"Jangan mencoba keberuntunganmu lagi Lucas. Kau beruntung aku tidak memarahimu karena tidak berterus terang padaku soal Ethan," Celine tertawa."Yah, kalau begitu berarti aku ditolak lagi," jawab Lucas sedih."Entah, sudah keberapa kalinya aku ditolak dalam waktu lima tahun ini," Luvas berpura-pura lesu."Oh, berhentilah berpura-pura sedih. Aku akan menghiburmu. Bagaimana? Kita nonton film bersama sambil makan popcorn?" tawar Celine kepada Lucas."Deal!" jawab Lucas langsung dan menjabat tangan Celine dengan gaya resmi."Oke, kau pilih film, aku siapkan pop corn!" perintah Celine kemudian ia keluar dari kamar Lucas untuk membuat popcorn dan setelah itu kembali lagi ke kamar Lucas sambil membawa semangkuk besar popcorn, untuk melihat film yang telah dipilih oleh Lucas."Sungguh? Kau memilih film jadul Mr. Bean?" tanya Celine tak bisa menahan tawanya."Sebut aku pria kuno. Tapi aku menyukai aktingnya. Profesiku sebagai dokter, terkadang sangat membuat stress. Film ini bisa meredakan str
"Nicholas, apa kau ingat siapa aku?" tanya Lucas pada anak yang bertubuh paling besar dengan hidung diplester."Ingat, Dok!" jawab Nicholas takut-takut."Bukankah aku sudah sering mengingatkanmu dan ibumu untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi gula atau makanan yang manis-manis?" tanya Lucas."Eh, benar, Dok," jawab anak itu masih takut-takut."Sebentar! Apa-apan ini?" sela Mr. Turner."Tolong jangan menyela pembicaraan saya dengan Nicholas, Mr. Turner!" Lucas menggunakan nada yang sama sekali belum pernah didengar oleh Celine. Nada yang biasa digunakan oleh seorang dokter killer yang galak sehingga membuat Mr. Turner bungkam karena kaget dibentak."Nah, Nicholas, aku yakin kau pasti masih makan makanan manis yang tinggi akan gula sehingga kau jadi terlalu aktif." Lucas melanjutkan seperti tidak sempat terinterupsi."Apa hubungannya dengan semua ini?" Mr. Turner yang sudah berhasil mengumpulkan kesadarannya mulai ikut bicara lagi."Masalahnya, Mr. Turner! Makanan manis dalam jumlah
Mereka sampai di toko es krim dan langsung memesan es krim. Mereka bertiga mengobrol dan tertawa-tawa. Celine memperhatikan bahwa dalam satu harian ini entah sudah berapa kali Lucas menyebut Ethan sebagai putranya.Terlihat jelas bahwa Lucas sangat senang karena Etha. Juga terus memanggilnya 'daddy'. Mereka memang bukan ayah dan anak sungguhan. Tapi ikatan di antara mereka telah terjalin begitu kuat.Celine merasa lega bahwa ia telah memutuskan untuk membiarkan Ethan memanggil Lucas sebagai ayahnya.****"Terima kasih, Lucas!" Celine berbisik di telinga Lucas ketika mereka sudah mengantarkan Ethan tidur di kamarnya dan malam ini, Celine kembali berada di dalam kamar Lucas dan di dalam pelukan Lucas."Aku tak tahu apa yang bisa kulakukan tanpamu. Sepertinya kau selalu saja membantuku dari sejak pertama kali kita bertemu," Celine berkata sambil dalam hatinya ia bersyukur bisa bertemu dengan Lucas."Bukankah itu wajar bagi seorang pria untuk selalu melindungi dan meratukan wanita yang di
