Share

Harus Pergi

Author: Ranesta13
last update Last Updated: 2022-02-21 12:32:01

“Anda yakin, Nyonya?" ucap Pengacara Jang, pria paruh baya itu baru saja mempertanyakan perihal keputusan yang Jihye buat.

Wanita itu mengangguk dengan keyakinan penuh. "Bisakah Anda lakukan hal ini dengan cepat? Aku tidak ingin semuanya berlarut-larut. Aku percayakan semuanya padamu Pengacara Jang, seperti nenek mempercayaimu."

Pria itu tertegun lantas mengulas senyum, hatinya bahkan ikut terenyuh menatap denyar ketulusan dari manik Jihye.

"Terima kasih, Nyonya. Aku akan melakukan yang terbaik."

Mobil mewah milik Pengacara Jang berhenti di pinggir jalan yang Jihye tunjuk. Wanita itu membungkuk sebagai ucapan terima kasih dan menatap dengan manik penuh haru. Dari sana dia dapat melihat kemegahan apartemen tempatnya tinggal selama hampir enam bulan ini.

"Beberapa bulan yang menyenangkan tinggal di sini," monolognya lirih. Tungkainya mulai berayun menyongsong getir yang kian menyesakkan dada.

Hye, kalau mau menangis nanti di dalam ru

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Jadi Seperti Ini

    Mungkin Tuhan memerlukan sedikit waktu ekstra tatkala menambahkan hati pada tubuh seorang Seo Jihye. Seperti yang kita ketahui, wanita itu terlampau tangguh untuk ukuran tubuh sekecil itu.Setelah tepekur cukup lama di sebuah kursi taman, tungkainya berayun menapak ke arah apartemen mewah di daerah Gangnam. Jihye bahkan tidak tahu kenapa dia bisa berakhir menekan bel pada bilah kayu di depannya.Cukup dua kali jemarinya menekan bel, sebelum pintu cokelat itu bergerak menyibak presensi seorang wanita paruh baya yang terlihat kaget atas kehadirannya."Hye-ya--"Tubuh ringkih Jihye menghambur memeluk wanita paruh baya tersebut. Berusaha mengeluarkan segala kelesahnya dalam sengguk pilu yang begitu menyayat relung."Sebentar saja, biarkan aku merasakan mempunyai seorang ibu," ucap Jihye mendekap erat Son Eunhee--ibunya.Sejemang, keterkejutan itu sedikit demi sedikit mereda, tangannya mengelus lembut punggung sang anak. Tidak dapat dipu

    Last Updated : 2022-02-22
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Penyesalan

    “Jingoo-ssi, apa Jihye ada di sini?" Itu adalah kalimat yang terlontar memecah geming di antara mereka. Manik pekatnya menatap jemari Jingoo yang saat ini memegang ponsel yang Yunki ketahui sebagai milik istrinya.Jingoo mengikuti arah pandang Yunki, menilik ponsel dan kertas di tangannya lalu berkata, "Aku baru saja akan menghubungimu, Tuan Shin. Apa yang terjadi? Kenapa Jihye memberikan ponselnya padaku?" Jingoo balik bertanya seraya menyerahkan secarik kertas berisi tulisan tangan wanita itu.Jingoo-ya, maaf aku pergi tanpa berpamitan langsung denganmu. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin mewariskan ponselku ini. Buang ponsel dengan lakban itu! Kau membuatku malu saja. Aku pergi.Salam sayang,Seo Jihye.Jika ini adalah kompetisi membuat patah hati, maka Jihye benar-benar pergi denganstyleluar biasa. Memberikan perasaan sedih dan sendu yang berubah menjadi k

    Last Updated : 2022-02-27
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Hari-hari Tanpamu

    Di balik gempuran masalah yang seharusnya melemahkan, Jihye cukup bersyukur bahwa Tuhan menganugerahkan hati sekuat baja padanya. Alih-alih stagnan dengan menangis sendu mengharap simpati dari semua orang, Jihye lebih memilih untuk terus berjalan. Menangis secukupnya saja, setidaknya itu yang dia tanamkan selama ini. Toh, hidupnya sudah sulit, jangan terlalu banyak drama.Wanita itu cukup senang dengan jaket tebal dan ransel yang dia beli dengan harga diskon di sebuah tokoonline. Meskipun Jihye harus menyesap getir tatkala terpaksa membuang koper jelek kesayangannya itu karena roda dan besi pendorongnya rusak parah. Jihye bahkan harus meminta tolong pada karyawan sauna untuk membelikannya mengingat dia sudah menarik semua uang tabungan di bank. Itulah alasan kenapa dia luput dari kamera pengawas karena memang Jihye keluar bersama rombongan wisatawan yang saat itu melakukancheck outdengan menggunakan ransel danbucket hat baru

