Tubuh Celine langsung membeku kaku ketika Steven menyapukan bibirnya ke bibir Celine dengan lembut. Steven berhenti sebentar menunggu reaksi Celine. Setelah memastikan dirinya tidak akan mendapatkan tamparan dari wanita itu, Steven memberanikan dirinya untuk menyentuhkan bibirnya sekali lagi ke bibir Celine. Kali ini lebih lama dan lebih berani.Tanpa disangka-sangka, ternyata Celine pada akhirnya juga memberikan reaksi atas kecupan Steven. Awalnya Celine merasa tegang karena pria yang baru dikenalnya beberapa minggu ini berani mengecupnya.Tapi Celine kemudian ingat akan sesuatu. Sewaktu ia mabuk, mereka sudah pernah melakukannya. Jadi pasti hal itu tidak canggung bagi Steven. Kini Celine dalam keadaan sadar penuh, tapi ciuman Steven terasa memabukkan baginya. Hangat dan menyenangkan. Tidak menuntut. Hanya sekedar penasaran.Steven semakin berani melangkah. Kecupannya mulai turun ke leher Celine membuat gadis itu langsung memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Ia memeluk Celine de
"Astaga, sudah jam berapa ini?" Celine terbangun dengan panik ketika tidurnya diganggu oleh mimpi Qiana yang berubah menjadi seekor beruang besar dan hendak menerkamnya karena tidak mengerjakan laporan yang disuruh olehnya."Good morning, Honey!" "Hah?" Celine tertegun ketika mendengar ada yang memanggilnya dengan sebutan, 'honey'.Dan ia lebih terkejut lagi ketika melihat sekeliling ruangan yang tidak dikenalnya. Sesaat kemudian ia baru ingat apa yang terjadi semalam. Ia berada di apartemen Steven dan rupanya ia ketiduran di sana."Steven!!!""Terlambat! Aku … laporan …."Celine kesulitan menyusun kalimat karena saking paniknya."Tenanglah. Sekarang baru pukul 7:40 pagi. Kita masih memiliki banyak waktu. Lihat, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita," ucap Steven sambil memperlihatkan meja makan yang sudah disiapkan untuk sarapan pagi.###Beberapa saat sebelumnya :["Halo."]Noah mengangkat telepon dengan suara masih mengantuk.["Noah! Bawakan aku dua croissant dan dua gelas kopi
Celine tak sempat mendengarkan percakapan mereka berikutnya. Sebab ia melihat Mrs. Reynolds berdiri dan hendak berjalan keluar dari dapur, menuju ke arahnya.Terburu-buru Celine langsung pergi dari rumah keluarga Reynolds. Untung saja ia tidak sampai ketahuan. Celine segera berjalan dengan cepat kemudian memanggil taksi ketika ia sudah berada agak jauh dari rumah keluarga Reynolds.Sepanjang perjalanan ke kantor, Celine terduduk diam berusaha mencerna pertengkaran yang terjadi antara Mr. Reynolds dengan Qiana.Saat pertengkaran itu berlangsung, Celine memang tidak mendengar mereka menyebutkan suatu nama secara spesifik. Tapi ia curiga bahwa orang yang dimaksud adalah dirinya. Entah apa yang dimaksudkan dalam pembicaraan mereka, Celine tidak mengerti. Tapi ia berharap bahwa bukan dirinyalah yang sedang dibicarakan oleh mereka saat itu. Karena sepertinya Mr. Reynolds takut sekali jika orang dimaksud bertemu dengan keluarga Gagnon. Siapa pun keluarga Gagnon, Celine juga tidak pernah men
