Home / Romansa / SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE / 41. Bersama Berlin di Kota Berlin

Share

41. Bersama Berlin di Kota Berlin

Author: KINOSANN
last update Last Updated: 2022-05-29 00:28:27

"Kenapa kau belum juga bersiap?" omel Devan saat melihat Berlin belum juga berganti pakaian.

"Bersiap kemana?"

"Bersiap untuk makan tentunya! Aku sudah menyuruhmu untuk menggunakan lingerie yang aku belikan untukmu, kan?" sungut Devan sembari mencubit gemas pipi Berlin.

"Hanya untuk makan saja, untuk apa mengenakan lingerie?" protes Berlin.

"Kau berani membantahku sekarang? Apa ini sikap sugar baby pada daddy-nya yang sudah menghabiskan banyak uang?"

"Sudah kubilang jangan panggil aku sugar baby!" pekik Berlin kencang hingga membuat telinga Devan berdengung.

Wajah Berlin mulai memerah menahan amarah dan manik matanya melotot ke arah Devan.

"K-kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu?" tukas Devan merasa merinding mendapatkan tatapan tajam dari Berlin.

"Cepat ganti bajumu! Aku sudah kelaparan!" omel Devan sembari mendorong Berlin kembali ke kamar.

Akhirnya gadis itu pun menuruti kemauan Devan dan muncul dengan mengenakan lingerie terbuka pilihan Devan.

"Dasar mesum!" gerutu Berl
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   42. Potret cantik

    Berlin menggeliat di ranjang dan membuka mata perlahan begitu dirinya mendengar bunyi alarm yang begitu memekakkan telinga."Alarm siapa itu? Bisa tolong matikan?" gerutu Berlin kesal begitu telinganya disuguhi suara menyebalkan yang mengganggu istirahatnya."Sudah waktunya bangun!" Devan tiba-tiba meraih pinggang Berlin dan memanggul tubuh gadis itu menuju kamar mandi."A-aku masih ingin tidur sebentar lagi! Lima menit lagi saja!" pinta Berlin."Matahari sudah hampir tenggelam! Nanti kita terlambat!" ketus Devan."Terlambat untuk apa?""Tentu saja terlambat untuk kencan kita!" ujar Devan dengan gamblang menyebutkan kata "kencan" pada Berlin.'Cih, kencan apanya?' cibir Berlin dalam hati."Aku tunggu di luar! Jika kau tidak keluar dalam sepuluh menit, aku akan menyeretmu keluar meskipun kau hanya mengenakan handuk!" pekik Devan sembari berlari keluar rumah."Sepuluh menit apanya? Sepuluh menit hanya cukup untuk menggosok gigi!" seloroh Berlin melayangkan protes pada Devan yang seenak

    Last Updated : 2022-05-29
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   43. Secercah harapan

    "Ayah!" Nyonya Firda membuka pintu rumahnya dengan panik begitu wanita paruh baya itu tiba di kediamannya."Ibu baru pulang?" sapa Sheena.Nyonya Firda berlalu begitu saja tanpa menghiraukan sapaan dari putri angkatnya."Ada apa dengan Ibu?" gumam Sheena keheranan.Wanita paruh baya itu bergegas menuju ke ruang kerja sang suami yang tengah disibukkan dengan tumpukan berkas yang berserakan di atas meja."Ayah! Ibu menemukan sesuatu!" cetus Nyonya Firda yang tiba-tiba mendobrak pintu ruangan kerja sang suami."Ada apa, Bu? Tidak bisakah Ibu berhati-hati saat membuka pintu?" omel Tuan Mahesa."Ayah, kita harus segera berangkat ke Jerman!" tukas Nyonya Firda berapi-api."Ada apa, Bu? Ibu menemukan apa? Kenapa tiba-tiba kita harus ke Jerman?" "Coba lihat ini!" Wanita paruh baya itu bersemangat sekali saat menunjukkan lembar foto mengejutkan yang didapatkannya dari Vernon."Foto apa?" tanya Tuan Mahesa malas.Sheena yang mendengar keributan dari ruangan sang ayah pun mulai penasaran dengan