    Last Updated : 2022-03-04
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Jangan Temui Aku

    Jihye tidak ingat bagaimana tubuhnya bisa terbaring di atas lautan busa empuk itu. Rasanya sudah begitu lama tatkala sang raga menggeliat nyaman di ranjang mewah. Tidur di sauna sungguh membuat tubuhnya terasa kaku, walau sering kali Jihye memberikan sugesti pada sang tubuh agar tidak manja, sebagai bentuk antisipasi bilamana hal buruk terjadi seperti saat ini. Tetap saja, sepertinya dia sudah terbiasa hidup nyaman.Lamat-lamat wanita itu menggerakkan pelupuknya, menatap plafon putih dengan cahaya lampu yang mendirus retinanya begitu menusuk. Mencoba menggerakkan tubuh, Jihye harus mendengar bilahnya memekik lirih tatkala mendapati tangan kirinya dipasangi selang infus."Astaga, aku kenapa?" monolognya menatap jarum yang menancap di sana lantas mengedarkan pandangan pada luasan kamar bernuansacreammewah dengan perabotan berwarna senada.Perlahan, wanita itu mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Teriakan yang sekonyong-konyong hadir lan

    Last Updated : 2022-03-05
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Bagian yang Hilang

    Hujan yang mengguyur Gwangju di pagi hari membuat siapa pun ingin kembali bergelung di balik selimut. Berbeda dengan si wanita, gempuran air yang turun ke bumi itu selalu memiliki dampak sendu bagi relung, mengingatkan dirinya pada sang mantan suami yang selalu merajuk dan memaksa dirinya menghabiskan waktu di atas ranjang di kala hari-hari seperti ini.Tak terasa sudah empat bulan berlalu dari takdir yang membawanya menapakkan kaki di kota ini. Pandangannya jauh menerawang dengan sesekali mengelus perut yang semakin buncit. Sungguh, menjalani kehamilan seorang diri tanpa adanya pasangan itu sangat berat, terlebih sang jabang bayi kini mulai memberi sinyal lewat gerakan-gerakan yang menggelitik perut.Ada kalanya Jihye menangis di tengah malam, merindukan raksi yang selama ini tetap menduduki tingkat teratas sebagai favoritnya. Jangan lupakanmorning sickyang dia rasakan setiap pagi, Hobi sampai menatapnya dengan tatapan iba seraya berkata, "Kau yak

    Last Updated : 2022-03-09
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Histeria

    “Yunkihyung!" Panggilan keras Jimmy bahkan tidak mampu membuat Yunki membuka pelupuknya. Pria dalam setelansportyitu berkacak pinggang dengan binar yang menyorot dalam kedua maniknya, campuran antara sedih dan kesal.Bagaimana tidak, minggu pagi Jimmy yang seharusnya diisi dengan olahraga ringan dan kegiatan menyenangkan, digantikan oleh rasa khawatir karena sejak kemarin sang kakak tidak bisa dihubungi.Hatinya jelas mencelus tatkala menemukan sang kakak duduk di kursi tinggimini bardengan sisi wajah bertumpu pada meja marmer di depannya, terlihat kacau dengan satu tangan memegang kaki gelas berisi cairan pekat yang bahkan sudah luber ke mana-mana. Jimmy menggeleng cemas, katastrofe yang Jihye berikan sungguh berdampak semenyedihkan ini pada Yunki.Jimmy beberapa kali mengembuskan napas kasar, menurutnya apa yang dilakukan sang kakak bukanlah sebuah solusi dan hal itu malah menambah daftar masalah.