Celine kira Qiana sedang memarahinya, tapi ternyata wanita itu sedang berbicara di telepon dengan seseorang nada marah. Tadinya Celine hendak menutup pintu karena tidak ingin dianggap menguping. Tapi tangannya langsung berhenti begitu ia mendengar apa kata Qiana berikutnya."Aku sudah bilang bahwa dia harus berada di bawahku supaya aku bisa mengawasinya. Sekarang kau melepaskan dia begitu saja?""Bukankah ini semua juga gara-gara tingkahmu juga yang keterlaluan? Jika kau tidak bertindak bodoh maka mungkin saja ia masih berada di bawah kendalimu!" Celine dapat mendengar suara Mr. Martin dengan jelas karena ternyata Qiana menggunakan mode speaker untuk menerima panggilan. Ia jadi semakin terpaku ketika mendengar percakapan itu karena sepertinya percakapan itu topiknya mirip dengan yang dibicarakan oleh Qiana dengan Mr. Reynolds."Posisiku juga berbahaya sekarang. Mereka mencurigai aku!" Mr. Martin terdengar ketakutan."Itu semua salahmu sendiri, Royce, dasar pria tak berguna! Menyesal
Ponsel milik Steven bergetar, padahal ia baru saja ingin menghampiri Celine. Ia melihat bahwa yang menghubunginya adalah Noah. Jika tidak penting maka Noah tidak akan berani untuk menghubunginya. Akhirnya Steven terpaksa membatalkan niatnya untuk menghampiri Celine, sebaliknya ia menerima telepon dari Noah.“Ya, Noah. Ada apa?” tanya Steven cepat.“Mr. Gagnon! Gawat! Kita harus bicara. Bisakah kita bertemu di ruangan sekarang?” tanya Noah terdengar khawatir.“Baiklah!” jawab Steven.Steven berputar arah dan segera menuju ke ruangan tempat di mana Noah berada. Ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Dan ia melihat Noah sedang berjalan mondar-mandir dengan tampang panik. Biasanya ia tidak pernah seperti ini. Pasti ada sesuatu hal yang cukup gawat telah terjadi.“Ada apa, Noah? Mengapa kau gelisah sekali?” tanya Steven kepada Noah.“Mr. Gagnon!” seru Noah segera begitu ia melihat Steven sudah datang.“Mr. Gagnon. Nyonya komisaris baru saja menghubungi saya!”“Apa katanya?” tanya Steven m
"Aku tahu dan aku sedang mengusahakannya!" Steven berkata dengan tak sabar."Baiklah. Aku akan memberimu waktu satu bulan lagi!" ucap Nyonya besar Gagnon."Aku mengerti! Apa Grandma sudah selesai?" tanya Steven dingin."Masih ada yang ingin kubicarakan denganmu. Tapi itu bisa menunggu nanti. Sekarang temukan buktinya agar Royce bisa masuk penjara!" Steven langsung pergi begitu neneknya selesai bicara. Tak sedetikpun ia betah berada di rumah itu walaupun terlihat megah dan mewah.Steven kembali naik mobil dan berniat untuk kembali ke perusahaan. Ia membuka ponselnya dan menemukan balasan dari Celine.[Tidak apa! Selesaikan saja pekerjaanmu dulu. I love you too!]Membaca pesan balasan dari Celine, membuat perasaan pria itu sedikit membaik. Ia jadi tak bisa berhenti tersenyum sendiri sepanjang perjalanan sehingga pengemudi yang mengantarkan Steven kembali ke kantor, heran dengan tingkahnya.Steven kembali mengetik pesan dan mengirimkannya kepada Celine.[Celine, aku sudah selesai menger
Celine berdiri dan melempar buket bunga yang tadi berikan Steven untuknya. Wajahnya terlihat kesal. Beberapa orang pengunjung yang sedang makan di sana otomatis langsung menoleh untuk menyaksikan drama pertunjukkan kecil itu."Bodohnya aku ini! Kukira kau benar-benar menyukaiku. Ternyata kau hanya ingin mencari informasi mengenai Miss Reynolds melalui aku." suara Celine bergetar."Tunggu! Celine. Kau salah paham. Aku tidak melakukan itu. Aku hanya sekedar ingin tahu saja bagaimana caranya kau bisa menempati posisi itu dan ….""Selamat tinggal, Steven!" Celine memotong kalimat Steven. Ia mengeluarkan sejumlah uang dan meletakkannya di meja. "Bagianku kubayar sendiri!"Setelah mengatakan demikian Celine langsung berjalan keluar meninggalkan Steven. Pria itu langsung buru-buru berdiri juga dan meninggalkan restaurant pasta setelah melemparkan sejumlah besar uang kertas lembaran. Ia langsung menyusul Celine."Celine! Celine! Tunggu!" Steven mengejar Celine yang berjalan bagaikan sebuah k
