"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
Bab 1 Viana Si Gadis Penindas"Kalo jalan pake mata, sialan! Lihat gara-gara kecerobohan lo baju gue kotor!" bentak Viana Rajendra— berusia 17 tahun siswi kelas XII I. Siswi paling berkuasa di SMA Galaksi yang memiliki sebuah geng untuk menindas murid lemah. "Maaf, Kak. Aku engga sengaja!" Siswi yang beberapa saat yang lalu menabrak Viana, sehingga jus mangga yang berada di tangannya tumpah mengenai seragam Viana. "Gak sengaja lo bilang?" Viana terkekeh sinis membuat keadaan kantin SMA Galaksi semakin ricuh.SMA Galaksi merupakan sekolah swasta yang terkenal di Kota Swinden. SMA Galaksi berisi murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang termasuk Viana dan keempat temannya yang suka menindas orang. "Viana, kayanya tuh cewek emang sengaja cari perkara sama lo!" teriak salah satu siswa dengan sengaja. "Kasih paham, Vi, biar dia gak bikin ulah lagi!" teriak siswa lainnya. Beberapa siswa dan siswi yang berada dipihak Viana dengan gencar memanas-manasi keadaan. Sebagian lagi mem
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo
"Boss, muka lo kenapa? Kaya gak dikasih jatah aja!" celetuk Kenzo melihat ekspresi suram Sagara. "Dark banget, ya, Bund!" Nada suara Danish ngikutin trend Ibu-ibu jaman sekarang. "Jijik banget lo!" Satya menggeplak kepala Danish. Membuat sang empu meringis. "Apa, sih, anjing?" Danish melotot kesal. Satya tidak memperdulikan Danish. Dia menatap Sagara yang sejak tadi. Misah-misuh di tempat sambil menatap layar ponselnya. Dia bangkit berpindah duduk di samping ketua geng Verdon itu. "Ada masalah apan bree? Galau sendiri aja gak ngajak-ngajak!" Satya menepuk pundak Sagara membuat lelaki itu menoleh. "Weh, si boss galau, nih! Galauin siapa? Dedek gemes kelas sepuluh itu?" Kenzo menyahut dengan cepat. "Cakep, njir! Imut, gemoy gitu cocok lah sama gue!" Sagara menatap Kenzo tajam. Mendengar ucapan lelaki itu. "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" Tatapan Sagara penuh peringatan. "Dia juga gak mungkin mau sama buaya kaya lo!" Danish mengangkat kakinya di atas meja. Sambil