Tidak ada yang lebih melegakan dari menghabiskan masa tua dalam kebahagiaan. Menyeruput teh hijau yang masih mengepul dari cangkir dengan ukiran bunga lotus sembari menatap bentangan alam yang ada di hadapan. Jangan lupakan buntalan-buntalan kecil yang senantiasa berlarian riang meramaikan hari-harinya. Sunhee berpikir hal seperti itu akan terjadi tak lama lagi dalam hidupnya.
Sudut bibirnya terangkat saat mengetahui tentang sang cucu yang sudah berani mengumumkan pada semua orang bahwa dirinya telah menikah.
"Jadi, Yunki mengumumkannya karena desakan Minkyung?" tanya Sunhee pada Bu Ahn yang berdiri di sampingnya.
Bu Ahn mengangguk. "Menurut Pak Ong, Nyonya Choi begitu berusaha untuk menjatuhkan kredibilitas tuan muda di depan para pemegang saham."
Sunhee berdecak lirih membayangkan situasi macam apa yang dihadapi cucu kesayangannya saat itu. "Minkyung memang wanita mengerikan, bertolak belakang sekali dengan anaknya, Jimmy." Tangan keriputnya kemba
Hidup itu hanya sekali dan sudah selayaknya kita mengisinya dengan sesuatu yang menyenangkan. Tentu itu adalah sebuah fakta dan Yuri menggenggamnya dengan penuh keyakinan.Tumbuh besar dalam asuhan seorang ibu matrealistis dan seorang ayah sambung yang penuh intrik menjadikan Bae Yuri menjadi pribadi penuh tipu daya. Yuri bahkan tidak mengerti, bagaimana bisa sang ibu berakhir menikah dengan ayah kandungnya yang sangat miskin. Barangkali, sang ibu tersadar tatkala dirinya telah melahirkan Jihye. Hidup serba kekurangan itu sangat menyedihkan terlebih jika kau terlahir cantik. Kau tahu? Kecantikanmu seakan sia-sia.Memosisikan diri terjun di lingkungan parachaebol, memanfaatkan kecantikannya untuk menggaet para calon pewaris tunggal di suatu perusahaan besar dan berakhir mendapatkan Shin Yunki dalam pelukan, tentu sebuah tangkapan besar. Seperti ajaran sang ibu, Yuri tidak pernah memakai hati dalam menjalin hubungan kendati Yunki memperlakukannya dengan sa
“Oppa... walau seluruh dunia sudah mengetahui aku istrimu, tidak baik kalau bercinta di kantor," protes Jihye berusaha mengurai kungkungan sang suami yang menguncinya posesif."Aku merindukanmu, Hye," ucap Yunki dengan suara dalam yang menggoda sambil mencuri dua tiga kecupan singkat di bibir Jihye.Kalau sudah begini Jihye biasanya pasrah, tetapi lain cerita kalau di kantor. Astaga, apa katanya tadi? Rindu? Yang benar saja, mereka bahkan bertemu setiap hari. Apa kadar budak cintanya semakin tinggi, ya? Jihye menangkup bibirnya sendiri, rasanya tidak professional walau jarum jam telah menapak ke angka lima lebih sepuluh yang berarti jam kerja sudah berakhir."Oppa, aku minta izin pulang telat, ya? Yuribujangnimmemintaku menemaninya.Kau jadi makan malam dengan rekan bisnismu, kan?"Mau tidak mau Yunki mengernyit. "Dia masih memperlakukanmu sebagai asisten setelah tahu kau istriku?"Ji
Shoppinguntuk sebagian besar wanita adalah sebuah penyembuhan. Setelahnya kau akan merasa bahagia dengan hati lebih ringan. Begitu pun dengan Sunhee, dia baru saja tiba di rumah besar setelah sebelumnya mengantar Jihye pulang. Cucu menantu kesayangannya itu dengan senang hati bersedia menemaninya berbelanja di mal.Baginya, Jihye memang cucu menantu ideal. Dia dapat menempatkan diri dalam membangun konversasi menyenangkan dengan wanita tua seperti dirinya, oleh karena itu tidak berlebihan jika Sunhee sangat menyayangi Jihye.Baru beberapa langkah tungkainya menapak teras, senyumnya terbentang tatkala mendapati presensi sang cucu kesayangan mendekat."Aigo, Yunki-yatadi aku baru saja mengantar Jihye pulang, kukira kau tidak kemari." Sunhee merentangkan kedua tangannya berniat memeluk Yunki. Namun, alih-alih menyambut, Yunki malah menatap Sunhee dengan air muka tidak terbaca."Nenek, kita harus bicara," ucapnya serius.
