Celine naik ke atas dan mulai membereskan barang-barangnya. Ia tidak akan bisa bersama dengan Steven lagi setelah ia tahu bahwa Steven adalah orang yang berada dibalik kecelakaan ayah dan ibunya.Celine tidak akan bisa hidup tenang bersama dengan seorang yang telah membunuh ayah dan ibunya.Tepat ketika ia selesai membereskan barang-barang miliknya dan hendak beranjak keluar, Steven masuk ke dalam kamar mereka."Celine, mau ke mana kau?" tanya Steven begitu melihat Celine sudah siap dengan koper miliknya di sampingnya.Celine tidak menjawab. Ia hanya menatap Steven dengan penuh kebencian. Sisa-sisa air mata di wajahnya telah cukup menjelaskan kepada Steven mengenai apa yang telah terjadi.Wajah Steven berubah pucat. Celine pasti telah mendengar percakapan antara dirinya dengan sang nenek."Celine … aku bisa menjelaskan …." ucap Steven tapi nada suaranya sendiri masih terdengar ragu."Tak perlu! Aku sudah mendengar semuanya!" potong Celine dengan suara gemetar menahan tangis sekaligus
Celine menatap tajam dan tak percaya ketika melihat Steven tahu-tahu sudah ada di dalam pesawat yang sama dengannya. Sementara Steven semakin mendekat, kemudian ia berjongkok di samping seorang wanita yang duduk di samping Celine."Maaf, Nyonya. Bolehkah saya meminta tolong kepada Anda untuk bertukar tempat sebentar? Wanita yang duduk di sebelah Anda adalah istri saya. Kami sedang bertengkar hebat dan ia langsung pergi naik pesawat begitu saja tanpa memberikan kesempatan kepada saya untuk menjelaskannya," Steven mengeluarkan pesonanya untuk membujuk wanita yang berusia kira-kira pertengahan 50an itu."Kalian berdua suami istri?" tanya wanita setengah baya itu kepada Celine."Bukan!" jawab Celine singkat dan kemudian ia membuang muka."Ayolah, Celine! Kita bisa membicarakan ini baik-baik. Kita masih terikat dengan pernikahan," sahut Steven berusaha membujuk Celine.Namun Celine sama sekali tidak memberikan reaksi apapun. Ia terus saja memandang keluar jendela. Seolah awan terlihat jauh
"Pencuri! Berhenti! Itu milikku!" Celine berteriak panik.Celine berusaha mengejar penjahat yang telah merampas tas dan barang-barangnya. Namun sia-sia saja, orang itu terlalu cepat, dan lagi Celine tidak berani berlari terlalu cepat. Ia sedang mengandung. Ia takut terjadi sesuatu kepada janinnya.Ia masih baru tiba di kota ini dan ia belum mengenal jalanan dan area disana dengan baik. Dan orang-orang di sekitarnya sama sekali tidak ada yang membantunya. Mereka hanya melihat kejadian itu dengan pandangan bertanya-tanya tapi tidak membantu mengejar penjahat tersebut.Dengan segera kedua penjahat tadi menghilang dengan barang-barang bawaan dan tas tangan Celine. Dengan putus asa, Celine mulai merasa panik. Semua barang-barang berharganya ada di dalam tas itu. Termasuk uang, kartu kredit, kartu ATM, dan surat-surat dokumen penting lainnya.Kini Celine sama sekali tidak memiliki apapun lagi selain pakaian yang melekat pada tubuhnya. Dalam keputusasaan itu, Celine pun menangis. Bagaimana i
