Lempar ke aku aja Banggg! Nanti aku tangkap pake jaring gede :)) Mayan Lima kilo emas Halooo hari ini (Dan mungkin seterusnya selama extra) Dua aja ya. Author harus sama nulis yg Lain juga soalnya hehehe Novel apa tuh kira-kira :))
“Terima kasih.” Mae tersenyum pada pelayan yang sedang menuangkan cairan berwarna coklat kental yang menjadi pesanannya—bukan cokelat panas, tapi mocca.“Kau yakin?” Ash meraih tangan Mae, yang ada di atas meja. Ia tahu Mae akan melakukan apa saat memesan minuman itu. Belum sampai kopi, tapi mocca sudah bentuk percobaan yang cukup menantang.Mae mengangguk. “Aku harus mencobanya. Kata Lynch boleh saja, selama aku yakin. Dan aku yakin saat ini.“Tidak perlu tergesa.” Ash tidak ingin Mae terlalu memburu. Bagaimanapun, baru sekitar empat kali ia kembali melakukan konsultasi dengan Lynch. Masih terlalu cepat menurutnya.“Aku ingin mencobanya, Ash. Aku tidak mau kau menjauhi kopi selamanya.”Mae mengelus punggung tangan Ash, meminta agar Ash melepaskan tangan kanannya.“Tidak masalah, Mary. Itu—”“Masalah untukku, Ash. Aku tidak mau kau membatasi kehidupanmu karena diriku. Sudah cukup.” Mae sampai melakukan hal yang tidak disukainya—kembali bertemu Lynch—untuk Ash. Ia tidak mau Ash terus m
“Nanti, Mary. Untuk apa tergesa seperti itu, makan ini dulu.” Ash menggeleng sambil memajukan dessert yang juga mereka pesan tadi. Untuk menetralkan rasa kopi kalau memang Mae gagal tadi.“Oke… Oke.” Mae mengerti kalau kemajuannya tidak boleh dipaksakan seperti nasehat LynchMae lalu mengambil sendok untuk memotong mont-blanc. Dessert paling terkenal dari Angelina.Salah satu toko kue paling terkenal di Paris—sudah berdiri semenjak tahun 1903, dengan dekorasi yang mirip istana mewah zaman Marie Antoinette. Memang menjadi tempat yang masuk dalam daftar kunjungan wajib saat Mae merencanakan perjalanan itu.Mae tidak mau mereka hanya berjalan-jalan tanpa tujuan berarti. Ia sengaja ingin mengunjungi toko-toko roti legendaris di Paris untuk melihat menu dan lainnya. Terutama Angelina yang memiliki konsep hampir sama dengan toko miliknya. “Oh, shit! This is so good.” Mae sampai mengumpat setelah merasakan gigitan pertama, karena mont-blanc itu benar-benar lezat.Dilihat sekilas di serti i
“Ash! Pergi!” Amy dengan panik berusaha mendorong Ash menjauh, tapi tentu percuma. Ia seperti mendorong tembok karena Ash sama sekali tidak bergerak. Bahkan setelah dibantu oleh Mae yang berusaha menarik agar menjauh, tubuhnya tetap berdiri kokoh di tempat.“Who the fuck are you?!”Ash mengulang pertanyaannya, masih sambil tidak berkedip menatap bocah itu. Iya Mencoba tersenyum tapi terlihat jelas kepanikannya.“Bukan urusanmu dia siapa! Pergilah!” Amy menjerit dan mengusir sambil melambai pada Loius yang sudah mengikuti masuk. Tapi tentu ia tengah berkonflik, harus membantu Amy atau Ash. Dua-duanya adalah orang yang harus dipatuhinya saat ini.“Perkenalkan, saya Galant.” Bocah itu akhirnya berhasil memupuk keberanian dan mengulurkan tangan pada Ash—yang tentu saja diabaikan. Hanya melirik dengan hina, seakan tangan itu adalah tumpukan kotoran.“Tidak perlu memperkenalkan diri!” Amy kesal melihat lirikan itu tentu.“Dia kakakmu bukan?” Galant rupanya punya inisiatif sendiri.“Ya, aku
“Aku akan memberi lokasinya, kau bawa dia pergi dari sini. Keluar dari Italia. Tapi hati-hati.” Suara wanita itu memberi perintah lebih lanjut. Ash menyebutnya perintah karena memang diucapkan dengan nada memerintah. Ia sepertinya yakin kalau Ash tidak akan menolak.“Tunggu! Kau itu siapa?” Ash tidak bisa menemukan titik yang bisa menjelaskan kenapa tiba-tiba ada wanita yang menjawab ponsel Ian dan menyebutnya dalam bahaya.“Jangan banyak tanya! Datang saja dan jangan menghubungi nomor ini lagi! Dayanya hampir habis. Aku tidak tahu dia persisnya dimana, jadi tempat yang aku berikan mungkin kurang akurat. Kau cari dengan benar pokoknya!”Putus begitu saja, lalu pada detik berikut ada pesan masuk, menunjukkan lokasi antah berantah yang tidak dikenali Ash. Sepertinya kota kecil di Italia.“Ada apa? Apa Ian mendapat masalah?” tanya Mae.“Entah, tapi aku benar harus ke Italia—Oh, Amy? Aku juga…”“Aku yang akan membujuknya nanti. Pastikan saja kau meminta maaf saja.” Mae bisa membujuk Amy,