    Last Updated : 2022-03-09
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Hidup Baru

    Jihye benar-benar kewalahan membawa perutnya yang kini semakin membesar. Titik-titik keringat yang senantiasa bertengger di pucuk hidung dengan rasa gerah yang hampir tak tertahankan setiap harinya bagai melodi kehamilan yang tidak bisa dia elak. Oh, tentu saja. Jangan lupakan si bayi hebat yang begitu lincah menendang sana-sani dan sering kali membuat sang ibu tak kuasa mengontrol keinginannya untuk membuang air kecil. Kalau diingat-ingatappa-nya bukanlah pribadi kelewat enerjik. Dia bahkan selalu menghabiskan waktu untuk tidur jika sedang senggang.Di waktu-waktu tertentu, sering kali Jihye menatap pada luasan pekat bertabur bintang di atas sana. Membayangkan bagaimana sang ibu berkorban untuknya, memberi asupan gizi baik di balik semua kesusahan membawa perut buncit ke mana-mana. Jihye ingin berdamai dengan semuanya dan mungkin akan menemui wanita itu lagi suatu hari nanti. Sungguh menjalani kehamilan tanpa ada pasangan itu sangat berat. Berat untuk tetap me

    Last Updated : 2022-03-15
  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Apa kabar Kamu

    Awal musim gugur selalu mendatangkan kesenduan tersendiri di hati Jihyekarena masa itu datang bersamaan dengan statusnya yang berubah menjadi seorang ibu. Tangisan keras sang bayi yang membahana memenuhi ruangan persalinan itu jelas melecut emosi terdalamnya. Kini, netranya menilik si bayi yang tertidur pulas dengan memasrahkan satu pipi gembilnya terbenam di pundak sang paman, kelelahan.Shin Jiyoon, ralat, Seo Jiyoon tumbuh menjadi anak lincah nan menggemaskan. Siapa pun akan luluh tatkala manik pekat dengan denyar-denyar bintang bersemayam pada irisnya itu menatap lugu. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang pertama, perayaan sederhana yang disiapkan Hobi dengan mengundang seluruh pegawai Hobi Tour and Travel untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah."PadahalOppatidak usah repot-repot merayakan ulang tahun Jiyoon. Dia belum mengerti," ucap Jihye sesaat setelah mereka tiba di rumah. Kedua tangannya menenteng dua kresek besar yang b

    Last Updated : 2022-03-15

Latest chapter

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Wedding Day

    Ini mungkin bisa dikatakan gila! Rencana masa depan yang sudah tersusun rapi dalamdiarydi kamarnya, satu per satu menjadi kenyataan. Haruskah Jihye berkata WOW? Setelah menyelesaikan kuliah dengan gemilang, dia malah terjebak dalam sebuah pernikahan settingan yang membuahkan seorang anak menggemaskan bernama Jiyoon. Terkadang hidup memang seironi itu. Atas banyaknya air mata yang tercurah bagai rebas-rebas hujan yang tak berkesudahan. Atas pedihnya luka hati bagai disayat ribuan silet. Well, Jihye tidak akan memandang hidupnya selebay itu. Kelembutan hati yang dimilikinya membuka satu kesempatan, dengan harapan apa yang menjadi kesempatan itu turut menyembuhkan apa yang menjadi kesakitannya selama ini. Jihye berdiri di depan bentangan karpet putih di sebuah altar yang menghadap kaldera di Santorini, degup jantungnya bertalu gila. Silir angin sejuk yang menyapa lembut epidermisnya, serta riuh tepuk tangan orang-or

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Memulai Kembali

    “Ke-kenapa kita ke sini?" Itu adalah sebuah pertanyaan sekaligus konversasi pertama yang mengudara di dalam mobil.Jihye melihat sekeliling, mengamati basemen tempat Yunki menghentikan mobilnya. Dia terlampau hafal dengan tempat ini. Tempat yang begitu banyak menghadirkan kenangan. Basemen dari sebuah apartemen tempatnya dan Yunki menghabiskan masa pernikahan dulu."Hye, maaf kalau kau tidak keberatan kita istirahat dulu di sini, sepertinya Jiyoon memerlukan tempat tidiur yang nyaman."Menatap sang putra yang kini tertidur pulas karena kenyang menyusu, Jihye menggerakkan kepala setuju. Yunki pun mengangguk, mengulas senyum tipis yang Jihye tahu benar senyuman itu tidak sampai matanya.Pria itu keluar dari mobil dan membuka pintu untuk sang wanita seraya mengambil alih Jiyoon. Di balik wajah yang kembali datar itu Jihye tetap bisa menerima kehangatan karena satu tangannya yang terbebas dari menahan tubuh Jiyoon, menggenggam tangan Jihye begitu erat w