"WHOAAAA!!! Anjing! Aku suka anjing!" teriak Ethan sangat kegirangan.Ia langsung berlari menyongsong dan memeluk anjing berjenis Golden Retriever yang memiliki bulu berwarna keemasan itu. Anjing Golden itupun juga langsung menandak-nandak kesenangan karena mereka memang tipe hewan yang ramah terhadap manusia dan termasuk salah satu jenis peliharaan keluarga yang ramah."Terima kasih, Daddy! Daddy selalu menepati janji!" Ethan sejenak melepaskan anjing itu dan berlari menyongsong ke arah Lucas dan memeluknya dengan gembira sementara Lucas balas memeluknya dengan penuh kasih sayang."Apapun untuk anakku tersayang!" Seru Lucas.Tapi kali ini Celine tidak begitu memperhatikan mereka. Ia masih berusaha mencerna nama anjing tersebut."Siapa namanya tadi, Daddy?" tanya Ethan seolah bisa membaca pikiran Celine."Steven. Namanya Steven!" ulang Lucas dengan bangga tapi membuat Celine langsung jadi panas dingin.Steven?Dia bilang namanya Steven? Kenapa harus Steven? Apakah Lucas tidak bisa mem
Noah nyaris saja jatuh terjengkang dari kursinya karena Steven mendorongnya dari kursi dan mengambil alih tempat duduk serta laptop milik Noah.Steven segera memeriksa isi wawancara itu dengan seksama hanya untuk menemukan hal yang mengecewakan dirinya kemudian. Si perwakilan juru bicara itu menolak untuk memberi tahu lebih lanjut siapa itu Celine Brown.Tak mau menyerah, Steven mengetik pada halaman pencarian. Ia mengetikkan nama 'Celine Brown'. Tampilan halaman mulai berubah dan memperlihatkan deretan foto-foto wanita. Steven menggulung layar laptopnya sampai kebawah dan terus menggulung tapi tak menemukan satupun wajah Celine yang ia kenal. Semua Celine Brown menunjukkan wajah dan usia yang berbeda dari Celine.Akhirnya karena merasa frustasi dan kesal ia memerintahkan Noah untuk menyelesaikan pekerjaan itu."Noah! Cari tahu siapa itu Celine Brown!" perintah Steven cepat."Apakah ia adalah orang yang sama dengan Celine atau bukan!" tambah Steven."Baik, Mr. Gagnon."Noah segera me
"Seperti yang kau tahu. Mantan kekasihmu itu telah menggelapkan dana perusahaan dalam jumlah yang cukup besar," Steven menambahkan."Lalu, perusahaan kita merugi cukup banyak sehingga harus menutup total lima cabang kita yang ada di beberapa negara.""Betul, Miss Reynolds. Saya bisa menunjukkan kepada Anda, laporan penjualan kita yang menurun tajam beberapa tahun ini," Noah ikut menambahkan karena ia mengerti jalan pikiran Steven."Lalu … kau …." Qiana masih belum bisa mencerna dengan baik semua perkataan Steven dan Noah."Diamond Corporation sedang menuju ke arah kolaps, Qiana. Dan aku akan merasa sangat tersanjung jika kau masih mau menikahi pria yang sebentar lagi akan bangkrut," Steven membuat wajahnya sedatar mungkin."Tidak! Apa yang kau katakan pasti tidak benarkan?" tanya Qiana tidak percaya. Ia sudah menunggu selama itu untuk bisa menikahi Steven dan menjadi istri dari pemilik Diamond Corporation. Tapi sekarang pria ini malah bangkrut? Bagaimana ini? Usianya juga sudah tidak
'BRAAKKK!!!'Tanpa dapat dihindari lagi, mobil yang ditumpangi oleh Steven dan Noah menabrak bagian depan mobil merah itu. Bunyinya cukup memekakkan telinga sehingga membuat orang-orang yang berada di sana langsung berteriak karena terkejut.Beberapa orang segera berlari untuk membantu kecelakaan yang terjadi dengan disengaja oleh Noah itu."Noah, apa yang kau lakukan!" tegur Steven marah. Tengkuknya sakit karena benturan itu cukup keras. Ia mengusap tengkuknya dan meringis."Maaf, Mr. Gagnon. Tolong tunggu di mobil saja!" Noah memberi perintah sebelum ia langsung membuka pintu dan berlari keluar."Apa … tunggu, Noah!" teriak Steven. Tapi Noah sudah berlari keluar.Noah berlari dengan langkah terpincang menuju ke arah mobil merah yang is tabrak sebelum orang lain berhasil mencapainya terlebih dahulu.Noah dengan segera membuka pintu pengemudi dan menarik seorang wanita keluar."Nona, apakah Anda baik-baik saja?""Maafkan saya. Saya sedang menyetir tapi kaki saya tiba-tiba kram. Jadi