Ian duduk sambil menekan pelan kedua tangannya. Lengan atas, sampai pergelangan tangan. Lalu kedua kakinya. Semua utuh, tidak ada bengkak. Itu berarti tulangnya utuh.Tubuhnya terasa seperti sampah, karena terlalu banyak rasa sakit, tapi tidak ada yang sampai mengkhawatirkan. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang diterimanya terlihat buruk, tapi ia berhasil menempatkan agar tubuhnya tetap utuh—tidak ada luka fatal. Ian tidak amat melawan memang, karena masih perlu ada disana. Ia belum memastikan apakah anak itu miliknya atau tidak.“Sekarang apa?”Ian bersandar pada tembok di belakangnya, menatap seluruh ruang berukuran kurang lebih tiga kali tiga meter, lalu tingginya hampir tidak bisa menampung panjang tubuh. Bertembok rapat dan keras, pintu kayu yang terlihat kokoh, dan hanya ada satu lubang udara di atas kepalanya saat ini. Itu pun berukuran tidak lebih besar dari telapak tangan.Ian masih beruntung saat ini hampir musim panas, tidak masalah lubang itu terbuka. Ia membayangkan
“Kau berisik!” Serena ikut mendesis dengan panik saat melihat orang yang biasa berjaga di rumahnya mulai berlari ke arah mereka. Tidak ada orang yang berjaga di depan pintu, tapi mereka akan sensitif pada suara yang berasal dari sana. Bagaimanapun Ian masih tawanan yang harus di jaga.“Aku—”“Ikut aku!” Serena tidak mendengar rencana Ian, dan menariknya menyusuri bagian samping dari bangunan yang menjadi tempat mengurung Ian. Ruang itu rupanya bagian dari bangunan yang lebih besar, seperti paviliun dan kini Serena memutar dan keluar ke area samping taman.“Kau hanya tidur denganku?”Ian berlari mengikuti Serena—menyesuaikan dengan langkah Serena, karena sebenarnya bisa lebih cepat—tapi kepalanya tidak berkonsentrasi pada keadaan sekitar. Ia masih takjub dengan kenyataan yang tadi disebut Serena.“Menunduk!” Serena mungkin lambat, tapi ia lebih tahu seluk-beluk rumah itu. Ia menarik tangan Ian ke balik semak azalea yang ada di samping bangunan garasi. Orang yang mondar-mandir di sana
“What the fuck?”Ash mengumpat sambil menurunkan teropong. Ia tidak menyangka akan melihat rumah sebesar itu dan juga orang sebanyak itu untuk menjaganya. Mereka bahkan melakukannya dengan terang-terangan.Ash sudah menduga akan ada masalah, tapi tidak sebesar ini. Ia tadi mencoba mencari informasi saat menyamar menjadi turis normal yang sangat ingin tahu. Semua orang lokal di restoran lokal dan toko souvenir langsung menggeleng dan memperingatkannya untuk tidak mendekati rumah itu.Menyebutnya indah tapi bukan tempat wisata, milik pribadi dan lainnya. Ada pula yang sambil berbisik menyebut jangan mencoba mendekat ke sana. Intinya, mereka semua menyebut kalau apa yang akan dilakukannya adalah bodoh. Tapi apa lagi yang bisa dilakukannya?Kalau kemarin Ash ragu, kini ia tahu kalau kemungkinan Ian memang ada dalam keadaan bahaya. Ash masih tidak tahu siapa pemilik rumah itu karena tidak ada orang yang berani menyebutkannya.Tapi justru keengganan semua orang menyebut dengan jelas sudah me
“Aku akan membawanya. Maksudku—aku tahu kehidupanmu di sini… aneh.”Ian tidak bisa mengatakan mengerikan dengan amat jelas tentu.“Aku tidak punya pengalaman, maupun pengetahuan merawat bayi, tapi aku akan membawanya kalau kau memang tidak ingin.”Ian akan belajar. Ash selalu menyebutnya malas belajar dan lebih menyukai aksi tanpa teori, tapi ia akan berusaha untuk yang ini.Ia sudah memetik bunga itu, maka apapun yang mengikuti akan diterimanya. Entah salah atau tidak caranya memetik, tapi Ian akan mencoba memperbaiki. Bukan semakin merusaknya.“Kenapa?” tanya Serena.Pertanyaan yang agak tidak terduga. Ian tadinya mengira hanya akan ada ‘Oke’ atau ‘tidak mau’.“Aku tidak ingin ada nyawa yang jelas tidak bersalah mati. Aku—” Ian ragu, tapi alasannya memang hanya itu.“Aku sudah membunuh banyak orang. Mereka terlihat bersalah—tapi nyatanya aku tidak tahu benar tentang faktanya. Aku lebih memilih untuk percaya pada alasan yang mudah saja dipalsukan, dan membunuh siapapun yang disodorkan