"Ya, Tuan Putri? Apa yang Anda inginkan akan saya kabulkan!" Steven merasa lega karena sepertinya Celine sudah tidak marah lagi padanya."Aku ingin kencan yang berkesan. Dan kau tidak boleh curiga lagi terhadapku! Katakan pada Mr. Noah, bahwa aku tidak terlibat dalam penggelapan dana dan jika diperlukan aku akan membantunya untuk mengumpulkan bukti." Celine memberitahukan keinginannya."Baik, Tuan Putri!" sahut Steven lagi menuruti Celine."Baik. Pertama. Karena aku masih lapar karena meninggalkan pastaku di restaurant sana tadi, kau harus memasak untukku! Aku ingin makan masakanmu!" Senyum Steven tiba-tiba berubah menjadi kaku. Memasak? Memasak bukanlah bidangnya. Lagipula, jika harus memasak sendiri, itu berarti ia harus meminjam apartemen Noah lagi. Ia tidak tahu di mana Noah berada sekarang dan apa apartemen Noah sedang digunakan atau tidak. Steven ingin menolak tapi ia sudah terlanjur menjanjikan bahwa ia akan memenuhi segala permintaan Celine."Ehm, kau tidak ingin makan di lua
"Celine Walton … aku Steven Matthew Gagnon sekali lagi ingin meminta persetujuanmu untuk memenangkan hatimu. Maukah kau menikahiku lagi?" Steven menengadah dan menatap tepat ke kedua mata Celine yang berwarna coklat tua. Kedua tangannya terulur ke atas sambil memegang sebuah kotak berisikan cincin berlian yang besarnya tidak main-main.Jantungnya berdebar kencang, berharap agar Celine … cinta sepanjang hidupnya mau menerima kembali dirinya. Kali ini adalah benar-benar murni versi dirinya yang sesungguhnya.Celine memandangi Steven yang tengah berlutut di hadapannya dan melamarnya. Pria yang sama yang pernah mengisi hatinya enam tahun yang lalu. Pria yang telah memberinya buah hati yang tampan dan berbakat. Dan pria yang sama pula yang pernah paling menyakiti hatinya.Akankah ia bisa mempercayai pria ini lagi untuk menjadi pendamping seumur hidupnya?"Mommy, apakah Daddy Steven sedang minta maaf pada kita?" tanya Ethan kecil dengan nada suaranya yang polos, membuat Celine terdiam."Iy
"Noah?" "Noah?" Baik Celine maupun Steven keduanya sama-sama terperangah ketika melihat bahwa pria yang mengenakan pakaian serba hitam serta bertopeng itu ternyata adalah Noah."Noah! Apa yang kau pikirkan? Menculik Ethan, putraku, kemari dan beraninya kau meminta tebusan?" teriak Steven sangat murka saat itu. Noah, pria yang telah bekerja untuknya selama lebih dari 10 tahun itu ternyata adalah pelaku penculikan terhadap Ethan. Padahal Steven sangat mempercayai Noah selama ini. Ia bahkan sudah menganggap Noah seperti adiknya sendiri. Ia banyak mempercayakan segala sesuatunya kepada Noah.Tapi, ia sudah mengkhianati Steven sekarang dan dengan berani menculik Ethan membuat dirinya dan Celine panik dan ketakutan setengah mati.Pantas saja Ethan berhasil diculik. Karena Ethan sudah mengenal Noah dan ia tidak merasa telah diculik oleh Noah.Ia hendak menerjang maju saat itu, tapi tidak jadi karena Ethan tiba-tiba saja muncul entah dari mana dan berlari. Tapi ia bukan berlari ke arah Ste
