Goo Maeee
“Mrs. Cooper, ini nama suami Anda yang terakhir?” Pengacara Carol bertanya dengan manis.“Ya.” Mae menjawab sambil meremas tangannya. Ia tahu apa saja pertanyaan yang akan ditanyakan pengacara itu.“Anda sudah menikah empat kali?”“Benar.”“Dengan pria yang semuanya berumur lanjut dan kaya?”“Tidak.” Mae hampir saja menjawab dengan senyum. Apalagi saat melihat jawabannya berhasil membuat pengacara itu terkejut. Ia pasti mendengar kisah dari Carol yang menyebut kalau semua suami Mae tua dan kaya. Tapi Carol tidak tahu tentang Ash.“Oh? Tapi data…”“Suami yang sekarang berumur tiga puluh lima dan bekerja sebagai tentara biasa. Tidak tua ataupun kaya. Anda boleh mencari infonya kalau mau.” Mae tentu tidak akan jujur menyebut Ash mewarisi sekian juta pound dan ayahnya perdana menteri.“Tapi, Anda kemarin sempat mendapat tuduhan pembunuhan untuk suami ketiga Anda bukan? Barnet…”“Objection, Your Honor!” (Keberatan, Yang Mulia!) Hubert langsung menyalak. “Tidak ada hubungannya dengan kasus
“Ada apa?” Daisy yang masih berbaring, di ruang darurat bangun dengan susah payah saat melihat Hubert tiba-tiba membuka pintu.“MAE?!” Daisy memekik dan turun dari ranjang sambil tergagap mencari tongkat.“Ada apa?” Daisy mengulang sambil menarik lengan Hubert yang tengah mengarahkan petugas polisi yang membawa tubuh Mae agar dibaringkan.“Mae pingsan. Membicarakan suami pertamanya. Aku menyuruhnya kemarin, tapi mungkin berlebihan.” Hubert mengangkat bahu.“Siapa? Apa yang dilakukannya?” Daisy bingung.“Kau tidak tahu?” Hubert ikut bingung.“Tidak. Katakan…”“Maaf, tapi aku harus segera kembali ke depan. Ini kesempatanku untuk menekan mereka. Sudah terlihat kalau Mae terluka batin. Ini bagus sekali.” Hubert menggeleng, tidak punya waktu.“Bagus apa?!” Daisy tentu ingin mengamuk mendengar Hubert menyebut Mae pingsan sebagai hal yang bagus.“Maksudku bagus untuk kesempatan kita menang. Kau tanya saja padanya tentang yang tadi.” Hubert memperbaiki dan tergesa keluar, karena Hakim tidak me
Mae tersentak, ada sesuatu yang menyengat hidungnya. Ia nyaris saja menampar orang yang ada di sampingnya, karena yakin benar kalau orang itu yang membuat hidungnya terasa terbakar sekarang.“Mae?”Untung saja ada suara Daisy yang membuatnya teralih. Pria yang ada di sampingnya itu adalah petugas paramedis yang menyadarkannya dengan aroma menyengat entah apa, tapi ampuh.“Terima kasih.” Daisy yang mengucapkan terima kasih. Mae mengangguk saat mereka membereskan peralatan, dan berpamitan. Tugas mereka telah selesai.“Aku mengambil tempat tidurmu.” Mae duduk dan menyadari keberadaannya. Berada di atas ranjang yang seharusnya dipakai Daisy untuk istirahat.“Aku tidak memerlukannya lagi, Mae.” Daisy menepuk kursinya. Benda yang juga dipakainya untuk beristirahat.“Kau terlalu lelah sepertinya. Kesibukanmu akhir-akhir ini tidak masuk akal sebenarnya.” Daisy mengetukkan tongkatnya perlahan ke kening Mae. Teguran yang melegakan tapi.Mae tadi sudah bingung harus menjelaskan seperti apa kalau
“Akan ada proses, jadi tidak bisa langsung kau terima. Uang dari rekening akan ditransfer, tapi perhiasan dan rumah akan berpindah dengan utuh.”Hubert menjelaskan detail proses yang akan terjadi setelah putusan itu, tapi Mae sudah tidak mendengar. Perhatiannya total beralih pada ponsel, karena panggilan dari Ash baru saja masuk.“Bagaimana? Apa kau baik-baik saja?”Ash langsung bertanya sebelum Mae bisa menyuarakan keheranan karena seharusnya Ash sibuk hari ini. Ia sempat menyebut tidak akan menghubunginya selama dua hari kemarin.“Baik sekali!” Mae berseru lantang, tidak peduli mereka ada di cafe. Beberapa pengunjung langsung berpaling dengan heran. Bahkan Daisy menarik tangannya, agar Mae memelankan suara.Tapi Mae sedang terlalu gembira. “Aku menang—kita menang. Aku mendapatkan semuanya!”Mae menumpahkan antusias, setelah beberapa lama tadi masih mencerna. Ia bahkan tidak bisa merayakannya di ruang sidang, karena sibuk memandang Carol yang membayar keributan besar.“Aku akan membay