    Last Updated : 2022-05-31
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   44. Tak ingin jatuh hati

    “Kau ingin mengajakku kemana lagi?” tanya Berlin malas. Devan masih saja bersemangat mengajak gadis itu menghabiskan liburan dengan membawa Berlin ke beberapa destinasi wisata di Berlin, Jerman.“Kau sedang ada di kota yang sama dengan namamu! Kenapa kau tidak terlihat antusias sama sekali?” sergah Devan.‘Antusias apanya? Bagaimana aku bisa berantusias kalau setiap malam kau terus saja menggempurku sampai pagi?’ gerutu Berlin dalam hati, mengingat Devan yang terus menuntut ‘jatah’ darinya setiap malam.“Kau harus berolahraga sedikit agar tubuhmu terlihat bugar! Lihat lengan lembekmu ini! Perutmu juga membuncit!” omel Devan sembari meraba-raba beberapa anggota tubuh Berlin.“Singkirkan tanganmu!” ketus Berlin, kemudian menepis tangan Devan darinya.“Kenapa wajahmu cemberut seperti itu? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk menyenangkanmu, tapi ini balasan yang kudapat?” gerutu Devan mendramatisir.Berlin melirik ke arah Devan dengan wajah malas, tanpa ingin menanggapi tingkah menye

    Last Updated : 2022-05-31
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   45. Impian kecil

    "Kita akan kemana lagi?" Berlin dan Devan kini mulai beranjak meninggalkan taman Tiergarten untuk melanjutkan agenda kencan mereka menuju destinasi wisata lainnya."Kau ingin kemana? Aku akan menemanimu. Kau tidak pernah pergi berlibur, kan? Mana mungkin kau memiliki uang untuk memikirkan liburan," cetus Devan tanpa maksud buruk, namun perkataan pria itu memang terdengar seperti ejekan.'Sial! Dasar pria menyebalkan!' umpat Berlin dalam hati."Nikmati saja waktumu selama aku masih berbaik hati padamu. Sudah kuajak pergi berlibur jauh-jauh, kenapa kau justru ingin pulang?" omel Devan."Setelah aku mencampakkanmu nanti, kau tidak akan bisa lagi menikmati liburan seperti ini. Kau pasti akan menyesal setelah berpisah dariku nanti," oceh Devan penuh percaya diri.'Aku justru akan sangat berterimakasih padamu kalau kau bersedia melepaskanku sekarang juga!' batin Berlin."Katakan saja, kau ingin kemana?" Devan masih saja cerewet dan terus mengoceh, meskipun Berlin hanya diam tak menanggapi.

    Last Updated : 2022-06-01
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   46. Perangkap pesona sugar daddy

    Zzrrashh!Rintik hujan tiba-tiba mengucur deras, mengganggu momen romantis antara Devan dan Berlin yang tengah bertatapan.Hewan-hewan yang berada di kebun binatang langsung berlarian meneduhkan tubuh di kandang, sama seperti Berlin dan Devan yang juga berlarian mencari tempat untuk berlindung dari siraman air hujan."Kemari, Berlin!" Devan menarik tangan Berlin menuju pondok kecil yang terdapat di kebun binatang."Ah, sial! Kenapa harus hujan sekarang?" rengek Berlin kesal, tak dapat melanjutkan tour keliling kebun binatang bersama Devan."Kita bisa kemari lagi nanti," tukas Devan menyibukkan diri dengan menggosok telapak tangan Berlin agar gadis itu tak kedinginan.'Apa maksudnya? Devan akan mengajakku kemari lagi?' batin Berlin."Baju dan rambutmu basah," ujar Devan sembari mengusap lembut rambut panjang gadisnya."H-hanya basah sedikit," tukas Berlin terbata-bata. Gadis itu mulai salah tingkah hanya karena perhatian kecil dari Devan."Bibirmu agak pucat. Kau kedinginan?" tanya Dev

