Mereka sampai di toko es krim dan langsung memesan es krim. Mereka bertiga mengobrol dan tertawa-tawa. Celine memperhatikan bahwa dalam satu harian ini entah sudah berapa kali Lucas menyebut Ethan sebagai putranya.Terlihat jelas bahwa Lucas sangat senang karena Etha. Juga terus memanggilnya 'daddy'. Mereka memang bukan ayah dan anak sungguhan. Tapi ikatan di antara mereka telah terjalin begitu kuat.Celine merasa lega bahwa ia telah memutuskan untuk membiarkan Ethan memanggil Lucas sebagai ayahnya.****"Terima kasih, Lucas!" Celine berbisik di telinga Lucas ketika mereka sudah mengantarkan Ethan tidur di kamarnya dan malam ini, Celine kembali berada di dalam kamar Lucas dan di dalam pelukan Lucas."Aku tak tahu apa yang bisa kulakukan tanpamu. Sepertinya kau selalu saja membantuku dari sejak pertama kali kita bertemu," Celine berkata sambil dalam hatinya ia bersyukur bisa bertemu dengan Lucas."Bukankah itu wajar bagi seorang pria untuk selalu melindungi dan meratukan wanita yang di
"WHOAAAA!!! Anjing! Aku suka anjing!" teriak Ethan sangat kegirangan.Ia langsung berlari menyongsong dan memeluk anjing berjenis Golden Retriever yang memiliki bulu berwarna keemasan itu. Anjing Golden itupun juga langsung menandak-nandak kesenangan karena mereka memang tipe hewan yang ramah terhadap manusia dan termasuk salah satu jenis peliharaan keluarga yang ramah."Terima kasih, Daddy! Daddy selalu menepati janji!" Ethan sejenak melepaskan anjing itu dan berlari menyongsong ke arah Lucas dan memeluknya dengan gembira sementara Lucas balas memeluknya dengan penuh kasih sayang."Apapun untuk anakku tersayang!" Seru Lucas.Tapi kali ini Celine tidak begitu memperhatikan mereka. Ia masih berusaha mencerna nama anjing tersebut."Siapa namanya tadi, Daddy?" tanya Ethan seolah bisa membaca pikiran Celine."Steven. Namanya Steven!" ulang Lucas dengan bangga tapi membuat Celine langsung jadi panas dingin.Steven?Dia bilang namanya Steven? Kenapa harus Steven? Apakah Lucas tidak bisa mem
Noah nyaris saja jatuh terjengkang dari kursinya karena Steven mendorongnya dari kursi dan mengambil alih tempat duduk serta laptop milik Noah.Steven segera memeriksa isi wawancara itu dengan seksama hanya untuk menemukan hal yang mengecewakan dirinya kemudian. Si perwakilan juru bicara itu menolak untuk memberi tahu lebih lanjut siapa itu Celine Brown.Tak mau menyerah, Steven mengetik pada halaman pencarian. Ia mengetikkan nama 'Celine Brown'. Tampilan halaman mulai berubah dan memperlihatkan deretan foto-foto wanita. Steven menggulung layar laptopnya sampai kebawah dan terus menggulung tapi tak menemukan satupun wajah Celine yang ia kenal. Semua Celine Brown menunjukkan wajah dan usia yang berbeda dari Celine.Akhirnya karena merasa frustasi dan kesal ia memerintahkan Noah untuk menyelesaikan pekerjaan itu."Noah! Cari tahu siapa itu Celine Brown!" perintah Steven cepat."Apakah ia adalah orang yang sama dengan Celine atau bukan!" tambah Steven."Baik, Mr. Gagnon."Noah segera me
