Share

42. Potret cantik

Berlin menggeliat di ranjang dan membuka mata perlahan begitu dirinya mendengar bunyi alarm yang begitu memekakkan telinga.

"Alarm siapa itu? Bisa tolong matikan?" gerutu Berlin kesal begitu telinganya disuguhi suara menyebalkan yang mengganggu istirahatnya.

"Sudah waktunya bangun!" Devan tiba-tiba meraih pinggang Berlin dan memanggul tubuh gadis itu menuju kamar mandi.

"A-aku masih ingin tidur sebentar lagi! Lima menit lagi saja!" pinta Berlin.

"Matahari sudah hampir tenggelam! Nanti kita terlambat!" ketus Devan.

"Terlambat untuk apa?"

"Tentu saja terlambat untuk kencan kita!" ujar Devan dengan gamblang menyebutkan kata "kencan" pada Berlin.

'Cih, kencan apanya?' cibir Berlin dalam hati.

"Aku tunggu di luar! Jika kau tidak keluar dalam sepuluh menit, aku akan menyeretmu keluar meskipun kau hanya mengenakan handuk!" pekik Devan sembari berlari keluar rumah.

"Sepuluh menit apanya? Sepuluh menit hanya cukup untuk menggosok gigi!" seloroh Berlin melayangkan protes pada Devan yang seenak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status