"Steven! Kau juga di sini?""Celine? Kau di sini?"Mereka berdua bersamaan berbicara. Saling terkejut ketika menemukan satu sama lain."Apakah si penculik menghubungimu juga?" tanya Celine.Steven mengangguk membenarkan."Ia menghubungiku melalui telepon. Aku tidak bisa mengenali suaranya!" jawab Steven."Sama. Dia juga menghubungiku melalui telepon dan memberikan petunjuk yang harus dipecahkan kepadaku agar aku bisa sampai kemari," Celine menyetujuinya. Wajahnya terlihat pucat dan lelah sama seperti Steven."Yah, aku juga mengalami hal yang sama. Setelah berhasil menemukan jawabannya aku langsung kemari dan bertemu denganmu," Steven mengutarakan apanyang ia alami juga sama dengan yang dialami oleh Celine."Begitu menerima panggilan darinya aku langsung menyuruh seseorang untuk melacak teleponnya tapi nomornya tidak bisa dilacak. Ia menggunakan nomor sekali pakai. Mereka hanya berhasil mengetahui lokasinya masih berada di kota ini juga." Steven menjelaskan dengan singkat membuat Celin
"Apa yang kau inginkan?" tanya Steven tajam. Disampingnya ada beberapa orang yang sedang mencoba untuk melacak lokasi si penculik."Pertama, suruh orang-orangmu untuk berhenti melacak lokasiku! Percuma saja, itu tidak akan berhasil!" suara si penculik terdengar tertawa terkekeh serak."Jangan merasa sok pintar. Nasib anakmu berada di tanganku!" ancam si penculik lagi.Steven langsung mengangkat tangannya dan menyuruh orang-orangnya untuk berhenti mencari. Ia heran bagaimana si penculik tersebut bisa mengetahui bahwa ia telah menyiapkan sebuah tim untuk melacaknya."Kedua, siapkan tiga juta dollar dalam bentuk tunai hari ini juga. Letakkan di dalam koper!" Suara serak itu kembali memberikan perintah lagi."Baik, aku akan memberikan sejumlah yang kau minta asalkan kau tidak melukai anakku," janji Steven memutuskan untuk menuruti keinginan si penculik. Nyawa Ethan jauh lebih penting daripada tiga juta dollar."Bagus! Kau cukup pintar dan kooperatif rupanya!""Ke mana aku harus membawa u
"Steven, apakah Ethan dan Noah sedang bersama denganmu di sini?" tanya Celine dengan wajah pucat pasi di depan pintu rumah Steven.Dilihatnya bahwa Celine saat itu benar-benar hanya mengenakan celana training santai dengan t-shirt yang berukuran over sized. Wajahnya juga tidak menggunakan make up sama sekali. Kedua matanya juga bengkak karena habis menangis dalam waktu yang lama."Tidak! Memangnya ada apa?" tanya Steven heran.Ia sendiri baru pulang dari menghadiri suatu konvensi pertemuan di Quebec. Davies, supir pribadinya yang seharusnya menjemputnya, ternyata malah tidak masuk karena alasan sakit. Akhirnya ia terpaksa harus menunggu salah seorang bawahannya lagi untuk menjemputnya di bandara.Sementara Noah, tumben sekali ia tidak bisa dihubungi. Sebab biasanya Noah akan selalu mengangkat telepon dari Steven hanya dalam hitungan detik."Noah menghubungi aku kemarin dan meminta izin padaku. Kata Noah, Ethan ingin pergi ke taman bermain dengan Noah." Celine mulai bercerita."Aku mem
"Kau datang untuk membicarakan masalah pekerjaan?" tanya Celine dengan sikap cuek dan menolak untuk menatap Steven."Tidak!" jawab Steven."Kalau begitu silahkan keluar! Kau tahu bahwa aku tidak mau menerima percakapan denganmu selain untuk urusan pekerjaan!" jawab Celine dingin."Aku tahu kalau aku memang bersalah karena telah berdusta padamu berkali-kali. Kau memang pantas marah. Aku memang pria brengsek!""Tapi ketahuilah Celine, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tak peduli meski kau mau membuat aku bangkrut dan merugi serta menghancurkan Diamond Corporation. Lakukan saja sesukamu, aku memang pantas untuk menerimanya, asalkan setelah kau puas, kau mau kembali padaku.""Celine, kau tahu aku masih mencintaimu. Selalu dan selamanya aku hanya mencintaimu!" Lucas mendengar Steven berkata lagi.Dengan nekat Steven menarik pinggang Celine dan memeluk pinggangnya menjadikan tubuh mereka tak berjarak. Steven pun nekat menjatuhkan bibirnya ke bibir Celine. "Aku tak pernah ingin berpisah