"Seperti yang kau tahu. Mantan kekasihmu itu telah menggelapkan dana perusahaan dalam jumlah yang cukup besar," Steven menambahkan."Lalu, perusahaan kita merugi cukup banyak sehingga harus menutup total lima cabang kita yang ada di beberapa negara.""Betul, Miss Reynolds. Saya bisa menunjukkan kepada Anda, laporan penjualan kita yang menurun tajam beberapa tahun ini," Noah ikut menambahkan karena ia mengerti jalan pikiran Steven."Lalu … kau …." Qiana masih belum bisa mencerna dengan baik semua perkataan Steven dan Noah."Diamond Corporation sedang menuju ke arah kolaps, Qiana. Dan aku akan merasa sangat tersanjung jika kau masih mau menikahi pria yang sebentar lagi akan bangkrut," Steven membuat wajahnya sedatar mungkin."Tidak! Apa yang kau katakan pasti tidak benarkan?" tanya Qiana tidak percaya. Ia sudah menunggu selama itu untuk bisa menikahi Steven dan menjadi istri dari pemilik Diamond Corporation. Tapi sekarang pria ini malah bangkrut? Bagaimana ini? Usianya juga sudah tidak
'BRAAKKK!!!'Tanpa dapat dihindari lagi, mobil yang ditumpangi oleh Steven dan Noah menabrak bagian depan mobil merah itu. Bunyinya cukup memekakkan telinga sehingga membuat orang-orang yang berada di sana langsung berteriak karena terkejut.Beberapa orang segera berlari untuk membantu kecelakaan yang terjadi dengan disengaja oleh Noah itu."Noah, apa yang kau lakukan!" tegur Steven marah. Tengkuknya sakit karena benturan itu cukup keras. Ia mengusap tengkuknya dan meringis."Maaf, Mr. Gagnon. Tolong tunggu di mobil saja!" Noah memberi perintah sebelum ia langsung membuka pintu dan berlari keluar."Apa … tunggu, Noah!" teriak Steven. Tapi Noah sudah berlari keluar.Noah berlari dengan langkah terpincang menuju ke arah mobil merah yang is tabrak sebelum orang lain berhasil mencapainya terlebih dahulu.Noah dengan segera membuka pintu pengemudi dan menarik seorang wanita keluar."Nona, apakah Anda baik-baik saja?""Maafkan saya. Saya sedang menyetir tapi kaki saya tiba-tiba kram. Jadi
"Halo, Celine!" Steven langsung menyapa begitu melihat Celine. Ia berusaha untuk terlihat keren tapi gagal karena hidungnya masih berdarah dan inti tubuhnya masih berdenyut nyeri."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Celine begitu terkejut sehingga ia bahkan tidak bisa bergerak. Setelah sekian lama tidak melihat pria itu dan kini melihatnya lagi sesuatu yang aneh terasa menggelepar dalam perut Celine dan membuatnya merasa mulas seketika."Menjumpaimu tentunya," jawab Steven. Rasa rindu yang amat sangat menyeruak dalam hati Steven sehingga tanpa sadar ia langsung menarik Celine ke arahnya dan memeluk tubuhnya dengan erat dn memagut bibir Celine dengan penuh kekuatan.Celine yang tidak menyangka sama sekali akan tindakan nekat Steven benar-benar dibuat tegang seluruh badannya. Ia berdiri kaku bagaikan patung terlalu berat untuk mencerna apa yang sedang terjadi.Noah yang melihat kejadian itu pun sama syoknya. Dugaan Steven ternyata tepat. Celine Brown pemilik Gaia adalah Celine Walton,
"Apa maksudmu?" tanya Celine tak mengerti."Aku tak mengerti. Menghancurkan Diamond Corporation adalah tujuan utamaku selama ini untuk membalas dendam hanya kepadamu. Apa hubungannya dengan orang lain?" tanya Celine bersedekap."Kau masih belum mengerti juga? Celine tujuanmu ingin menyakiti aku, tapi apakah kau pernah berpikir bahwa dengan kau memaksaku untuk menutup gerai, maka ada ribuan karyawan dan keluarga mereka yang ikut terkena pembalasan darimu, meski mereka tidak bersalah? Aku terpaksa harus merumahkan mereka. Padahal mereka tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan masa lalu kita bukan?""Aku terpaksa mengurangi jumlah karyawan agar yang masih tersisa dapat terus bekerja untuk memberi makan keluarganya. Tapi bagi sebagian dari mereka yang kehilangan pekerjaannya, pasti juga tidak dapat menghidupi Keluarganya." "Aku lebih suka jika kau membalas dendam padaku secara langsung, Celine!""Kau boleh memukulku, menendangku, mencekik aku. Bahkan aku rela mati di tanganmu, Celin