Celine berusaha memberontak dengan sia-sia. Pakaiannya sudah koyak sehingga pakaian dalamnya sampai terlihat."Jangan! Tolong jangan! Aku sedang hamil!" Celine memohon sambil menangis."Hei, wanita ini sedang hamil!" teriak si pemuda berbadan besar itu kepada teman-temannya."Hamil?"ulang temannya yang lain dengan nada bodoh.Celine mulai berharap bahwa mereka akan meninggalkannya dan tidak melaksanakan apapun niat mereka terhadapnya setelah tahu bahwa ia sedang hamil. Tapi sedetik kemudian harapannya langsung runtuh."Bagus! Kebetulan aku juga selalu ingin mencoba seperti apa rasanya bermain dengan wanita yang sedang hamil. Katanya mereka lebih bergairah!" teriak si pemuda berbadan besar itu sambil tertawa diikuti oleh temannya.'BUUGGHHH!!!'Pemuda bertubuh besar itu tiba-tiba terdiam dengan tampang bengong. Matanya terbelalak lebar. Kemudian ia tiba-tiba roboh jatuh tepat di depan Celine.Kedua temannya dan Celine sama-sama terkejut. Belum sempat mereka bereaksi, sebuah balok kayu
"Nona … Nona ….""Aduh, sepertinya dia tidak sadarkan diri!" pria itu berbicara sendiri."Tenanglah Nona. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit!" Seru pria itu sambil mempercepat laju mobilnya.****"Kita telah kehilangan jejak, Mr. Gagnon!" ujar Noah kelelahan setelah ia berlari kesana kemari mencari Celine.Mereka bahkan menaiki kereta menuju Winnipeg dan tidak menemukan Celine di dalam. Akhirnya mereka terpaksa turun di stasiun terdekat dan kembali ke Calgary. Saat itu mereka telah sangat kehilangan jejak Celine."Dia sengaja mengelabui kita supaya kita tidak bisa mengejarnya, Noah!" ucap Steven yang merasa putus asa."Sial! Kenapa jadi begini?" ujar Steven marah. Noah tak berani mengatakan bahwa ia sudah pernah menasehati Steven. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah mencoba mencari jejak Celine melalui jejak digitalnya. Tapi ia tidak bisa menemukannya kali ini. Celine benar-benar menghilang seperti ditelan bumi.Steven dan Noah terpaksa pulang kembali ke Toronto dan Steven
"Hah?" Celine terbengong seakan ia tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh Lucas."Maaf, kau bilang apa?" tanya Celine bingung takut ia salah dengar."Kau bisa tinggal bersamaku," Lucas mengulangi lagi tawarannya."Ehhh!!! Entahlah, kurasa itu bukan ide yang bagus, Lucas." Celine tiba-tiba merasa jengah dan menolak untuk menatap mata biru teduh milik Lucas."Dan bisakah kau menemukan ide yang lebih baik daripada yang kuutarakan padamu barusan?" Lucas duduk di tepi tempat tidur Celine kemudian melipat tangannya di depan dada menunggu jawaban dari Celine."Terus terang belum. Tapi kita baru saja bertemu. Apa nanti kata keluargamu jika tahu aku tinggal di rumahmu?" Celine menuturkan keraguannya."Keluargaku tinggal di belahan dunia lain. Australia," jawab Lucas dengan lancar."Dan aku juga tidak enak dengan kekasih ataupun istrimu!" sambung Celine cepat."Aku masih single, tinggal sendirian di rumah, tidak punya istri ataupun kekasih," jawab Lucas dengan cepat membuat Celine terpana.