“Kau menyukainya?”Mae bertanya dengan pandangan cemas pada Gina yang berkeliling memeriksa tempat pilihan Mae kemarin. Gina akhirnya bisa datang bersama Poppy hari ini.“Bagus—indah malah. Tapi jauh…” Gina meratap sambil mengelus salah satu etalase dengan wajah sedih. Kurang lebih pendapatnya sama seperti Poppy.“Aku ingin datang setiap hari, tapi tidak bisa.” “Kita bisa datang setiap akhir pekan mungkin.” Poppy membalas dengan sigap dan rencana jelas. Sudah bersiap karena reaksi Gina itu bisa diprediksi memang.“Aku rasa itu lebih sehat juga. Tidak mungkin kalian memakan kue manis Mae setiap hari, akan sulit mengatur berat badan.” Sahutan jujur tapi menusuk itu adalah dari Daisy. Ia ikut hari ini karena ingin melihat toko Mae juga. Mae sekaligus ingin memperkenalkannya pada Gina dan Poppy juga.“Kau tidak amat manis.” Gina menggeleng, tentu terkejut dengan kejujuran ala Daisy itu, tapi masih bisa tersenyum. Komentar Daisy tidak bermaksud untuk menghibur sebenarnya.“Memang tidak. M
“Rowena Cooper? Lady Rowena Cooper istri perdana menteri?” Gina bereaksi lebih cepat dari Mae saat mendengar nama itu.“Namanya saja yang sama mungkin. Ada banyak Cooper di Inggris.” Poppy mengangkat bahu.“Tapi tidak banyak Rowena. Itu nama kuno.” Gina menggeleng, sulit percaya. Nama itu menjadi terkenal sekarang, tapi karena Rowena Cooper yang membuatnya terkenal. Nama itu sama jarangnya dengan nama Vaughn—keluarga aslinya.“Kalaupun iya, mungkin dia memang ingin membeli tempat ini saja. Untuk investasi?” Poppy membuat tebakan lain. Keluarga bangsawan memang terkenal memiliki banyak tanah. Kekayaan mereka paling umum berasal dari sana.“Bisa jadi.” Gina membenarkan.Percakapan yang tidak penting untuk Mae dan Daisy yang saat ini saling berpandangan. Mereka tahu benar siapa dan kenapa.“Maaf sekali lagi. Kami akan segera mengurus pembatalan kontrak dan ganti rugi pembatalan. Syukurlah Anda belum mengubah banyak hal.” Wanita itu memandang perubahan yang dibuat Mae di area dalam toko ya
“Kau perlu bantuan?” Dengan tongkatnya, Daisy mendekati Mae yang sejak sore tadi sibuk di dapur. Saat ini hampir tengah malam.“Tidak perlu. Sudah hampir selesai.” Mae menghapus tulisan yang dibuatnya memakai cream, lalu mengulanginya lagi.Menulis diatas kue butuh keahlian khusus, Mae butuh berlatih setelah sekian lama tidak membuat kue yang mengandung tulisan. Ia membuat kue seperti itu hanya setahun sekali tentu, untuk ulang tahun Daisy saja, tapi sudah pernah.Semua ilmu Mae datang dengan belajar sendiri, membaca dan mengikuti ratusan resep, ratusan video juga, dan tentu banyak percobaan gagal. Ilmu dan keahliannya berasal dari tekun.“Yang tadi sudah bagus. Warnanya juga cantik.” Daisy kaget saat melihat Mae menghapusnya memakai pisau palet. Mae paling tidak sudah mengulang lebih dari sepuluh kali semenjak Daisy datang.“Ini hanya latihan, aku akan membuat yang lebih bagus nanti.” Mae tersenyum sambil menyiapkan cat—cat dengan bahan yang khusus untuk makanan dan aman dikonsumsi. M
[DUA PULUH TAHUN LALU]Dean mengetukkan jari pada roda kemudi, sedikit gelisah karena menunggu tanpa kepastian. Sudah hampir satu jam ia ada di dalam mobil. Dean sudah mendapat informasi dari Carol Jobs tentang dimana Ash, tapi belum tahu apakah Ash akan mau bicara padanya.Penolakan keras Ash kemarin cukup membuatnya terguncang. Bukan tidak terduga, tapi Dean tidak menyangka Ash akan bereaksi sangat negatif. Melelahkan juga pastinya, karena di sisi lain, Dean masih harus membujuk Rowena.Kalau bisa, Dean akan memilih waktu yang lebih tepat untuk menjelaskan semua yang terjadi pada Rowena, saat semua sudah lebih tenang. Sayangnya Rowena tahu lebih cepat daripada dirinya, karena surat tentang Tillie jatuh ke tangan Rowena terlebih dulu.Mereka tidak pernah memisahkan surat masing-masing karena memang tidak ada rahasia apapun yang merasa perlu disimpan. Sekretarisnya hanya akan membawa semua surat yang datang ke ruang kerja, dan Rowena yang akan memilih sendiri surat mana untuk siapa.