"Coba kalian pikirin gimana perasaan orang tua kalian kalo tau anaknya engga lulus sekolah? Pasti kecewa kan? Mereka udah banting tulang buat biayain sekolah kalian. Tapi, kalian engga menghargai usaha mereka! Kaliam di sekolah malah suka ngelanggar peraturan sekolah. Tawuran, ngerokok, bolos, sama nindas orang. Orang tua kalian pasti kecewa!" Bu Ajeng mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya.Saat ini jam menunjukan pukul 10.30. Di saat murid lain sedang belajar di sekolah. Mereka malah terpenjara di ruang BK. Mendengarkan ceramah panjang lebar dari Bu Ajeng. Guru yang menjadi musuh para murid nakal."Jadi, saya minta tolong ubah sikap kalian! Tolong patuhi peraturan sekolah! Kalian udah kelas 12, fokus belajar buat ujian nanti. Bukan malah santai-santai kaya gini!" Bu Ajeng hany ingin membuat mereka mentaati peraturan sekolah. Merubah keburukan mereka. Tapi, sepertinya itu adalah hal sulit bagi mereka.Atau justru mereka yang tidak ingin berubah? Jika seperti itu sangatlah susah. Kar
"Bagus, aku juga gak pernah minta Papa buat peduli!" Sagara membalas dengan malas. Viana yang mendengarkan pertengkaran keduanya sejak tadi. Tampak cengo dibuatnya. Disaat dirinya selalu mengharapkan Arthur datang ke sekolah untuk memenuhi surat panggilan. Meskipun selama dirinya 3 tahun sekolah di SMA Galaksi. Elvano yang selalu datang ke sekolah Viana menggantikan Arthur. "Papa bakal telpon Pak Bagas buat dateng ke sekolah kamu besok!" Daniel muli mengeluarkan ponselnya untuk mengubungi Pak Bagas."Sok!" Sagara menyahut sambil fokus memainkan game online pada ponsel mahalnya. Sedangkan Sagara saat Daniel siap datang ke sekolah. Sagara justru meminta Pak Bagas untuk menggantikan Daniel. Dia memang tidak tahu siapa Pak Bagas itu. Tapi, dia bisa menduga jika Pak Bagas mungkin anak buah Daniel. Viana sungguh dibuat bingung dengan Sagara. Mereka memiliki banyak perbedaan jika Viana telisik lebih jauh.Dari mulai keluarga Sagara. Lelaki itu memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian. B
"Makasih, Pa!" Viana menjawab dengan sedikot terbata. Daniel mengangguk dengan senyuman. Daniel sudah menganggap Viana seperti anaknya sendiri. Dia sejak dulu menginginkan anak perempuan. Sayangnya Tuhan memberikan dirinya anak laki-laki. Sehingga kehadiran Viana saat ini menjadi menantunya membuat Daniel senang. Dan menyayangi Viana seperti anak kandungnya sendiri. "Papa pulang dulu, ya, Viana! Kamu langsung tidur besok sekolah!" Setelah mengatakan itu. Daniel melangkah menuju pintu apartement untuk keluar.Daniel hanya berpamitan pada Viana saja. Tidak dengan Sagara yang kini menatapnya tak percaya. Di sini Sagara yang anaknya. Kenapa jadi berbalik seperti dirinya yang menantunya, Viana yang anak kandungnya? Sagara melirik Viana yang justru terdiam membeku di tempat. Kenapa lagi nih sih cewek sinting? Ada saja gebrakannya membuat Sagara bingung. Sikap Viana kadang berubah-ubah membuat dirinya pusing. "Lo kenapa?" Sagara tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya."Apanya yang
"Hubungan kalian romantis banget, ya!" Elvano mengawali pembicaraan merea saat berada di mobil."Hah? Aku sama prem— Sagara maksudnya?" Viana menatap Elvano yang kini mengangguk sambil tersenyum. Elvano menatap Viana yang kini wajahnya masam. Pria itu menggoda Viana dengan tatapannya. "Kamu udah dewasa ya, Vi! Sekarang kamu ada yng jagain. Mungkin kehadiran Om udah gak diperluin lagi!" kata Elvano membuat Viana tak terima.Gadis dengan almameter berwarna hitam yang melapisi kemeja putih. Menatap Elvano tak suka. Apa maksud perkataan Elvano? Sagara tidak pernah menjaga dirinya seperti apa yang dikatakan oleh Elvano. Sagara bukan sosok suami yang baik untuknya. Justru lelaki itu merupakan musuh baginya. Bahkan Viana tidak sudi menyebut Sagara sebagai suaminya. Viana tidak akan pernah menerima pernikahannya dengan Sagara sampai kapanpun. "Om? Apa maksud, Om?" Viana menatap Elvano yang fokus menyetir mobil. "Jangan karena aku udah nikah, Om bakal lepas tangan sama aku, ya!""Kamu kan