Lucas tinggal di sebuah pemukiman lama di daerah Ada Boulevard, namun masih sangat terawat. Lingkungannya tenang, bersih, dan asri.Rumah itu sendiri merupakan tipe single family house (rumah yang tidak berdempetan dinding dengan tetangga) yang hanya terdiri dari 1 lantai tapi memiliki lebar yang cukup lumayan. Kombinasi warna merah dan putih menjadi ciri khas perumahan di daerah sana yang semuanya memiliki bentuk rumah dan warna cat yang sama seperti rumah milik Lucas."Ayo masuk!" Lucas mengajak Celine masuk ke dalam rumahnya dan Celine mengikutinya.Di dalam rumah itu sendiri ternyata tidak memiliki banyak perabotan. Hanya perabotan dasar seperti sofa untuk duduk, televisi, dan meja makan serta dapur. Semuanya tertata dengan rapi."Maaf, hanya seadanya. Karena biasanya aku bekerja dan menghabiskan hampir satu harian waktuku di rumah sakit," Lucas mengaku dengan sambil tersenyum malu."Tidak apa. Aku suka rumahmu. Kukira, rumah seorang bujangan akan berantakan jika tidak ada wani
Tak terasa sudah sudah tiga bulan berlalu sejak kepindahannya ke rumah Lucas. Celine langsung merasa kerasan di rumah tersebut.Lucas tidak berbohong sama sekali ketika ia mengatakan bahwa hampir seluruh hidupnya ia habiskan di rumah sakit. Dalam tiga bulan ini, Celine melihat sendiri betapa sibuknya Lucas. Ia lebih sering bekerja di shift pagi dan sore. Dan setidaknya seminggu tiga kali ia akan mengambil shift malam.Celine praktis sering ditinggal sendirian di rumah oleh Lucas, namun ia tidak merasa keberatan sama sekali. Ia jadi merasa lebih bebas di rumah. Melakukan apapun sesuka hatinya.Jadi, Celine membalas perbuatan baik Lucas terhadapnya dengan menjaga rumah Lucas agar tetap bersih dan memastikan agar ada makanan yang tersedia setiap saat jika Lucas pulang ke rumah. Tapi sepertinya akhir-akhir ini, Lucas mulai sering bergabung dengannya untuk makan malam bersama. Celine sangat senang mendengarkan cerita yang dibawakan oleh Lucas seputar kejadian di rumah sakit ataupun cerita
Tak terasa, satu bulan telah berlalu dari kejadian besar yang menimpa dirinya. Hubungan bersama kekasihnya hancur, keperawanannya hilang. Semuanya terjadi hanya dalam waktu satu malam saja.Dan hal itu, membuat Rania terus saja menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan agar tidak mengingat kejadian malam itu.Sampai saat ini, ia juga belum tahu siapa orang yang telah bercumbu mesra dengannya malam itu. Keadaan benar-benar Tidak mendukungnya untuk mengingat laki-laki itu, karena ia berada dalam pengaruh obat.Bahkan ketika pagi, karena terkejut dengan keadaan yang ada, ia sampai lupa untuk melihat wajah laki-laki itu. Sungguh bodoh sekali bukan? Tapi, itulah dirinya.Saat ini, ia sedang melakukan presentasi untuk pekerjaannya pada klien. Tapi, ketika sedang mencoba menjelaskan tentang ide dari persentase itu sendiri, tiba-tiba saja ia jatuh pingsan.Sontak saja, hal itu langsung membuat semua orang yang ada disana pun kaget. Memang tadi, salah satu rekan nya sudah bertanya padanya,
Di tempat lain—tepatnya di sebuah hotel, sosok Ethan terlihat melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang tampak kusut.“Damn! This is getting annoying!” gerutu pria itu sambil terus berjalan cepat.Bagaimana tidak?Semenjak kejadian satu minggu yang lalu—saat di mana ia bercinta dengan seorang gadis yang dia pikir merupakan salah satu gadis sewaan, Ethan tidak bisa lagi memuaskan hasratnya!Setiap kali dia bercinta dengan wanita lain yang ditemuinya, Ethan akan selalu tiba-tiba mengingat suara serta bayangan gadis ‘perawan’ itu, tapi tidak dengan wajahnya!Hal itulah yang semakin membuat Ethan kesal.Dia mengingat semua hal yang ada pada gadis itu, entah suaranya, hangat tubuhnya dan bagaimana tubuhnya bergetar di bawah pelukannya, tapi tidak dengan wajahnya!Bukankah itu sangat menyebalkan?“Pak Ethan.”Sosok pria lainnya yang bertubuh tinggi tegap serta memiliki paras yang rupawan pun, tampak berdiri menyapa Ethan yang melangkah keluar dari lobi utama.Dia adalah Devan
