setelah melompat dari jembatan. Ia diketahui mengalami depresi berat sejak putri satu-satunya meninggal secara tragis."Mas, mantan ibu mertua Risma meninggal!" Aku memberitahukan berita duka ini pada mas Aslan."Innalillahiwainnailaihi rojiun! Sakit apa?" Mas Aslan juga kaget mendengar berita duka bertubi-tubi seperti ini. Baru saja tadi pagi berita kematian Rani, sekarang ibunya menyusul"Bvnvh diri nampaknya. Beliau lompat dari jembatan, Mas!""Apa?""Beliau malu Rani hamil diluar nikah! Jadinya stres dan depresi. Akhirnya gak sanggup, ya lompat dari jembatan!" jawabku lagi."Kasihan, ya!""Hmmm! Boleh Risma melayat, Mas?" tanyaku. Aku sih tidak memaksa jika mas Aslan melarangnya, cuma sekedar mengucapkan belasungkawa saja pada mantan suamiku."Boleh-boleh aja, sih! Apa perlu Mas antar?" "Gak usah, Mas. Sebentar lagi Mas mau meeting, kan? Kalau Risma pergi sendiri, apa

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 45. Keputusan konyol

    "Aku hamil," tiba-tiba Rani berkata dengan suara bergetar, tapi jelas. Matanya mulai basah dengan air mata."Mas ... kamu harus bertanggung jawab."Kalimat itu membuat suasana di meja mereka mendadak hening. Wajah istri Bayu tampak kaget, sementara Bayu hanya bisa menunduk. Aku menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Rani, jangan begitu..." kata Bayu akhirnya, suaranya rendah dan penuh rasa bersalah. "Aku nggak bisa bertanggung jawab. Ini... ini semua terlalu rumit.""Terus apa maksud kamu, Bayu?" Rani tidak bisa menahan emosinya lagi. "Aku ini mengandung anak kamu! Apa kamu mau lepas tangan begitu saja?"Bayu tampak semakin terpojok. Dia berusaha menghindari tatapan Rani, sementara istrinya berdiri di sana dengan mata terbuka lebar, seolah-olah tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. Wajahnya mulai memerah, dan aku tahu, badai yang lebih besar akan segera datang."Bayu!" teriak istrinya. "Apa maksudnya ini? Dia hamil anak kamu? Kamu pikir aku bisa terima in

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 44. Pertengkaran tidak bisa dihindarkan

    Rani dan pria itu tampak sangat mesra. Tangan mereka saling berpegangan di atas meja, sementara senyum tak pernah lepas dari wajah mereka. Pria itu sesekali membisikkan sesuatu di telinga Rani, yang membuatnya tertawa kecil.Selama beberapa saat, aku hanya bisa memandangi mereka. Kenangan tentang masa lalu dengan keluarga mantan suamiku menari-nari dalam ingatanku. Aku teringat betapa sombong dan angkuhnya Rani terhadapku, dulu. Mereka memperlakukan aku seperti babu walapun dirumahku sendiri.Setelah perceraian itu aku tidak pernah berjumpa mereka lagi. Aku tidak pernah menyangka akan melihat Rani dalam situasi seperti ini, apalagi dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Itu, bukannya mantan adik iparmu, Sayang?" tanya mas Aslan dengan penuh kehati-hatian. "Hmmm!" Aku tersenyum miris melihat kelakuan mantan adik iparku. Dulu dia menginginkan mas Aslan untuk menjadi pendamping hidupnya. Sekarang, karena mas Aslan menolaknya dia malah mencari pria tua yang penting kaya."Mas kenal

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 43. Berjumpa Mantan Adik Ipar

    "Kalau kita menikah karena digrebek, bukan kita saja yang malu, Mas. Anak-anak kita kelak juga akan menaggung malu!" jelasku sama pak Aslan. Aku tidak pernah menginginkan hal memalukan itu terjadi dalam kehidupan aku. Pak.Aslan tersentum tatkala aku jelaskan. Sepertinya dia sudah tahu tapi pura-pura saja biar diajari terus masalah agama sama calon istrinya. "Habisnya menunggu tiga minggu itu sangat lama, Risma. Aku tidak sabar menanti hari itu tiba!" ujar pak Aslan dengan wajah penuh harap. Lucu sekali melihat pak Aslan, bagaikan anak kecil yang sedang meminta mainan sama mamanya. "Gak lama tuh tiga minggu! Sebentar saja, Mas!" Aku memberi pengertian pada pria berhidung mancung itu. "Ya deh nyonya Aslan. Mas pamit pulang dulunya?" ujarnya seraya membuka pintu mobil. "Tolong jaga asupan gizi buat anakku. Beri yang terbaik untuknya sebelum Mas yang ambil alih menjaga dan memenuhi kebutuhan permata hatiku itu!" Demi apapun aku sangat terharu mendengar perkataan yang keluar dari bib

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 42. Ingin Segera Menikah

    "Apa maksud kamu bicara seperti itu? Kamu hendak merebut istri aku?" tanyaku kesal.Enak saja Andre memuji calon istri aku. Dia sedikitpun tidak menghargai aku sebagai calon suami Risma. Pria yang jelas paman baginya walaupun paman jauh. "Bukan begitu, Pak. Tolong carikan Saya istri secantik istri Bapak. Buat apa Saya merebut istri orang? Aku bukan tipe pria seperti itu, Pak." Andre menjelaskan duduk persoalannya. Ternyata dia takut juga melihat aku marah-marah. "Emang kamu mau menikah dengan janda? Calon istri saya ini janda loh?" ujarku. Bukan maksud menghina Risma sih sebenarnya. Tapi aku bangga karena biarpun sudah menjadi janda Risma masih juga menarik. Dimataku dia sangat cantik, kalah gadis perawan pokoknya. "Janda?" tanya Andre dan aku menganggu sebagai tanda merespon. "Walaupun janda tapi tidak nampak ya, Pak? Masih cantik juga. Seperti gadis belia." puji Andre. Bagiku semua itu bukan oujian sih. Tapi kenyataannya. "Bapak ya. Tau aja janda cantik." "Ya taulah. Namanya j

DMCA.com Protection Status