"Noah, Awaaaaasssss …"'TIIIIIINNNNN!!!'Bunyi klakson sebuah truk langsung terdengar dan membuat telinga Steven serta Noah seketika berdenging. Keduanya sampai mengerutkan bahu mereka untuk mengurangi suara berdenging pada telinga mereka masing-masing.Noah menghindar tepat pada waktunya. Bagian depan mobil sewaan mereka hampir saja berciuman dengan bagian depan truk pengangkut barang.Baik Noah maupun Steven sama-sama berusaha mengatur detak jantung mereka kembali ke denyut normal. Nafas mereka terengah. Baru setelah peristiwa itu terlewat beberapa lama mereka baru dapat kembali berbicara lagi."Noah! Apa kau sudah bosan hidup, hah?" sentak Steven kesal."Hari ini sudah dua kali kau hampir membuat kita pindah alam! Aku sudah membayar ganti rugi besar untuk mobil tadi. Apa kau masih ingin membuatku membayar lebih lagi?""Ma … maaf, Mr. Gagnon! Perkataan Anda barusan membuat saya terkejut. Sehingga saya tidak sadar bahwa saya sudah keluar jalur," Noah meminta maaf."Lain kali hati-hat
Sinta hampir saja terpesona dengan sosok Devan yang ada di hadapannya, kata-kata lembut namun teratur benar-benar membuat Sinta lupa diri sesaat.Tapi itu hanya terjadi beberapa menit saja sebelum Sinta menarik tangannya dengan tersenyum, merasa sedikit canggung dengan suasana yang tercipta saat ini. Devan pun merasakan hal itu, ia menggaruk kan tengkuknya yang tidak gatal untuk melepaskan kecanggungan yang tercipta itu."Oh iya, aku bersih diri dulu ya, badanku lengket-lengket semua. Kamu tidur aja dulu, lagian ini juga sudah malam, kasihan bayimu."Sinta menganggukkan kepalanya dan kemudian mereka berdua pun berpisah, dengan Sinta pergi ke jalur kanan menuju kamarnya Dan Devan pergi ke jalur kiri menuju kamarnya juga. Apartemen itu memiliki dua kamar, lumayan besar untuk mereka yang hanya tinggal berdua.Setelah sampai di kamarnya, Sinta menutup pintu. Tak lupa mengunci pintu agar Devan tidak bisa masuk.Ia memegang dadanya, detak jantung terasa begitu cepat sekali, Ada apa ini? apa
Shinta nampak tertunduk lesu, padahal dia hanya ingin mengirit uang yang dikeluarkan oleh Devan untuknya selama ini, laki-laki itu telah terlalu banyak mengeluarkan uang untuknya dan ia merasa sedikit tidak enak akan hal itu."Maaf, aku hanya tidak ingin terlalu banyak menggunakan uangmu. Apalagi beberapa peralatan bayi terbilang cukup mahal.""Aku sama sekali tidak masalah akan hal itu, kapan selama ini kamu mendengar aku mengungkit Semua pengeluaran untukmu?" jawab Devan, ia membantu dan mencukupi Sinta selama ini karena benar-benar tulus dari dasar hatinya yang paling dalam, bukan karena ada apanya. meskipun perasaannya ditolak mentah-mentah oleh Sinta, Ia tetap juga berbaik hati kepada wanita ini, bukan? jadi apalagi yang kurang saat ini?"Terima kasih Devan, terima kasih sekali. aku beruntung karena di saat seperti ini, Aku malah dipertemukan dengan orang sebaik kamu. jasamu tidak akan pernah bisa aku lupakan, bahkan sampai aku mati sekalipun nanti. Ketika anak ini lahir, aku aka