    Last Updated : 2022-06-03
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   47. Mengikatmu di sisiku

    "Hachu!" Berlin mengusap ingus yang mengalir deras dari hidungnya. Gadis itu duduk di mobil Devan dengan mulut membiru karena kedinginan.Devan segera meraih kotak tisu dan mengusap hidung Berlin tanpa sungkan. "Sudah kubilang untuk menungguku, kan? Lihat, sekarang! Jika kau demam seperti ini, siapa yang susah?" omel Devan."Maaf," ucap Berlin lirih."Siapa juga yang mengharapkan maaf darimu?" sinis Devan.Tak banyak basa-basi, Devan segera mengendarai mobilnya pulang. Begitu kendaraan yang dikemudikannya masuk ke area halaman rumah, pria itu dikejutkan dengan kendaraan asing yang sudah terparkir di depan rumahnya di Kota Berlin."Ada tamu?" gumam Berlin."Tunggu di sini! Aku akan ambilkan handuk. Jangan keluar!" titah Devan, keluar terlebih dahulu dari mobil masih dengan keadaan bertelanjang dada."Ingat untuk diam di sini sampai aku kembali! Kau juga tidak ingin dilihat tamu dengan keadaan basah seperti ini, kan?" sambung pria itu sembari menutup kembali pintu mobil dan masuk ke dal

    Last Updated : 2022-06-03
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   48. Surat perpisahan

    Berlin nampak sibuk mengemasi barang-barangnya dan menyembunyikan koper besarnya di luar rumah Devan. Gadis itu terus celingukan di sekitar rumah untuk mengamati situasi dan bersiap untuk melarikan diri setelah berhasil merampok uang Devan untuk ongkos pulang kembali ke negara asal."Devan sepertinya masih berada di lantai atas. Apa aku rampok uangnya sekarang saja?" gumam Berlin dengan tubuh gemetar ketakutan."Maaf, Devan! Anggap saja ini sebagai hutang. Aku akan membayarmu kembali nanti. Aku harus pulang sekarang! Aku tidak mau berada di sini lebih lama. Kau membuat jantungku tidak sehat," oceh Berlin panjang lebar.Gadis itu sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan Devan, sebelum Berlin semakin jatuh hati pada sugar daddy-nya itu.Berlin ingin mengubur perasaannya dalam-dalam dan ingin mencoba melupakan Devan dengan cara pergi sejauh mungkin dari pria itu.Berlin mengambil pena dan kertas, kemudian asyik menulis surat pendek untuk Devan, sebagai tanda perpisahan darinya.'Aku p

    Last Updated : 2022-06-05
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   49. Love letter

    Devan meraih sepucuk surat yang ada di nakas kamarnya dan menatap lekat-lekat lembar kertas tersebut.Pria itu segera membaca isi dari goresan tinta yang ditorehkan oleh Berlin pada lembar surat berwarna putih itu.'Hai, Devan. Mulai hari ini aku tidak ingin memanggilmu "Tuan" lagi, karena kau bukan lagi sugar daddy yang harus kulayani. Aku mengambil sedikit uangmu untuk ongkos kembali. Aku janji, aku akan mengembalikannya. Kau bisa pegang janjiku.'"Apa-apaan ini? Gadis bodoh itu meninggalkan surat perpisahan?" geram Devan hampir saja merobek kertas itu sebelum ia membaca seluruh isinya.'Kau pasti sangat marah dan ingin menghajarku sekarang karena aku sudah melarikan diri seenaknya tanpa membayar hutangku padamu. Aku pasti akan kembali menemuimu suatu hari nanti dengan uang yang banyak. Tunggu saja,'"Kau repot-repot menulis surat hanya karena uang?"Manik mata Devan memerah seketika dan kepalanya sudah siap meledakkan amarah.'Maafkan aku. Hanya maaf yang bisa kukatakan padamu seka