"Halo, Celine!" Steven langsung menyapa begitu melihat Celine. Ia berusaha untuk terlihat keren tapi gagal karena hidungnya masih berdarah dan inti tubuhnya masih berdenyut nyeri."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Celine begitu terkejut sehingga ia bahkan tidak bisa bergerak. Setelah sekian lama tidak melihat pria itu dan kini melihatnya lagi sesuatu yang aneh terasa menggelepar dalam perut Celine dan membuatnya merasa mulas seketika."Menjumpaimu tentunya," jawab Steven. Rasa rindu yang amat sangat menyeruak dalam hati Steven sehingga tanpa sadar ia langsung menarik Celine ke arahnya dan memeluk tubuhnya dengan erat dn memagut bibir Celine dengan penuh kekuatan.Celine yang tidak menyangka sama sekali akan tindakan nekat Steven benar-benar dibuat tegang seluruh badannya. Ia berdiri kaku bagaikan patung terlalu berat untuk mencerna apa yang sedang terjadi.Noah yang melihat kejadian itu pun sama syoknya. Dugaan Steven ternyata tepat. Celine Brown pemilik Gaia adalah Celine Walton,
Devan terduduk lemas tepat di pinggiran jalan, kenyataan yang ia terima tadi begitu pahit dan menyakitkan.Kini ia pun tak punya lagi opsi-opsi yang bisa membuat ia menjadi pemenang di sini."Kenapa? kenapa harus Ethan?" lagi, pertanyaan itulah yang terus saja ia lontarkan karena hanya pertanyaan itu yang tak pernah bisa diubah jawabannya ."Rasanya sangat menyakitkan sekali," ucap Devan, ia memegang dadanya merasakan denyut jantung yang berpacu begitu lambat."Sinta, kenapa malam itu kamu masuk ke kamar Ethan, bukan kamar yang seharusnya kamu masuk? kenapa kamu begitu ceroboh sekali?"Kini tak ada lagi kata-kata yang bisa diucapkan oleh Devan, laki-laki itu hilang arah.Ia duduk, membiarkan dirinya itu dilihat oleh orang-orang yang lalu, ia tidak peduli selagi ia tidak mengganggu siapapun di sini.Devan menarik nafasnya dalam dalam, masih belum bisa ia terima, namun kenyataan lebih menyakitkan akan ia terima Jika ia tidak menerima kenyataan ini.Seenggaknya sekarang ia bisa berpikir
Devan mondar-mandir di depan pintu UGD, sudah hampir setengah jam ia berada di situ bersama dengan pembantunya. Tadi ketika ia membawa Sinta untuk pergi ke rumah sakit, ia meninggalkan pesan kepada bi Diah untuk datang ke rumah sakit, karena Sinta akan melahirkan. Sedikit banyak Ia membutuhkan bantuan wanita itu, bi Diah pernah melewati masa di mana ia melahirkan. seorang laki-laki seperti dirinya, mana mengerti semuanya ini, bukan?"Duduk dulu Mas dan tenangkan diri, berdoa kepada yang di atas semoga semuanya baik-baik saja." ucap Bi Diah."Bagaimana saya bisa tenang, sementara hampir setengah jam berlalu belum ada kabar berita yang saya dapatkan dari dalam. Bagaimana kondisi Sinta? apakah semuanya baik-baik saja, atau tidak? saya ingin tahu semuanya itu agar bisa tenang Bi," ucap Devan.Bi Diah pun merasa sedikit tegang karena sejak tadi belum ada tanda-tanda laporan bahwa persalinan berjalan dengan lancar."Mari kita berdoa untuk keselamatan Mbak Sinta,"Devan menganggukan kepalany