Setelah kejadian di hari itu, baik Sinta, Karla dan mama Kalina kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa. Ketiganya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hari itu.Sinta pun mulai kembali disibukkan dengan segudang pekerjaannya di kantor. Menjabat sebagai salah satu Direktur di perusahaan ayahnya membuat Sinta tak dapat membuang waktunya dengan percuma.“Ini teh-nya, Nona.” Nadia meletakkan secangkir teh hangat di atas meja Sinta.“Oke, thank you.” Senyum Sinta sambil menoleh padanya sekilas, lalu kembali fokus pada tumpukan laporan yang harus dia segera periksa dan tandatangani.Nadia pun mengangguk, tapi tak kunjung bergerak dari posisinya yang berdiri di hadapan meja kerja Sinta—membuat sang bos mau tidak mau, jadi beralih menatapnya.“Ada apa, Nadia? Kamu ngapain terus berdiri di sana?” tanya Sinta sembari tersenyum. Ia sudah sangat mengenal sekretarisnya ini.Jika Nadia sudah bersikap seperti ini, pasti ada yang dikhawatirkan oleh gadis tersebut.“Anda, baik-baik saj
“Iya, Nona Sinta. Ada apa?” sahut Nadia, siap menerima ‘tugas lainnya’ dari atasannya itu.“Nadia, kamu sudah mengurus semua CCTV di hotel yang merekamku ‘kan?” tanya Sinta kemudian.“Iya, sudah, Nona. Saya sudah menghapusnya secara permanen untuk di data keamanan, tapi untuk berjaga-jaga dan untuk penyelidikan ke depannya, saya sudah menyalin hard copy-nya.”Sinta tersenyum puas.Seperti biasanya, Nadia selalu memberikan hasil terbaik tanpa dia suruh atau ingatkan. Sinta benar-benar beruntung memiliki sekretaris sepertinya.“Kalau begitu, aku juga ingin kamu mengurus semua video CCTV yang merekam Karla,” titah Sinta kemudian.“Karla?” Nadia terdengar sedikit terkejut dan heran di waktu bersamaan saat tiba-tiba saja atasannya itu menyebut nama adik tirinya.Tidak biasanya Sinta membahas soal Karla.“Memangnya kenapa saya harus mengurus semua rekaman CCTV Karla juga?” tanya Nadia penasaran.Dia tidak mengerti. Apa Karla juga salah satu korban?Jika ya, Nadia sempat berpikir, jika dia t
Sosok pria tampan bertubuh tinggi tegap dengan bahunya yang lebar serta otot perutnya yang membentuk sixpack dengan sempurna, tanpa adanya timbunan lemak yang berlebih itu—terlihat berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggulnya.Tetesan air yang mengalir dari ujung rambutnya yang masih basah itu, seakan menambah aura sexy dalam dirinya—membuat gadis mana pun yang melihatnya, pasti akan tergila-gila padanya!Pria itu tak lain adalah Ethan Wijaya. Di usianya yang masih tergolong muda, 33 tahun, Ethan telah menjabat sebagai seorang CEO, dan tentu saja, ada banyak gadis di luar sana yang siap merangkak ke atas tempat tidurnya dan berharap kalau mereka bisa menjadi pendamping hidup dari CEO Diamond Corporation.Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu, jika hati sang pria tampan yang dikenal bersifat dingin ini, rupanya sudah ada yang punya.Ah, tidak.Koreksi!Lebih tepatnya, Ethan baru saja mengalami patah hati, setelah mendapati kekasih yang sangat dicintainya