    Last Updated : 2022-06-05

Latest chapter

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   120. Hal terbaik (END)

    "Kenapa kau terus saja melamun selama beberapa hari ini? Kau sedang tidak enak badan?" tegur Devan pada Berlin.Berlin yang tengah menatap jendela dengan tatapan kosong, segera menyadarkan diri dari lamunan dan melirik Devan yang sudah duduk di sampingnya. "Tidak. Aku tidak melamun," cetus Berlin."Kau gugup?" tanya Devan lagi.Tentu saja Berlin sangat gugup menyambut hari bahagianya yang akan datang esok hari. Ya, besok dirinya akan menikah dengan Devan. Berlin akan menjadi pengantin.Devan sudah menyiapkan sebuah pesta kecil untuk Berlin, sebelum keluarga besar mereka membuatkan pesta untuk mereka. Devan sengaja ingin membuat acara sendiri yang sesuai dengan keinginannya. Meskipun pada akhirnya nanti, Devan harus menuruti keinginan kedua orang tuanya, tapi setidaknya ia juga ingin memiliki kesempatan untuk merancang acaranya sendiri. "Aku hanya menyiapkan pesta kecil yang akan dihadiri oleh keluarga inti saja. Tidak apa-apa, kan? Setelah itu, masih akan ada acara yang dibuat oleh

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   119. Rencana pernikahan

    “Ayah, ayo cepat!” Nyonya Sella menarik tangan sang suami dan hendak mengajak Tuan Wildan untuk mengunjungi keluarga Berlin, yaitu Nyonya Firda dan Tuan Mahesa. Apalagi alasan Nyonya Sella mengunjungi Nyonya Firda dan keluarga jika bukan untuk membahas tentang pernikahan Berlin serta Devan.“Kita tidak akan mengajak Devan? Ada baiknya, kita lamar dulu Berlin untuk Devan sebelum membahas tentang pernikahan seperti ini,” tukas Tuan Wildan ingin membantu sang putra melewati tahapan yang benar sebelum meresmikan hubungan dengan Berlin.Nyonya Sella tentu tidak akan melibatkan Devan. Wanita paruh baya itu tahu jika Devan hanya akan mengomel padanya jika Nyonya Sella ikut campur. Daripada mendengar penolakan Devan dan omelan putranya, lebih Nyonya Sella bertindak seorang diri dan langsung menembak orang tua Berlin.“Abaikan saja Devan! Ibu tidak ingin mendengar suara cerewet Devan,” cetus Nyonya Sella.Tuan Wildan sendiri juga hanya akan memancing keributan, jika dirinya berbicara dengan pu

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   118. Pertengkaran yang kekanakan

    Devan dan Vernon mengamati Sheena dan Berlin dari kejauhan tanpa berani mendekat. Kedua pria itu terus melirik ke arah Berlin yang mencoba mengajak Sheena berbicara baik-baik.Kedua wanita itu duduk di meja yang terdapat di pojokan cafe, sementara Devan dan Vernon duduk di bangku yang cukup jauh dari meja Berlin. "Menurutmu apa yang akan dibahas oleh Berlin dengan Sheena?" tanya Devan pada Vernon meminta pendapat."Hm? Entahlah! Mereka anak kandung dan anak angkat dari Nyonya Firda, kan? Kedua wanita itu juga memperebutkan pria yang sama, bukan? Pasti ada banyak hal yang bisa dibahas oleh Berlin dan juga Sheena," tukas Vernon."Meskipun tidak mengenal secara langsung, tapi mungkin kalau hanya sekedar nama saja, kau pasti tahu, kan? Aku Berlin. Kau Sheena, kan?" Berlin mulai membuka perbincangan ringan dengan anak angkat dari orang tua kandungnya itu.Sheena hanya diam dan menatap sinis ke arah Berlin. Pertama kali Sheena melihat Berlin adalah saat Sheena dirawat di rumah sakit, bersam