Devan tersenyum, "memangnya apa yang ada dalam pikiranmu itu?" tanya Devan.Sinta mencoba membenarkan posisinya agar lebih terasa enak saat ini, Devan membantu Sinta untuk duduk."Tadi ketika aku pulang dan ingin ke kamarku, aku mendengar kamu menyebut mama, Itulah kenapa aku tahu kalau tadi kamu bermimpi tentang mama," jelas Devan yang langsung di anggukkan oleh Sinta, hampir saja ia menuduh Devan yang tidak, tidak.Ia menoleh ke arah jam di dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, apakah tadi ia tertidur setelah makan malam? Ah, memang rasanya sangat melelahkan sekali ternyata."Kamu baru pulang?" tanya Sinta."Iya, sekitar hampir 15 menitan yang lalu lah.""Kenapa begitu larut sekali pulangnya? apakah begitu banyak pekerjaan di kantor?" tanya Sinta.Devan menggelengkan kepalanya, "hanya ada beberapa berkas yang harus aku kerjakan saja, mengingat tadi pun kita sudah pergi hampir setengah hari.""Apa kamu sudah makan?"tanya Sinta, ia baru teringat bahwa masih ada be
Nadia kembali tertawa terbahak-bahak diseberang sana hingga menampakkan dua buah lubang pipih yang membuat wanita itu semakin cantik sekali Jika tertawa seperti ini."Oh iya, dia akan memanggil anda apa? Bunda? Mama? Mami? Ibu? atau apa?""Ah, benar juga ya, kenapa selama ini aku tidak kepikiran untuk memilih panggilan yang pas? menurutmu, cocoknya panggilannya apa ya?""Ibu,""Ah, tidak. terlalu gimana gitu. Aku tidak mau dipanggil ibu yang lain dong."Nampak Nadia sedikit berpikir untuk mencari panggilan yang pas saat ini."Mami.. Mungkin,"Kali ini Sinta pula yang tertawa terbahak-bahak, membuat Nadia bingung apa yang salah dengan yang ia ucapkan tadi."Kenapa Anda tertawa?""Kenapa harus mami? apakah kamu juga merasakan kalau panggilan itu tidak pas untukku?" tanya Sinta."Kenapa sampai tidak pas? banyak kok orang sekarang anak-anaknya memanggil dengan panggilan mami.""Tidak, aku tidak mau. cari yang lain saja,"Nadia sedikit kesal dengan ucapan dari Sinta itu, sejak tadi tidak m
Sinta menggelengkan kepalanya, jujur ia sendiri pun belum yakin dengan pasti tentang Apa yang dirasakan oleh hatinya itu terhadap Ethan.Galau atau dilema? kata apa yang pas untuk menggambarkan perasaannya saat ini.Di satu sisi, ia memikirkan tentang anak nya ini. disisi lain juga, ada Ethan yang kalaupun ia mencintai Demian, pastilah Ethan tidak akan ingin menerima anaknya ini. Apalagi jika ia memaksakan diri untuk menerima perasaan Devan. Meskipun saat ini Devan mengatakan ia akan menerima anaknya, tapi jelas berbeda rasanya jika nanti mereka memiliki anak. Pasti Devan akan lebih condong ke anak kandung daripada anak sambung nanti.Lagian baik Ethan ataupun juga Devan mereka berdua berhak mendapat gadis yang baik-baik, bukanlah dirinya ini yang sudah kotor bahkan tidak tahu siapa laki-laki yang telah membuat Ia hamil."Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, semuanya masih terlalu abu-abu untuk aku berikan sebagai jawaban."Devan menganggukkan kepalanya, meskipun seperti itu, Ia te
Di ruangan yang terbilang cukup besar itu, Sinta duduk seorang diri. Ia masih teringat dengan jelas kejadian dulu, saat di mana Devan mengungkapkan perasaan padanya.Entahlah, bagaimanapun ia mencoba, ia tetap tidak bisa menjadi seperti apa yang diinginkan oleh Devan, meskipun hanya sedikit saja, rasa itu benar-benar tidak ada.Sinta menatap ke sekeliling ruangan yang hampir sudah 7 bulan ia tempati. tempat di mana ia berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya hawa hujan yang turun, dan Devan adalah laki-laki yang telah membawa dirinya ke tempat ini.Ia menyandarkan dirinya pada sandaran sofa yang ada di dalam kamarnya sambil mengelus lembut perutnya itu. Tiba-tiba ia kembali teringat dengan percakapannya dengan Nadia tadi. Bisa ia lihat, Bagaimana frustasinya Nadia saat Ia menceritakan semuanya tadi.Ingatannya melayang di mana malam tragedi itu terjadi, obat perangsang yang menjalari tubuhnya itu, benar-benar sulit untuk ia kendalikan. Andai saja malam itu tidak pernah ada, mungk