Lucas melihat seorang anak kecil yang usianya kira-kira seumuran dengan Ethan digendong oleh seorang pria berlari ke IGD. Dibelakangnya seorang wanita juga ikut berlari dengan panik. Tapi kondisi IGD saat itu sedang penuh karena sebelumnya ada kecelakaan lalu lintas yang melibatkan 10 kendaraan harus mengalami tabrakan beruntun yang cukup merusak.Nalurinya sebagai seorang dokter membuatnya langsung mengikuti pria yang sedang panik itu."Tolong anak saya! Tolong anak saya!" Pria itu sampai menangis karena panik. Putranya tak sadarkan diri dalam pelukannya, bersimbah darah sampai mengenai pakaian pria itu. Tapi ia tidak peduli. Wanita disebelahnya juga menangis tak terkendali sampai tidak bisa berkata-kata.Seorang perawat dengan cepat mendorong sebuah brankar dan mengambil alih anak dalam gendongan pria itu dan meletakkannya di atas brankar."Apa yang terjadi?" tanya Lucas."Dia jatuh dari tangga!" Pria itu menjawab lagi."Dr. Brown, kami membutuhkan bantuan Anda. Semua dokter di IGD
"Baik. Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Steven sambil menatap Celine dengan tatapan menggoda yang membuat Celine langsung gugup dan mulai kehilangan kendali atas apa yang hendak diucapkan olehnya."Aku sudah memberimu izin satu kali untuk pergi dengan Ethan. Tapi itu bukan berarti aku akan memberimu izin untuk pergi dengan Ethan lagi nanti," Celine memutuskan untuk berkata dengan nada tegas.Steven tidak langsung menjawab. Ia hanya melangkah maju ke depan semakin mendekati Celine."Aku sudah mengantarkan Ethan pulang tepat waktu dan tidak kurang suatu apapun sesuai dengan permintaanmu!" Steven membuka percakapan."Aku ayah kandungnya dan aku berhak untuk menemui Ethan dan begitu pula halnya dengan Ethan. Bahwa ia berhak untuk mengenalku dan mendapatkan kasih sayang serta perhatianku.""Aku tidak kembali ke sini untuk membiarkan Ethan dekat denganmu!" jawab Celine dingin."Aku tahu apa tujuanmu ketika kau kembali kemari, Celine dan ….""Bagus kalau kau tahu. Jadi mulai sekarang jan
Steven sangat terkejut ketika mendengar ada yang mengatakan hal itu padanya. Ia menoleh dan langsung berhadapan dengan Lucas."Lucas? Apa yang kau lakukan di sini? Apakah sejak tadi kau mengikuti aku dan Ethan?" tanya Steven terkejut memandangi Lucas.Pria itu mengenakan kaos santai dan topi baseball berwarna merah jadi wajahnya agak tersembunyi. Apalagi ia duduk di belakang Steven dan Ethan. Jadi Steven sama sekali tidak tahu jika Lucas sejak tadi duduk diam dan mencuri dengar percakapannya dengan Ethan."Bisa dibilang begitu," jawab Lucas sambil tersenyum sinis."Kenapa kau mengikuti aku dan Ethan? Apakah Celine yang menyuruhmu?" tanya Steven geram. Ia menatap Lucas sambil melotot, tapi sudut matanya diam-diam melirik Ethan. Takut anak itu akan melihat Lucas dan mengajaknya untuk bergabung. Steven tak ingin harinya menjadi rusak dengan keikutsertaan Lucas dalam acara spesial antara ayah dan anak itu."Tidak, Celine tidak akan sampai hati untuk meminta hal semacam itu padaku. Ini ada