Bab 1

Jadi ini gadis yang kau maksud?"

Shafiqa menatap seorang pria tampan bertubuh tegap, dengan raut wajah tegas yang tengah melihatnya. Aura yang pria itu keluarkan membuat gadis itu gugup, dan bahkan nyaris ketakutan.

Tak jauh dari Shafiqa, terdapat sang paman yang tengah berdiri gugup dengan wajah memucat. Ya, bagaimana tidak pucat, kalau pria tampan di hadapan mereka tengah memegang senjata api yang moncongnya bahkan menempel di pelipis sang paman.

Jika pelatuknya ditarik akan mampu membuat kepalanya berlubang saat itu juga. Sangat mengerikan.

"I-iya Tuan, dia adalah gadis yang aku ceritakan. Dia adalah keponakanku, Shafiqa.” Paman menjawab dengan gemetaran. Pria itu melirik keponakannya sebelum kembali berujar, “Dan aku bisa menjaminnya, kalau keponakanku ini masih perawan."

Shafiqa, gadis berkacamata itu mengerutkan kening, bingung. Untuk apa pamannya membawa-bawa status keperawanannya di hadapan si pria bersenjata ini?

Pria itu pun kemudian langsung menatap ke arah Shafiqa. Pandangannya sedikit menilai, tetapi juga mengejek. "Aku bisa melihatnya, dia gadis kecil yang jelek. Memangnya siapa yang mau bermain-main dengannya?” Sebelah bibirnya terangkat, mencoba semakin menjatuhkan penilaiannya pada wanita berkacamata itu. “Bahkan seekor kambing pun tak akan mau menggoda keponakanmu itu.”

Mendengar ledekan itu, Shafiqa yang sedari tadi diam itu bereaksi. Wajahnya seketika mengeras. Baru kali ini ia dibilang jelek, bahkan disandingkan lebih buruk daripada seekor kambing.

Namun, tak berselang lama … sebuah senyum terbit di bibir mungilnya, ‘Tapi, itu bagus! Bukankah itu artinya dia akan menolak permintaan Paman?’

Gadis itu, meski bertampang polos, ia paham kalau tujuan pamannya membawa ia ke sini—ke hadapan pria yang begitu ditakuti di wilayahnya, adalah sebagai jaminan atas hutang-hutang si paman gilanya.

Untuk itu, ketika cemoohan yang keluar dari mulut si pria bersenjata, gadis itu sedikit senang. Sebab, besar kemungkinan dirinya ditolak.

Sayangnya, senyum kesenangan Shafiqa itu terlihat oleh pria tersebut. Dan hal itu membuatnya berubah pikiran. "Tapi tak apa, aku terima persembahanmu.”

Shafiqa terperanjat di tempatnya. Ia refleks menatap pria yang rupanya tengah menatap tajam ke arahnya.

‘A-apa?’

Seolah mengerti kekagetan yang dialami Shafiqa, pria itu kembali berujar enteng, “Gadis jelek ini akan menjadi pelayan pribadiku."

Sky Abraham adalah seorang mafia terkenal dari negara A yang kerap menyelundupkan obat-obat terlarang dan melakukan transaksi jual beli senjata juga barang-barang ilegal lainnya. Ia menjadi begitu kuat dan ditakuti karena keprofesionalannya, dan kerapiannya dalam bekerja.

"Kau! Bocah! Kemarilah," panggil Sky pada Shafiqa.

Pamannya—Heru, pun kemudian memberikan kode pada wanita itu agar segera menghampiri Sky yang telah memanggilnya. Dengan tatapan yang kesal pada Heru, gadis itu pun kemudian menghampiri Sky dengan perlahan.

Pergerakannya yang begitu lamban menyulut kekesalan Sky yang terbiasa bekerjarja cepat. "Bahkan seekor siput pun, bisa lebih cepat darimu!"

Shafiqa mempercepat langkahnya. Ia terus menunduk manakala telah berdiri di dekat Sky. Ia takut kalau ia akan dieksekusi saat ini juga. Jiwanya yang polos tidak siap mengimbangi keliaran Sky yang dinilainya jauh lebih matang.

"Mulai sekarang kau adalah milikku. Jangan pernah mencoba untuk kabur dariku, atau kepalamu yang kecil ini aku lubangi," bisik Sky di telinga Shafiqa. Tak lupa, senapannya yang sedari tadi ia genggam pun mendekat ke arah kepala gadis itu.

“I-iya Tuan.”

Aroma strawberry yang lembut menguar dari tubuh gadis kecil ini, membuat Sky tiba-tiba terbawa suasana hingga tanpa sadar menggigit leher gadis itu.

“Argh!” Gadis kecil itu memekik, terkejut dan juga merasa sakit. Baru pertama kali ada seorang pria yang tiba-tiba menggigitnya seperti seorang drakula. "Ya ampun, apa dia adalah Edward Collins si drakula tampan? Kenapa tiba-tiba dia menggigit leherku?" gumam Shafiqa dalam hati.

Sementara itu, setelah melakukan hal di luar kendali … Sky terpekur beberapa detik. Ia tak habis pikir, kenapa pertahanan dirinya bisa rapuh, padahal hanya berhadapan dengan bocah kecil beraroma stroberi? Parahnya lagi, gairahnya bahkan tersulut hanya karena aroma tubuh si gadis polos nan jelek itu.

"Sial! Sebenarnya, apa yang terjadi denganku?" batin Sky, memandang Shafiqa yang tengah mengusap-usap lehernya yang barusan ia gigit.

Tak ingin lama-lama terpengaruh oleh sihir yang ada pada aroma tubuh si gadis jelek, Sky kembali mengalihkan pandangan ke arah Heru.

"Pergilah! Gadis kecil ini sekarang milikku!"

Setelah Heru pergi, Sky kemudian menatap Shafiqa yang tengah ketakutan karena ditinggal sendirian di tempat asing ini.

Sky tersenyum puas. Bila tadi gadis itu tersenyum karena berpikir bisa lepas dari jeratannya, kali ini … ia tunjukkan siapa dirinya, dan bagaimana ia berkuasa di sini.

"Tunggu apa lagi? Lakukan tugasmu sekarang, bocah kecil!" ucap Sky, membuat Jantung Shafiqa berdegup dengan kencang.

‘A-apa maksud dari tugas itu adalah … melayaninya di ranjang?’