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   117. Cibiran Sheena

    "Sheena!" Lamunan Sheena pun buyar begitu suara Vernon menggema di telinganya. "Hm?" Sheena langsung mengalihkan pandangannya dari Berlin dan Devan yang berdiri tak jauh di seberang sana.Vernon melirik ke arah tempat yang dilihat oleh Sheena, dan melihat dengan jelas sosok Devan dan Berlin. "Kau ingin menyapa mantan kekasihmu dan juga saudaramu?" cibir Vernon menggoda Sheena."Cih, saudara apanya? Aku tidak kenal!" sergah Sheena tak memiliki niat sedikit pun mengenal akrab Berlin, apalagi setelah wanita itu mendapat omelan dari sang ibu.Saat ini Vernon dan Sheena tengah berkeliling di pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang baru bagi Sheena. Sheena kembali meninggalkan rumah dan tak jadi mengambil barangnya di rumah sang ibu, usai ia terlibat pertengkaran kecil dengan Nyonya Firda.Dengan menggunakan uang simpanan Vernon, Vernon pun berbaik hati membelikan barang kebutuhan Sheena dan akan mengajak Sheena untuk tinggal bersama dengannya."Kita pergi saja! Melihat orang-orang

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   116. Kemesraan

    Berlin, Arkan, dan Sarah pun memasuki sebuah cafe yang ada di pusat perbelanjaan. Dosen dari dua mahasiswi cantik itu menikmati es krim bersama dengan dua gadis yang bersedia menemaninya melahap makanan manis.Berlin terlihat tidak nyaman saat Arkan terus mencuri pandang ke arahnya. Gadis itu terus mengalihkan pandangan dan berharap acara makan es krim mereka segera usai. "Berlin, kudengar kau mengajukan cuti? Bukankah kau akan kembali? Kenapa kau tiba-tiba mengajukan cuti?" tanya Arkan membuka perbincangan.Berlin berhenti mengaduk mangkok es krimnya dan melirik Sarah yang terlihat tak peduli dengan suara Arkan. "Em, ada hal mendesak yang harus aku lakukan dan tidak bisa ditinggal. Jadi, aku memutuskan untuk cuti daripada kuliahku nanti terganggu," terang Berlin."Hal mendesak? Hal mendesak apa?" tanya Arkan begitu senang mencampuri urusan Berlin dan membuat Berlin risih."Em, itu ... aku ada urusan pribadi," jawab Berlin singkat tanpa memberikan penjelasan apa pun.Arkan mulia mene

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   115. Kencan bersama teman

    "Berlin, kenapa kau tiba-tiba mengambil cuti lagi? Apa terjadi sesuatu padamu?" Sarah nampak cemas saat menghubungi sang teman yang baru saja hendak kembali ke kampus, tapi mendadak Berlin justru mengajukan cuti dan menunda melanjutkan pendidikannya sampai waktu yang tidak ditentukan."Aku ... ada kepentingan mendadak. Jadi, aku ingin mengambil cuti saja," jawab Berlin tak ingin membahas tentang kehamilannya yang hampir menginjak dua bulan.Saat ini kekasih Devan itu tengah duduk di dalam kamarnya dengan bosan sembari mengangkat telepon dari sang teman. Devan sudah berangkat ke kantor, dan Berlin berada di rumah bersama dengan pelayan yang menjaganya."Benar kau baik-baik saja? Kau tidak mengalami kecelakaan atau semacamnya, kan?" tanya Sarah membuat Berlin berkeringat dingin seketika.Memang kecelakaan yang dimaksud oleh Sarah, berbeda dengan "kecelakaan" yang dialami oleh Berlin. Namun, tetap saja wanita itu memang mengalami "kecelakaan" yang membuatnya harus menunda keinginan untuk