Sinta hampir saja terpesona dengan sosok Devan yang ada di hadapannya, kata-kata lembut namun teratur benar-benar membuat Sinta lupa diri sesaat.Tapi itu hanya terjadi beberapa menit saja sebelum Sinta menarik tangannya dengan tersenyum, merasa sedikit canggung dengan suasana yang tercipta saat ini. Devan pun merasakan hal itu, ia menggaruk kan tengkuknya yang tidak gatal untuk melepaskan kecanggungan yang tercipta itu."Oh iya, aku bersih diri dulu ya, badanku lengket-lengket semua. Kamu tidur aja dulu, lagian ini juga sudah malam, kasihan bayimu."Sinta menganggukkan kepalanya dan kemudian mereka berdua pun berpisah, dengan Sinta pergi ke jalur kanan menuju kamarnya Dan Devan pergi ke jalur kiri menuju kamarnya juga. Apartemen itu memiliki dua kamar, lumayan besar untuk mereka yang hanya tinggal berdua.Setelah sampai di kamarnya, Sinta menutup pintu. Tak lupa mengunci pintu agar Devan tidak bisa masuk.Ia memegang dadanya, detak jantung terasa begitu cepat sekali, Ada apa ini? apa
Shinta nampak tertunduk lesu, padahal dia hanya ingin mengirit uang yang dikeluarkan oleh Devan untuknya selama ini, laki-laki itu telah terlalu banyak mengeluarkan uang untuknya dan ia merasa sedikit tidak enak akan hal itu."Maaf, aku hanya tidak ingin terlalu banyak menggunakan uangmu. Apalagi beberapa peralatan bayi terbilang cukup mahal.""Aku sama sekali tidak masalah akan hal itu, kapan selama ini kamu mendengar aku mengungkit Semua pengeluaran untukmu?" jawab Devan, ia membantu dan mencukupi Sinta selama ini karena benar-benar tulus dari dasar hatinya yang paling dalam, bukan karena ada apanya. meskipun perasaannya ditolak mentah-mentah oleh Sinta, Ia tetap juga berbaik hati kepada wanita ini, bukan? jadi apalagi yang kurang saat ini?"Terima kasih Devan, terima kasih sekali. aku beruntung karena di saat seperti ini, Aku malah dipertemukan dengan orang sebaik kamu. jasamu tidak akan pernah bisa aku lupakan, bahkan sampai aku mati sekalipun nanti. Ketika anak ini lahir, aku aka
Devan tersenyum, "memangnya apa yang ada dalam pikiranmu itu?" tanya Devan.Sinta mencoba membenarkan posisinya agar lebih terasa enak saat ini, Devan membantu Sinta untuk duduk."Tadi ketika aku pulang dan ingin ke kamarku, aku mendengar kamu menyebut mama, Itulah kenapa aku tahu kalau tadi kamu bermimpi tentang mama," jelas Devan yang langsung di anggukkan oleh Sinta, hampir saja ia menuduh Devan yang tidak, tidak.Ia menoleh ke arah jam di dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, apakah tadi ia tertidur setelah makan malam? Ah, memang rasanya sangat melelahkan sekali ternyata."Kamu baru pulang?" tanya Sinta."Iya, sekitar hampir 15 menitan yang lalu lah.""Kenapa begitu larut sekali pulangnya? apakah begitu banyak pekerjaan di kantor?" tanya Sinta.Devan menggelengkan kepalanya, "hanya ada beberapa berkas yang harus aku kerjakan saja, mengingat tadi pun kita sudah pergi hampir setengah hari.""Apa kamu sudah makan?"tanya Sinta, ia baru teringat bahwa masih ada be
Nadia kembali tertawa terbahak-bahak diseberang sana hingga menampakkan dua buah lubang pipih yang membuat wanita itu semakin cantik sekali Jika tertawa seperti ini."Oh iya, dia akan memanggil anda apa? Bunda? Mama? Mami? Ibu? atau apa?""Ah, benar juga ya, kenapa selama ini aku tidak kepikiran untuk memilih panggilan yang pas? menurutmu, cocoknya panggilannya apa ya?""Ibu,""Ah, tidak. terlalu gimana gitu. Aku tidak mau dipanggil ibu yang lain dong."Nampak Nadia sedikit berpikir untuk mencari panggilan yang pas saat ini."Mami.. Mungkin,"Kali ini Sinta pula yang tertawa terbahak-bahak, membuat Nadia bingung apa yang salah dengan yang ia ucapkan tadi."Kenapa Anda tertawa?""Kenapa harus mami? apakah kamu juga merasakan kalau panggilan itu tidak pas untukku?" tanya Sinta."Kenapa sampai tidak pas? banyak kok orang sekarang anak-anaknya memanggil dengan panggilan mami.""Tidak, aku tidak mau. cari yang lain saja,"Nadia sedikit kesal dengan ucapan dari Sinta itu, sejak tadi tidak m