Yunki tidak dapat memeta perasaannya. Tamparan kenyataan yang menyambar bagai kilatan petir itu benar-benar membuatnya hancur. Dia tak menyangka bahwa romansa yang baru saja dicecap begitu manis ternyata memilikiafter tastepahit nan getir.Ya, di balik kekecewaannya pada sang nenek, Yunki lebih merasa kecewa pada Jihye yang ternyata menjadi bagian dari kebohongan itu.Bayangan indah hidup bersama Jihye dengan mini-mini yang senantiasa menunggunya pulang kerja di balik pintu dan saling berebut atensi meminta digendong hilang begitu saja. Dia sangat mencintai Jihye, tetapi kenapa cinta mereka berdiri di atas fondasi kebohongan? Kenapa wanita itu tega? Sungguh menyakitkan terlebih dia sudah menutup lembaran lamanya bersama Yuri dan mengisi lembaran barunya dengan nama Jihye terukir indah dalam relung.Well, sekali lagi hidup tidak menuntut kesiapan hati setiap orang. Dia akan terus berjalan seperti waktu yang menapak pada setiap sekon
Terhitung sudah tiga hari Yunki tidak pulang dan Jihye sibuk memupuk tanya dalam benaknya. Berkali-kali wanita itu menelepon dan menanyakan keberadaan Yunki lewat pesan dan berkali-kali pula Yunki mengabaikannya."Ternyata aku belum mengenalnya, ya?" monolog Jihye lirih seraya mengembuskan napas panjang dengan punggung tangan mengesat air mata yang jatuh entah untuk ke berapa kali.Tubuhnya telentang menatap langit-langit dengan lobus yang terus-menerus merangkai segala kemungkinan yang terjadi di antara Yunki dengan sang nenek. Selama tiga hari ini Jihye tentu tidak tinggal diam, dalam masa cutinya wanita itu pergi ke rumah besar untuk bertanya pada Bu Ahn tentang apa yang diperdebatkan mereka dan sayangnya Bu Ahn tidak mengetahuinya. Jangan lupakan Minkyung yang masih saja terlihat membenci Jihye. Wanita itu menatap Jihye dengan sorot angkuh bercampur jijik yang terang-terangan dia perlihatkan."Masih berani menginjakkan kaki kotormu di sini,eoh
Helios sudah berganti tugas dengan Artemis beberapa jam lalu dan Jihye harus kembali menyesap getir ketika tidak mendapati tanda-tanda bahwa sang suami akan pulang.Tentu saja Jihye merasa khawatir, tetapi dia lebih berpikir logis alih-alih panik. Dia percaya Yunki cukup dewasa untuk menjaga dirinya. Walaupun kenyataannya berkali-kali wanita itu mengesat air mata yang sekonyong-konyong luruh di kedua pipi.Menatap pantulan diri yang tampak sedikit kacau, Jihye mengembuskan napas berat lantas mengalihkan atensi pada alat tes kehamilan yang baru saja dibelinya. Maniknya segera mempelajari aturan pakai alat itu pada kemasan."Urine pertama setelah bangun tidur, ya?" monolognya, "tapi aku tidak sabar ingin segera mengetahui hasilnya." Jihye mengambil satu lagi alat tes kehamilan yang dia beli, menilik aturan pakai dengan harapan ada aturan berbeda pada kemasan kedua.Salah satu tangan meraba perutnya lembut. "Kalau kau hadir, pastiappaaka
Peribahasa mengatakan, bahwa hanya seekor keledai yang dapat jatuh pada lubang yang sama. Tentu saja di sini Yunki bukanlah seekor keledai dungu yang akan terperdaya untuk kedua kalinya. Lagi pula, dia 'kan kucing salju.Kenyataannya, Yunki memang terlalu sering terperdaya oleh Yuri mengingat satu tahun lamanya hubungan yang terjalin di antara mereka. Tidak dapat dipungkiri, silabel yang baru saja menyapa rungunya memberikan efek kejut luar biasa. Sebuahplot twistyang tidak pernah sekali pun bercokol pada sirkuit otaknya. Yang benar saja? Jihye dan Yuri bersaudara? Kedua pribadi itu begitu bertolak belakang dengan daya pikat berbeda. Yunki tentu tidak bisa mempercayai dan menelan bulat-bulat informasi tersebut, terlebih hal itu terlontar dari mulut wanita licik seperti Yuri.Yunki belum sempat menimpali saat pribadi dalam balutanbathrobeitu menghilang di balik pintu. Jika asumsi Yunki benar, wanita itu tengah begitu ketakutan d
“Anda yakin, Nyonya?" ucap Pengacara Jang, pria paruh baya itu baru saja mempertanyakan perihal keputusan yang Jihye buat.Wanita itu mengangguk dengan keyakinan penuh. "Bisakah Anda lakukan hal ini dengan cepat? Aku tidak ingin semuanya berlarut-larut. Aku percayakan semuanya padamu Pengacara Jang, seperti nenek mempercayaimu."Pria itu tertegun lantas mengulas senyum, hatinya bahkan ikut terenyuh menatap denyar ketulusan dari manik Jihye."Terima kasih, Nyonya. Aku akan melakukan yang terbaik."Mobil mewah milik Pengacara Jang berhenti di pinggir jalan yang Jihye tunjuk. Wanita itu membungkuk sebagai ucapan terima kasih dan menatap dengan manik penuh haru. Dari sana dia dapat melihat kemegahan apartemen tempatnya tinggal selama hampir enam bulan ini."Beberapa bulan yang menyenangkan tinggal di sini," monolognya lirih. Tungkainya mulai berayun menyongsong getir yang kian menyesakkan dada.Hye, kalau mau menangis nanti di dalam ru