Setelah melangkah keluar dari kamar pria asing itu, Sinta pun langsung menyadari kalau dirinya masih berada di hotel yang sama—yang tak lain adalah milik ayahnya sendiri!Selain itu, Sinta juga baru menyadari kalau kamar yang biasanya dia tempati ternyata ada tepat di samping suite room yang ditempati pria asing tersebut.Tanpa pikir panjang lagi, Sinta pun segera masuk ke suite room miliknya, dan sosok Nadia yang sudah berada di dalam sana, tampak terkejut saat melihat Sinta yang datang dengan kondisinya yang terlihat ‘kacau’.“Nona Sinta! Apa yang terjadi? Anda dari mana saja?” tanya Nadia khawatir. Gadis berusia 26 tahun itu merupakan sekretaris dan juga orang kepercayaan Sinta.Sementara itu, Sinta sendiri adalah anak tunggal dari pernikahan pertama Rendra Pratama, yang tak lain merupakan CEO dari Syailendra Grup—salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.Sinta yang saat ini telah berusia 28 tahun, telah menjabat sebagai salah satu Dikektur di Perusahaan ayahnya, dan di
_25 TAHUN KEMUDIAN_"Kamu baik-baik saja?" tanya Karla saat melihat Sinta memegangi kepalanya. Ya ya, tentu saja kakak tirinya itu merasakan pusing karena ia yang sudah memasukkan obat ke dalam minuman sang kakak."Aku hanya merasa tidak enak," jawab Sinta singkat. Ia merasa kepalanya berputar dan ada sensasi aneh kini menjalar di sekujur tubuhnya."Bagaimana kalau kamu istirahat di salah satu kamar hotel ini, Kak? Kebetulan aku sudah booking untukku sendiri. Tapi kamu bisa pakai dulu untuk beristirahat, bagaimana?" Karla memberi tawaran."Ya ... ya, boleh saja. Mana kuncinya? Biar aku segera naik, kepalaku rasanya berputar-putar." Sinta menjawab sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat.Dengan senyum licik, Karla menyerahkan kunci kamar yang memang sudah ia pesan kepada sang kakak."Mau aku antar?" Karla menawarkan diri. Sinta hanya menggelengkan kepala dan dengan langkah yang sedikit terhuyung-huyung ia pun meninggalkan ballroom.Gadis cantik itu langsung menaiki lift dan
"Apaaaa???" Kali ini keduanya berteriak terkejut."Apa hubungan Lucas dengan semua ini, Noah? Kau bilang penculikan ini adalah ide dari Lucas?" tanya Celine tak percaya.Noah nyengir dan ia mengangguk."Benar, Nona Celine. Semua ini adalah ide Tuan Lucas sepenuhnya. Tuan Lucas bilang beliau ingin menguji kekuatan cinta Anda berdua. Seberapa berjodohnya kalian satu sama lain. Jika Anda berdua bisa bekerja sama dalam menemukan Tuan Muda Ethan, maka Tuan Lucas bilang beliau akan mundur." sambung Noah."Dan saya hanya menjadi pelaksananya saja," sambung Noah.Saat Noah mengatakan hal tersebut, seorang pria di kejauhan sedang memantau mereka semua dengan menggunakan binocular nya."Kau menang, Steven! Dan aku kalah."Lucas menurunkan binocular nya sambil tersenyum sedih. Kedua matanya berkaca-kaca menahan air mata sakit yang hendak meruah keluar.Lucas berbalik dan pergi dari sana dalam keadaan patah hati.*****"Lucas, apa kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Celine dengan sedih. Mereka
"Celine Walton … aku Steven Matthew Gagnon sekali lagi ingin meminta persetujuanmu untuk memenangkan hatimu. Maukah kau menikahiku lagi?" Steven menengadah dan menatap tepat ke kedua mata Celine yang berwarna coklat tua. Kedua tangannya terulur ke atas sambil memegang sebuah kotak berisikan cincin berlian yang besarnya tidak main-main.Jantungnya berdebar kencang, berharap agar Celine … cinta sepanjang hidupnya mau menerima kembali dirinya. Kali ini adalah benar-benar murni versi dirinya yang sesungguhnya.Celine memandangi Steven yang tengah berlutut di hadapannya dan melamarnya. Pria yang sama yang pernah mengisi hatinya enam tahun yang lalu. Pria yang telah memberinya buah hati yang tampan dan berbakat. Dan pria yang sama pula yang pernah paling menyakiti hatinya.Akankah ia bisa mempercayai pria ini lagi untuk menjadi pendamping seumur hidupnya?"Mommy, apakah Daddy Steven sedang minta maaf pada kita?" tanya Ethan kecil dengan nada suaranya yang polos, membuat Celine terdiam."Iy