Andri kembali meraih beberapa lembar foto hitam putih yang tadi diletakkannya di atas dashboard. Hai, anakku, bisiknya sambil menciumi lembaran foto USG itu. Saat akan mengembalikan berkas dan foto itu, selembar fotonya bersama Nuri dan Aldy di sekolah Aldy tadi juga ikut terjatuh dari dashboard. Andri pun meraih foto itu di lantai mobilnya kemudian menatap fotonya bersama Nuri dan Aldy sambil tersenyum. Andri merasakan kebahagiaan memandangi kedua foto yang kini berada ditangan kanan dan kirinya itu.“Pak Andri?” sapa Eko ketika melihat boss nya itu keluar dari lift menuju ruang kerjanya.“Jangan bertanya apapun padaku,” cetus Andri pada Eko. “Apa kau tadi mengantar Rini pulang ke rumah?”“Iya, Pak. Bu Rini meminta diantar kembali ke kantor tapi saya melihat kondisinya lagi tidak baik, jadi saya menyarankan beliau untuk istirahat di rumah saja.”“Baguslah! Terima kasih atas bantuanmu hari ini,” sahut Andri.Andripun berlalu dari hadapan Eko dan memasuki ruang kerjanya. Setibanya di s
“Ini, Bu. Dimakan, ya. Tadi bapak berpesan agar saya lebih memperhatikan ibu lagi dan tidak boleh terlambat membuatkan susu untuk Bu Rini.”“Assalamualaikum,” suara Andri terdengar dari pintu depan. Sepertinya pria itu baru pulang dari mesjid untuk sholat Maghrib.“Walaikumsalam,” jawab Rini dan Bi Sum.“Maaf, saya kembali ke dapur dulu, ya, Bu,” kata Bi Sum yang dijawab dengan anggukan oleh Rini.Langkah Andri terhenti saat hendak membuka pintu kamarnya ketika melihat Rini yang tengah duduk di sofa. Perlahan Andri itu menghampiri wanita hamil itu.“Sudah baikan, Rin?” tanyanya kaku.Rini terlihat heran dengan pertanyaan Andri.“Aku memang nggak sedang sakit dan baik-baik saja, Pak. mengapa bertanya seperti itu?”“Nggak apa-apa. Apa badanmu terasa berat, Rin?”“Namanya ibu hamil ya pasti beratlah, Pak,” jawab Rini, dia menatap bingung pada lelaki yang tengah berdiri di hadapannya itu.“Mulai besok kamu nggak usah ke kantor lagi, istirahatlah di rumah.” Andri duduk di ujung sofa.“Tapi
Hari ini Nuri, Aldy, Nanda, bu Aisyah, Adit, Rizal dan Andin serta beberapa orang kerabat Rizal lainnya bertolak ke Kalimantan dalam rangka acara resepsi pernikahan Andin dan Rizal. Rizal terlihat sudah sangat akrab dengan bu Aisyah yang dulu begitu dibencinya. Bu Aisyah pun merasa sangat bahagia ketika anak lelaki dari mendiang suaminya itu sudah membuka diri terhadapnya dan Nuri.Sebelum mereka berangkat tadi, Andri menyempatkan diri mengunjungi mereka ke rumah Nuri, anak-anaknya berpamitan pada papanya untuk beberapa hari di Kalimantan. Bu Aisyah menyambut mantan menantunya itu dengan ramah, Andri pun tetap bersikap hormat pada bu Aisyah.“Buk, maafkan kesalahan saya selama ini” ucap Andri ketika bu Aisyah menyambutnya dan menemaninya di ruang tamu, sedangkan Nuri dan anak-anaknya terlihat masih sibuk bersiap-siap.“Kenapa minta maaf, Nak. Nak Andri nggak punya salah pada ibu” jawab bu Aisyah ramah.“Walaupun ingatan saya belum kembali, tapi saya yakin dimasa lalu saya banyak salah
Buru-buru diambilnya laptop Andri dan membukanya. Rini semakin terperangah ketika laptop Andri menyala, gambar latar belakang layar laptop Andri adalah foto Andri, Nuri dan Aldy seperti yang ada didalam kamar Andri tadi, kemudian foto Andri yang tengah menggendong Nanda di punggungnya, serta foto hitam putih hasil USG janin Rini yang sudah dieditnya menjadi satu dengan applikasi pengeditan foto. Dibagian bawah dari foto dilayar itu ada tulisan “My Familiy” dengan gambar hati berwarna merah. Rini terpaku beberapa saat menatap foto di layar laptop Andri. Rini kemudian mencari beberapa file yang diminta Andri dan kemudian mengirimkannya melalui e-mail sesuai perintah Andri.* “Pak Andri belum pulang?” tanya Eko.“Belum, Ko. Masih ada yang ingin kuselesaikan, kamu boleh pulang duluan” jawab Andri.“Apa ada pekerjaan penting, Pak? Saya lihat beberapa hari ini pak Andri selalu lembur” tanya Eko penasaran, tak biasanya boss nya itu pulang malam.“Nuri dan anak-anak lagi ke Kalimantan mengh