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   114. Restu semua orang

    "Ayah, Ibu ingin berbicara sebentar!" Nyonya Sella menghampiri sang suami yang saat ini tengah sibuk membaca surat kabar sembari menyeruput kopi manis yang masih panas di tangannya.Tuan Wildan masih fokus pada surat kabarnya saat sang istri mendekat dan mengajak dirinya berbincang. "Apa? Katakan saja!" tukas Tuan Wildan.Nyonya Sella nampak tak sabar memberikan berita gembira pada sang suami mengenai kehamilan Berlin dan status mereka yang akan berubah menjadi kakek dan nenek. "Devan tidak lama lagi akan menjadi ayah!" ungkap Nyonya Sella dengan senyum sumringah.Tuan Wildan langsung menyemburkan kopinya begitu ia mendengar berita mengejutkan dari sang istri mengenai putra mereka. "Apa? Ibu tidak salah bicara, kan? Menjadi ayah apanya?" tanya Tuan Wildan dengan alis terangkat tinggi."Ayah tidak salah dengar! Memang benar kalau sebentar lagi Devan akan menjadi ayah. Pacarnya sedang hamil," jelas Nyonya Sella.Tuan Wildan memang tak mengetahui apa pun mengenai kegiatan sang putra, apa

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   113. Kepulangan Sheena

    Tok, tok! Pagi-pagi sekali, kediaman Tuan Mahesa sudah kedatangan tamu tak terduga yang berkunjung. Nyonya Firda terkejut bukan main saat ia melihat sesosok gadis yang muncul di depan pintu rumahnya. “SHEENA!” pekik Nyonya Firda kegirangan begitu ia melihat sosok sang putri yang mendadak kembali ke rumah mereka.Nyonya Firda memeluk Sheena dengan erat dan tanpa sadar, manik mata wanita paruh baya itu mulai berkaca-kaca. “Kenapa kau tidak menghubungi Ibu sama sekali? Ayah dan Ibu mencarimu ke mana-mana,” omel Nyonya Firda pada sang putri angkat.Sheena hanya diam tanpa banyak bicara. Vernon yang mengantarkan Sheena, melihat dari kejauhan saat gadis itu dipeluk erat oleh sang ibu. “Dugaan Sheena salah. Orang tua Berlin benar-benar menyayangi Sheena,” gumam Vernon. “Sheena sangat beruntung.”Nyonya Firda langsung menarik tangan Sheena untuk masuk ke dalam rumah dan memasak banyak makanan untuk sang putri. Sheena celingukan di dalam rumah, mencari sosok putri asli dari keluarga Mahesa. ‘K

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   112. Hati seorang ibu

    Devan kini tengah menemani Berlin duduk di dalam kamar, usai Nyonya Firda berpamitan untuk pulang. Devan mengambilkan minuman hangat untuk Berlin dan mencoba menghibur wanita yang baru saja bertengkar dengan ibunya itu.Berita kehamilan Berlin ternyata semakin memperburuk keadaan dan memperumit hubungan antara Berlin dan Nyonya Firda. Devan nampak bingung bagaimana ia harus menghibur sang kekasih hati, sementara dirinya sendiri juga tak cukup akur dengan sang ibu.“Minum dulu, Berlin! Kau terlalu banyak berteriak,” ujar Devan menenangkan Berlin dengan cara yang basi.Berlin meraih cangkir minuman yang ada di tangan Devan dan menyeruput minuman hangat yang kekurangan gula itu. “Kau ini membenciku, ya? Kenapa minumannya tidak terasa manis?” protes Berlin pada Devan.“Benarkah?” Devan merebut cangkir yang ada di tangan berlin, kemudian mencicipi minuman dalam gelas tersebut. “Rasanya enak. Cukup manis,” sergah Devan.“Manis apanya? Rasanya seperti teh tawar. Hambar tidak berasa,” omel Be

DMCA.com Protection Status