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Lamaran Part 2

    Sinar mentari sudah merangsek masuk ke sela-sela tirai kamar beberapa jam lalu, pun dengan cicit burung pengantar hari baru bahkan sudah tidak terdengar.Jihye merasa baru saja mengatupkan pelupuk saat ranjangnya memantul diikuti teriakan gemas Jiyoon yang kini sibuk mendaratkan ciuman basah penuh salivanya ke wajah sang ibu.Pantulan lirih di sisi ranjang yang lain memperlihatkan presensi Yunki yang tampak malu-malu dengan wajah tidak enak karena membangunkannya. Tadi malam Jihye nyaris terjaga semalaman karena Yunki meminta Jiyoon untuk tidur bersama di unit miliknya.Kalau ibunya tidak mau ikut, ya sudah Jiyoon saja.Hasilnya Jihye lebih banyak terjaga karena khawatir Jiyoon akan menangis malam-malam mencari dirinya."Jam berapa sekarang?" tanya Jihye menggeliat malas mencoba mengumpulkan fragmen-fragmen nyawa yang masih berserak, "Jiyoonie sudah mandi, ya? Harum sekali," imbuhnya mengendus leher sang putra diikuti beberapa cecapan gema

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Mungkin Cemburu

    Jihye cukup kerepotan mengusir Yunki tadi malam karena tanpa diduga Jiyoon terbangun dan berakhir bermanja-manja ria dengan sang ayah sampai pukul dua dini hari. Hasilnya Jihye harus mengumpat tatkala lingkaran mata panda tersemat begitu apik di wajahnya kini.“Astaga Jiyoon kenapa dekat sekali dengan pria itu, sih? Wajah eomma jadi kusut begini karena ikut bergadang,” monolog Jihye sembari menatap Jiyoon yang masih tertidur lelap. Bagaimanapun menatap wajah sang buah hati yang tertidur lelap seperti itu menghangatkan relungnya.Pukul 07.30 Jihye sudah bersiap untuk kerja, menyahut tas setelah melontarkan beberapa pesan pada Bu Kim mengenai ASI yang sedang dia hangatkan jika Jiyoon terbangun dan ingin menyusu. Sungguh menjadi seorang ibu pekerja itu kadang melelahkan juga terlebih saat kau harus berpisah dengan anak yang sedang melalui masa emasnya.Jihye menutup pintunya dan tanpa sadar menatap bilah kayu dengan besi kromium bertuliskan 506

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Janji

    Setelah mengatakan bahwa Yunki akan menetap di Gwangju, sekelumit ruang di sudut hati Jihye sempat bersorak dengan debaran yang sukses menggelitik perut. Namun, sosok imajiner Jihye yang mengulas kurva senyum itu kini pudar berganti sosok berawai yang kembali menggenggam sendu. Bagaimana tidak? Sudah satu minggu berlalu setelah Yunki mengatakan akan menetap di sana, pria itu tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Kecemasan Jihye semakin menjadi tatkala Jiyoon kembali rewel mencari sang ayah.Bagaimana mungkin Jihye harus merendahkan diri untuk menghubungi pria yang bahkan hanya memberikan harapan semu bagi dirinya dan Jiyoon? Jihye tidak akan membiarkan mereka kembali menyesap pahit, getir dan jatuh pada kubangan lara yang diakibatkan orang yang sama. Bukankah sejak awal Jihye sudah menolak sedemikian rupa?Jihye menarik sudut bibirnya miris, menatap sendu Jiyoon yang baru saja tertidur pulas setelah lama berkutat dengan rewelnya. “Sabar ya, Sayang. Lebih baik

