Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Apa Aku Sudah Cukup Peduli?

Share

Apa Aku Sudah Cukup Peduli?

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Mungkin tidak akan mengganggu kemampuan bicara, tapi akan memperlambat penyembuhan karena otot yang selalu bergerak.”

Dokter yang baru saja memeriksa keadaan Ash menjelaskan Mae tentang apa akibat dari luka yang saat ini diderita oleh Ash. Ma emang tadi bertanya apa yang terjadi kalau Ash selalu memaksakan diri untuk bicara.

“Lukanya cukup lebar. Saya harap Anda bisa sedikit lagi menahan diri. Perkembangan penyembuhan yang sudah cukup bagus.” Meski Mae tidak menyebut kalau Ash dengan sengaja bicara, tapi dokter itu tetap menegur.

“Seandainya tidak ada keluhan saat menelan, Anda sebenarnya sudah bisa pulang.” Dokter itu memberi gambaran kerugian lebih nyata akibat Ash yang melanggar nasehatnya,

Mae sudah tersenyum di belakangnya, sementara Ash mendecak.

“Tapi kabar baiknya, saya rasa otot di sekitar leher Anda sudah cukup kuat. Lukanya sudah hampir kering. Asalkan Anda tidak berteriak, membentak ataupun melakukan kegiatan yang berhubungan dengan leher bergerak aktif, sudah tidak
aisakurachan

Masih di RS bang, plisss :O

| 3
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Haruki Matsuda
sadar bang..salah tempat
goodnovel comment avatar
virnaputriberliani
et dah.. sabar atuh.. ntr leher keseleo.. wkwk
goodnovel comment avatar
Yanti
hadeuuuh mentang² yg sakit cuma leher.. hei itu termasuk berat tuhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Menolaknya Lagi

    “Mary…” Ash berbisik nyaris seperti memohon. Entah memohon agar Mae berhenti menjadi begitu menggiurkan, atau memohon agar Mae memberikan apa yang saat ini diinginkannya.Mae memilih yang kedua tapi, dengan kembali mengunci bibir Ash, memancing geraman puas yang membawa dekapan erat, tanda akal sehat Ash sudah meninggalkannya.Tapi memang salah—alasan kenapa mereka seharusnya tidak saling menggoda terdengar tidak sampai dua detik kemudian.“Ash? Apa kau didalam?” Pertanyaan, dan ketukan di pintu. Ketukan itu sudah benar, tapi terlalu cepat. Tanpa menunggu jawaban—maupun memberi kesempatan Mae untuk turun dari atas tubuh Ash, pintu itu terbuka.“Oh?” Parker tampak terperanjat melihat pose tidak normal itu.“Aku bilang juga apa. Masih terlalu cepat. Seharusnya besok saja kita berkunjung.” Di sampingnya, tampak Gina yang terkekeh—menikmati rasa malu yang sudah menggantikan nafsu, terutama dari Mae yang tampak beringsut turun dengan wajah amat merah.Ash sudah memejamkan mata—seperti tid

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Ingin Kehidupan yang Ini

    “Terima kasih atas semuanya.” Mae bersungguh-sungguh. Tanpa Gina—dan Poppy, mungkin saat ini dirinya tidak mampu berdiri. Ia belum pernah mendapat pertemanan yang setulus itu sebelum ini—tidak punya kesempatan dan tidak ingin mencoba. Hidupnya sudah cukup rumit meski tanpa teman.“Ah, jangan seperti itu. Itu sudah tugasku—well, tidak diwajibkan, tapi aku menjadikannya tugasku.” Gina tersenyum manis sambil menggenggam tangan Mae.“Ini karena aku paham bagaimana rasanya. Poppy juga. Kami mungkin terlihat seperti rombongan berisik yang mencari kesibukan tidak penting, tapi inti berkumpul itu adalah ini. Membantu saat dibutuhkan—terutama dukungan moral.” Mae tersenyum masam, merasa bersalah, karena memang itulah anggapan pertama Mae saat melihat Gina dan yang lain. Rombongan berisik yang mencari kesibukan tidak penting—sekadar agar tidak bosan.“Aku punya nasehat untukmu.” Gina tiba-tiba mengangkat tangan Mae, dan meremasnya. Sangat serius.“Ya?” Mae belum pernah melihatnya seserius itu