Sinta menggelengkan kepalanya, jujur ia sendiri pun belum yakin dengan pasti tentang Apa yang dirasakan oleh hatinya itu terhadap Ethan.Galau atau dilema? kata apa yang pas untuk menggambarkan perasaannya saat ini.Di satu sisi, ia memikirkan tentang anak nya ini. disisi lain juga, ada Ethan yang kalaupun ia mencintai Demian, pastilah Ethan tidak akan ingin menerima anaknya ini. Apalagi jika ia memaksakan diri untuk menerima perasaan Devan. Meskipun saat ini Devan mengatakan ia akan menerima anaknya, tapi jelas berbeda rasanya jika nanti mereka memiliki anak. Pasti Devan akan lebih condong ke anak kandung daripada anak sambung nanti.Lagian baik Ethan ataupun juga Devan mereka berdua berhak mendapat gadis yang baik-baik, bukanlah dirinya ini yang sudah kotor bahkan tidak tahu siapa laki-laki yang telah membuat Ia hamil."Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, semuanya masih terlalu abu-abu untuk aku berikan sebagai jawaban."Devan menganggukkan kepalanya, meskipun seperti itu, Ia te
Di ruangan yang terbilang cukup besar itu, Sinta duduk seorang diri. Ia masih teringat dengan jelas kejadian dulu, saat di mana Devan mengungkapkan perasaan padanya.Entahlah, bagaimanapun ia mencoba, ia tetap tidak bisa menjadi seperti apa yang diinginkan oleh Devan, meskipun hanya sedikit saja, rasa itu benar-benar tidak ada.Sinta menatap ke sekeliling ruangan yang hampir sudah 7 bulan ia tempati. tempat di mana ia berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya hawa hujan yang turun, dan Devan adalah laki-laki yang telah membawa dirinya ke tempat ini.Ia menyandarkan dirinya pada sandaran sofa yang ada di dalam kamarnya sambil mengelus lembut perutnya itu. Tiba-tiba ia kembali teringat dengan percakapannya dengan Nadia tadi. Bisa ia lihat, Bagaimana frustasinya Nadia saat Ia menceritakan semuanya tadi.Ingatannya melayang di mana malam tragedi itu terjadi, obat perangsang yang menjalari tubuhnya itu, benar-benar sulit untuk ia kendalikan. Andai saja malam itu tidak pernah ada, mungk
Kini mereka sudah berada di apartemen. Tak ada satu peralatan bayi pun yang mereka bawa.Bi Diah datang tergopoh-gopoh dari arah dapur untuk menyambut kedatangan majikannya.Alisnya naik ke atas ketika tidak melihat satu barang pun yang dibawa oleh Devan maupun Sinta."Di mana belanjaannya Mas dan Mbak? "Tanya bi dia.Mendengar itu Devan dan juga Sinta langsung saling adu tetap satu sama lainnya. Bertemu dengan Nadia dan mengobrol dengan wanita itu membuat ia lupa dengan tujuan awal pergi ke mall."Tadi kita hanya lihat-lihat saja kok, pas ada yang suka tapi warnanya terlalu norak, pas warnanya bagus eh motifnya yang tidak sesuai keinginan Sinta, jadi untuk hari ini kami memutuskan tidak membeli apapun. Mungkin aku akan mencari lagi waktu yang pas agar kami berdua bisa berbelanja peralatan bayi." Jawab Devan.Sebenarnya Devan tidak perlu berbohong pun, Bi Diah tidak akan memaksa majikannya untuk menjawab, toh Ia hanya sekedar berbasa-basi saja tadi.Bi Diah menganggukkan kepalanya dan