Hari ini Nuri, Aldy, Nanda, bu Aisyah, Adit, Rizal dan Andin serta beberapa orang kerabat Rizal lainnya bertolak ke Kalimantan dalam rangka acara resepsi pernikahan Andin dan Rizal. Rizal terlihat sudah sangat akrab dengan bu Aisyah yang dulu begitu dibencinya. Bu Aisyah pun merasa sangat bahagia ketika anak lelaki dari mendiang suaminya itu sudah membuka diri terhadapnya dan Nuri.Sebelum mereka berangkat tadi, Andri menyempatkan diri mengunjungi mereka ke rumah Nuri, anak-anaknya berpamitan pada papanya untuk beberapa hari di Kalimantan. Bu Aisyah menyambut mantan menantunya itu dengan ramah, Andri pun tetap bersikap hormat pada bu Aisyah.“Buk, maafkan kesalahan saya selama ini” ucap Andri ketika bu Aisyah menyambutnya dan menemaninya di ruang tamu, sedangkan Nuri dan anak-anaknya terlihat masih sibuk bersiap-siap.“Kenapa minta maaf, Nak. Nak Andri nggak punya salah pada ibu” jawab bu Aisyah ramah.“Walaupun ingatan saya belum kembali, tapi saya yakin dimasa lalu saya banyak salah
Buru-buru diambilnya laptop Andri dan membukanya. Rini semakin terperangah ketika laptop Andri menyala, gambar latar belakang layar laptop Andri adalah foto Andri, Nuri dan Aldy seperti yang ada didalam kamar Andri tadi, kemudian foto Andri yang tengah menggendong Nanda di punggungnya, serta foto hitam putih hasil USG janin Rini yang sudah dieditnya menjadi satu dengan applikasi pengeditan foto. Dibagian bawah dari foto dilayar itu ada tulisan “My Familiy” dengan gambar hati berwarna merah. Rini terpaku beberapa saat menatap foto di layar laptop Andri. Rini kemudian mencari beberapa file yang diminta Andri dan kemudian mengirimkannya melalui e-mail sesuai perintah Andri.* “Pak Andri belum pulang?” tanya Eko.“Belum, Ko. Masih ada yang ingin kuselesaikan, kamu boleh pulang duluan” jawab Andri.“Apa ada pekerjaan penting, Pak? Saya lihat beberapa hari ini pak Andri selalu lembur” tanya Eko penasaran, tak biasanya boss nya itu pulang malam.“Nuri dan anak-anak lagi ke Kalimantan mengh
“Tapi Nuri masih ingin sendiri dulu, Buk. Nuri belum memikirkan untuk menikah lagi”“Apa karena mantan suamimu, Nak?”Nuri hanya diam dan menarik nafasnya. Bu Aisyah pun ikut menarik nafas panjang.“Bukankan kamu dulu memilih berpisah darinya karena tak mau terus menerus berdosa karena hidup dengan ketidak ikhlasan? Dan kalian sudah membuat keputusan dan kesepakatan untuk berpisah. Ingatan Andri yang sekarang masih menganggapmu sebagai istrinya pastilah sangat menyakitkan bagi Rini, Nak. Jangan biarkan semua semakin berlarut-larut dan menyakiti kalian bertiga lebih dalam lagi. Ibu rasa, kau bisa menghindarinya dengan menerima lamaran Adit. Kecuali jika memang didalam hatimu masih menginginkannya. Tanyakan itu pada hatimu, Nak. Semua keputusan ada padamu, ibu hanya ingin melihatmu bahagia”Nuri tak menjawab, suasana hening menguasai mereka berdua beberapa saat.“Nuri akan memikirkannya, bu” jawab Nuri lirih memecah keheningan.“Kejarlah kebahagiaanmu, Nak. Ibu yakin anak-anakmu pun tid
“Terima kasih, Opa. Aldy hari minggu ini nggak ada kegiatan. Boleh deh kalau mau latihan badminton bareng Opa” jawab Aldy.Sedangkan Bu Safa terlihat meletakkan Nanda di pangkuannya kemudian bercanda dengan gadis kecil itu, terlihat gadis mungil itu terkekeh di pangkuan Bu Safa. Sementara Bu Aisyah terperangah mendengar percakapan antara Pak Wahyu dan Aldy yang terlihat sudah begitu akrab. Dia tak menyangka jika cucu-cucunya sudah seakrab ini dengan orangtua Adit. Rizal dan Andin pun ikut duduk di ruang tamu, sedangkan Aldy dan Nanda sudah berlalu ke kamarnya masing-masing setelah bercengkrama sebentar dengan Pak Wahyu dan Bu Safa.“Maaf, jika kedatangan kami kemari membuat kalian bingung, terutama Nak Nuri." Suara Pak Wahyu membuat semua yang ada di sana memperhatikan lelaki paruh baya itu. “Kami kemari dengan tujuan ingin melamar putri Bu Asiyah untuk menjadi pendamping putra kami.” lanjut pak Wahyu lagi.Nuri terkejut salah tingkah mendengar kalimat Pak Wahyu, sementara Bu Aisyah