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Koalisi di Antara Mereka

    Sebuah ikatan darah, seberapa kuat dia menggenggam keyakinan bahwa Jiyoon tidak membutuhkan sosok Yunki, kenyataan yang ada menampar Jihye begitu kuat dan apa yang dikatakan Hobi benar adanya.Wanita itu menapak pada permukaan lantai keramik putih di sepanjang koridor rumah sakit, berkali-kali tatapannya ia layangkan pada dua entitas di depannya yang tentu saja menumbuhkan sensasi ganjil pada relungnya. Lega, kesal, gemas, marah atau apa pun itu yang pasti rasa cemburu yang sejak kemarin bercokol di hatinya terasa kian berat.Bagaimana tidak, itu mini-mini yang bernama Jiyoon sampai saat ini menempel bak perangko pada sang ayah. Bahkan saat Jihye akan mengambil alih kala Yunki mengurusi biaya administrasi rumah sakit, makhluk mungil yang sejak tadi tertidur itu tiba-tiba terbangun dengan rengekan tidak mau berpisah.Akhirnya Jihye memutuskan untuk mengerucutkan bibir, berjalan malas di belakang mereka dengan otak berdesing memikirkan berbagai macam ide unt

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Sebuah Fakta

    Pelukan itu berlangsung lama dan Jihye tidak segan-segan membenamkan tubuhnya pada dekapan Hobi yang senyaman rumah, mencoba membaurkan kelesah dengan afeksi yang selalu tercurah dari pria menyenangkan itu."Nyonya Janda, sepertinya ada yang sedang memperhatian kita,” bisi Hobi.“Siapa?” tanya Jihye mendongakkan kepalanya,“Mantan suamimu dari tadi melihat kita. Mau bersenang-senang sedikit?" bisik Hobi yang sudah menangkap presensi Yunki dengan visusnya di depan sana.Jihye tertawa samar lantas menjawab, "Seru sepertinya."Maka, seperti itulah. Saudara persepupuan ini saling mencubit pucuk hidung yang diiringi bentangan senyum dan tatapan sendu penuh afeksi. Siapa pun akan menyangka mereka adalah pasangan romantis yang sedang beradegan mesra, dan pria di ujung sana terlihat stagnan dengan kepalan tangan dan rahang mengerat sempurna. Astaga, cemburu menguras hati tampaknya.Ah, tentu saja Yunki tidak akan membiarkan p

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Pelukan

    Barang kali, Jihye dapat melabeli dirinya sendiri dengan kata tidak professional. Sikap jual mahal yang mati-matian dipertahankannya kini luluh lantak jika menyangkut sang buah hati. Demamnya sangat tinggi, mencapai angka 40 derajat dan sempat mengalami kejang.Dalam sengguk pilunya wanita itu dapat mendengar sang pria mengalunkan kalimat penenang dalam silabel begitu lembut. Jihye terbuai, rasa sakitnya seolah luntur tatkala digempur afeksi yang memang sangat dia rindukan selama ini, terlebih dekapan Yunki tetaplah terasa nyaman."Aku takut kehilangannya, aku bukan ibu yang baik. Dia terus memanggilmu dan a-aku--" Jihye tidak mampu melanjutkan perkataannya dan malah menangis semakin kencang. Seandainya Yunki tidak datang, barang kali dirinya hanya akan berusaha tegar dan membenamkan diri dalam rasa bersalah tatkala melihat sang buat hati yang masih saja mengucapkan katappa ppadalam igaunya."Aku ada di sini, kau tidak perlu khaw

  • SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES   Jiyoon

    Jihye sempat stagnan tatkala mendengar pertanyaan yang terlontar dari bilah Yunki sementara tangan mungil Jiyoon terus saja menggapai-gapai udara dengan badan yang terus dicondongkan seolah ingin di pangku sang ayah. Kalau sudah begini, Jihye yang dibuat pening. Seharusnya pertanyaan itu bersifat retoris saja. Apa Yunki tidak bisa melihat kalau anak itu sangat mirip dengannya? Apa dia ingin mendengar kalau Jiyoon adalah anak Hobi? Gila, Yunki sudah gila."Sayang, mau ke mana, sih? Tidak boleh sok akrab dengan orang asing," ucap Jihye memilih mengabaikan pertanyaan Yunki dan berusaha menjauhkan sang anak dari ayahnya.Netranya melirik Hobi meminta pertolongan, mungkin saatnya berlakon bak keluarga kecil nan bahagia kali ini,sedangkan diam-diam Yunki menatap pria itu tajam seolah membangun benteng permusuhan. Ah, Yunki tetaplah Yunki, seorang pribadi impulsif yang masih harus belajar mengendalikan diri dari sikap meledak-ledaknya."Jung Hobi," ucap Hobi meng

DMCA.com Protection Status