Kini mereka sudah berada di apartemen. Tak ada satu peralatan bayi pun yang mereka bawa.Bi Diah datang tergopoh-gopoh dari arah dapur untuk menyambut kedatangan majikannya.Alisnya naik ke atas ketika tidak melihat satu barang pun yang dibawa oleh Devan maupun Sinta."Di mana belanjaannya Mas dan Mbak? "Tanya bi dia.Mendengar itu Devan dan juga Sinta langsung saling adu tetap satu sama lainnya. Bertemu dengan Nadia dan mengobrol dengan wanita itu membuat ia lupa dengan tujuan awal pergi ke mall."Tadi kita hanya lihat-lihat saja kok, pas ada yang suka tapi warnanya terlalu norak, pas warnanya bagus eh motifnya yang tidak sesuai keinginan Sinta, jadi untuk hari ini kami memutuskan tidak membeli apapun. Mungkin aku akan mencari lagi waktu yang pas agar kami berdua bisa berbelanja peralatan bayi." Jawab Devan.Sebenarnya Devan tidak perlu berbohong pun, Bi Diah tidak akan memaksa majikannya untuk menjawab, toh Ia hanya sekedar berbasa-basi saja tadi.Bi Diah menganggukkan kepalanya dan
Rasa haru benar-benar tak bisa untuk di tepis. Tak pernah mereka sangka bahwa mereka akan di pertemukan lagi seperti ini."Aku rindu sekali dengan Nona muda.""Sama Nad, sama banget. Aku juga merindukan kamu. Selama ini aku coba mencari kamu, tahu."Setelah merasa cukup puas saling melepaskan rindu satu sama lainnya, kembali mereka saling tatap."Apa yang terjadi Nad?" tanya Sinta setelah cukup lama memperhatikan sosok Nadia itu.Alih-alih menjawab, Nadia malah balik bertanya, "Bagaimana dengan anda Nona? Kapan akan melahirkan? Bolehkah saya memegang perut Anda?"Sinta menganggukkan kepala, ia mengambil tangan Nadia dan membawa tangan itu untuk mengusap lembut perutnya yang buncit.Dari sana, Nadia bisa untuk merasakan tendangan bayi di dalam perut. Sepertinya anak Sinta sangat aktif Sekali."Aktif sekali ya, nona?""Iya, tapi aku cukup senang merasakan pergerakannya selama ini." jawab Sinta, meskipun belum tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia benar-benar menyukai anak i
“Pagi ...”Devan sedikit terkejut saat Sinta tiba-tiba menyapanya pagi ini, di saat dia berpikir, jika gadis ini akan kembali menghindarinya karena pembicaraan mereka tadi malam.“O-oh, pagi,” balas Devan kemudian, terlihat kikuk dan salah tingkah.Devan pun memperhatikan Sinta dengan seksama, memastikan tidak ada yang aneh dari gadis itu.“Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu? Aku tambah gendutan?” seloroh Sinta, memprotes dan bersikap seperti biasanya.“H-huh? O-oh, nggak kok ... namanya juga Ibu hamil ‘kan?” Devan lantas menyahut dan tersenyum dengan canggung.Dia benar-benar tidak mengerti, kenapa Sinta tetap bersikap biasa kepadanya? Apa gadis itu tidak marah kepadanya?Setelah semua hal yang terjadi tadi malam?“Omong-omong ...” Sinta lantas kembali bersuara sambil memoleskan selai kacang pada roti gandumnya. “Mulai hari dan seterusnya, aku nggak akan keluar dari apartement lagi. Aku juga ... nggak akan berhubungan dengan bosmu lagi,” terang Sinta yang jelas saja tak membuat Devan