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Terpaksa Melakukannya

    “Sudah dikirim, jumlahnya kecil seperti yang dikatakannya.” Carol menjawab dalam bisikan. Daisy belum tidur, jadi harus berhati-hati agar tidak terdengar olehnya. “Ck.” Meski hanya dari ujung telepon, rasa kecewa Faraday terdengar amat jelas. “Apa aku harus mengatakan kalau donor itu sudah ada sekarang? Itu uang besar. Operasi—”“Jangan.” Carol tidak setuju. “Begitu operasi itu selesai, kita tidak punya alasan lagi untuk meminta uang. Jumlahnya besar, tapi sudah selesai jadinya.” Carol belum ingin mengakhiri alasan uang untuk dialisis itu. Uang mudah karena alasannya paten. Transplantasi itu jumlah uangnya lebih besar, tapi akan mengakhiri dana dialisis yang rutin. Karena itu mereka menunda-nunda rencana operasi, karena lebih menguntungkan. “Lalu apa? Kau tidak akan bisa membeli apapun dengan jumlah uang itu.” Faraday juga tidak punya ide rupanya. “Ini saatnnya.” Bisikan Carol semakin lirih karena melihat Daisy menggeser kursi rodanya mendekati pintu, mengambil ponselnya yang ada d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Dilupakan?

    “Punggungnya sakit berat katanya. Saraf, dan tidak bisa pulih.” Ash menjelaskan dengan nada tidak percaya. “Berarti sudah cukup mencurigakan? Itu belum semua tapi.” Ian mencondongkan tubuhnya dan berbisik lebih lirih. “Karena curiga itu, Ella mengikutinya sedikit jauh. Kecurigaan yang terbukti, karena sampai di stasiun, ia turun dari taksi dengan langkah normal. Tidak bungkuk, amat tegap, bahkan bisa berlari—meski pelan—mengejar kereta. Ini buktinya.” Ian mengeluarkan ponsel dan menunjukkannya rekaman video pada Ash. Klaim yang disebutkan Ian sangat sulit dipercaya—meski Ash tahu Ian tidak akan berbohong padanya. Tapi bukti yang saat ini terlihat di ponsel Ian tidak bisa terbantah lagi. Wanita yang tengah berlari kecil di peron itu adalah Mama Carol. Ella berada dalam jarak cukup jauh, tapi kualitas kameranya bagus jadi wajahnya terlihat amat jelas. Gerakan lincahnya juga terlihat saat Mama Carol melompat masuk ke dalam kereta dengan terburu-buru. Hanya menyisakan dua detik sebel

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Bingung

    “Apa kau akan mencucinya? Tidak perlu.” Mae melarang Ash yang tampak menyingsingkan lengan baju dan mendekati wastafel.“Kenapa tidak?” Ash menghidupkan kran sambil mengernyit.“Kau sakit, Ash. Seharusnya kau istirahat!” Mae melemparkan tisu kotor yang baru saja dipakainya mengelap pantry ke dalam bak sampah. Membanting lebih tepatnya, karena kesal.“Aku hanya akan membuang sisa makanan dan memindahkannya ke sana. Bukan kerja keras.” Ash menunjuk mesin pencuci piring yang ada di dekat kakinya. Apartemen itu lebih modern, kelengkapannya juga mengikuti tentu.“Tahu begitu aku menyuruh Ian membersihkan sisa makanannya sendiri.” Mae mendecak melihat Ash tetap menjalankan niatnya. Ian sudah pergi tentu. Tidak mungkin tahan berlama-lama karena terlalu muak.“Ini ringan, Mary. Tidak perlu berlebihan. Aku juga perlu bergerak agar lebih cepat pulih.” Ash tersenyum saat melihat bibir Mae sudah cemberut.“Dan ini tidak banyak. Aku akan beristirahat setelah ini.” Ash membujuk lagi.Memang hanya a

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Sering Membayangkanmu

    Ash merasa seperti mengajarkan satu tambah satu sama dengan dua, tapi memang begini sejak awal. Apa yang menurut orang lain wajar, adalah hal baru untuk Mae. Tidak bisa diburu. Seperti saat harus mengajarkan kalau dirinya boleh lelah, memberi tahu tentang ketulusan, Ash saat ini harus membiasakan Mae menerima nafsu yang memang akan selalu ada dalam tubuhnya. “Tapi—apa sesering ini? Maksudku—Aku selalu membayangkan…” Mae mendesah. Mendadak semakin malu. Padahal ia dulu dengan mudah menggoda Ash, dan mengatakan hal apapun tanpa saringan, tapi kini malah sulit sekali. “Itu berarti aku ‘kotor’ bukan? Selalu memikirkan ‘itu’. Bahkan saat memandang tanganmu,” bisik Mae sambil menunduk. Ada jeda sekitar dua detik, karena Ash perlu menerjemahkan lagi. “Mary, kalau memikirkannya saja membuatmu merasa kotor, maka aku adalah babi yang bermandi lumpur—lebih dari sekadar kotor,” kata Ash. Mae langsung mendongak dengan mata menyipit, tidak menyangka Ash akan menyebut dirinya sendiri babi. “

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Terlalu Menikmatinya

    Seharusnya tidak baru. Ciuman, usapan, belaian, sentuhan—Mae sudah pernah melakukannya. Tidak ada yang mengejutkan seharusnya. Tapi Mae terlalu meremehkan. Ia tahu apa yang akan terjadi, tapi masih bisa terkejut dan tersentak hampir setiap detik. Semuanya tidak sama—bahkan lebih dari apa yang dilakukan Ash sebelumnya. Ash yang ini tidak tergesa, tidak terburu nafsu. Ia mengangkat tubuh Mae dengan halus, membaringkannya di atas ranjang tanpa guncangan. Setiap sentuhannya lembut, Mae sampai tidak menyadari kapan Ash membuka pakaiannya. Tiba-tiba saja seluruh kulitnya meremang karena bersinggungan langsung dengan udara. “Mary…” Bisikan memuja yang membuat Mae seperti terbenam dalam kepompong wol hangat, tapi dingin lidah Ash yang mengusap leher dan telinganya malah menghadirkan kontras yang membuat Mae merintih. Tubuhnya tidak terbiasa oleh nafsu, maka tidak terbiasa juga menerima kenikmatan melimpah yang terus dicurahkan oleh Ash. Tapi meski seperti itu, Ash masih bisa membelain

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Mau Mengulang Itu

    “Damn it! Mary, kau menakutiku!” Ash tanpa sengaja memaki, karena mendapati Mae berbaring diam dengan mata membuka lebar menatap langit-langit. Masalahnya Mae terlalu diam, sampai Ash mengira Mae masih tidur. Ash tadi berusaha bangun perlahan tanpa banyak menggerakkan ranjang agar Mae tidak terganggu. “Kau melamunkan apa?” tanya Ash, sambil kembali berbaring di samping Mae. Hari sudah terang, tapi Ash tidak perlu bersiap kemanapun. Selama perban masih menempel di lehernya, Parker tidak bisa memaksanya bekerja. “Semua,” gumam Mae. “Semua apa? Tubuhku?” Kalau benar, Ash berharap lamunan Mae berisi pujian, bentuk tubuhnya tidak ada yang buruk seharusnya. “Ya, tapi bukan itu intinya.” Mae bergeser, memiringkan tubuh dan memandang Ash, yang rupanya lebih dulu melakukannya. Tidak mungkin Ash melewatkan kesempatan memandang Mae dari jarak dekat. “Lalu…” “Aku kesal—” “Karena terlalu nikmat?” Ash tentu juga tidak melewatkan kesempatan untuk menggoda. Mae menarik pipi Ash sebagai hukum

Latest chapter

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status