"Sekolah tuh luas, tapi kenapa kita sering banget ketemu?" tanya Viana sambil melipatkan kedua tangan di dada. "Sayangnya lo cewek, kalo cowok mungkin kita jodoh!" lanjut Viana terdengar konyol. "Permisi, K-ak." Alin ingin berbalik pergi dari hadapan Viana. "Eits, gak semudah itu lo pergi gitu aja!" Viana dengan asal menarik kerah seragam Alin. "Mau kabur lo? Gue bahkan belum ngapa-ngapain lo!" Viana menatap Alin dengan tajam. Membuat siswi kelas sepuluh itu merasa terintimidasi oleh Viana. Tanpa sadar kedua bahunya bergetar, ekspresi wajahnya berubah takut, tatapannya begitu panik. Viana mengingat ucapan Sagara yang memperingatinya untuk tidak mengganggu Alin. Entah kenapa dia semakin membenci Alin saat Sagara ikut campur urusan dirinya dengan Alin. Viana tidak takut pada ancaman Sagara. Semakin dilarang, Viana akan semakin menjadi. "Ikut gue!" Viana dengan kasar menarik tangan Alin. Kembali memasuki toilet yang sepi. Viana sedikit mendorong Alin sehingga pinggangnya ter
"Kalian bertiga jam segini baru masuk kelas?" sentak Bu Indah— guru muda dengan kaca mata besar. Yang bertengger manis di hidungnya menatap ketiga murid nakal dengan tajam.Sagara, Danish, Satya, dan Kenzo dengan tidak tahu diri memasuki kelas. Kenzo menatap Bu Indah sambil cengengesan. Lelaki yang terkenal buaya di SMA Galaksi itu memainkan rambut gondrongnya. Sambil bersiul menatap Bu Indah. "Tadi di jalan macet, Bu. Makanya kita telat, iya kan?" Kenzo memberi alasan klasik pada Bu Indah. Kenzo bahkan bertanya pada ketiga temannya di akhir kalimat."Tau sendirilah, Bu. Jalanan kota kaya gimana, sehari gak macet itu hal yang mustahil!" Satya menimpali ucapan Kenzo. Dengan ekspresi pura-pura merasa bersalah."Kalian pikir saya gak tau? Kalo kalian udah berangkat dari pagi tapi bukannya ke kelas kalian malah keluyuran ke rooftop?" cecar Bu Indah membuat Satya dan Kenzo terdiam seketika. Mereka tidak sadar bahwa tadi sempat bertemu Bu Indah pagi tadi. Sehingga Bu Indah dengan mudah me
Brak' "Gue udah peringatin lo buat jangan nyentuh, Alin, sialan!" bentak Sagara setelah menggebrak meja kantin.Kedatangan Sagara di kantin menghampiri Viana dengan ekspresi marah. Menimbulkan pertanyaan pada benak murid lain yang berada di kantin. Mereka berpikir keras alasan Sagara marah-marah pada Viana saat ini. Waktu menunjukan pukul 09.15 pagi kota Swinden. Bel istirahat sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Saat ini hampir semua murid SMA Galaksi berada di kantin. Ada juga yang masih berada di kelas, dan para murid kutu buku menggunakan waktu istirahat. Untuk membaca buku di perpustakaan. "Lo apa-apaan, sih anjing? Dateng-dateng langsung marah-marah!" Viana bangkit dari duduknya. Menatap nyalang pada Sagara yang berada di depannya. Hal yang sangat Viana benci. Waktu makan siangnya diganggu, membuat Viana tidak terima. Makan adalah rejeki nyata yang diberikan oleh Tuhan. Viana selalu makan dengan tenang. Dia benar-benar memghargai makanan di depannya. "Lo nindas Alin lag
"Lepasin tangan gue, sialan!" Viana memberontak dari cengkeraman Sagara. Tangannya terasa remuk dicengkeram sekuat itu oleh Sagara. "Gara! Lo denger gue gak, sih!" sentak Viana sambil terus memberontak, "lepasin gue, anjing!" Teriakan Viana sepanjang langkah keduanya. Menyusuri koridor sekolah. Beberapa murid yang berpapasan memilih untuk menghindar. Atau berbalik tidak ingin berurusan dengan kedua murid. Yang berkuasa di SMA Galaksi. Viana Rajendra— gadis dengan tatapan sinis. Serta bibir yang selalu menyunggingkan senyum sinis setiap kali berbicara dengan lawan bicaranya. Viana, gadis yang suka sekali menindas murid lain hampir setiap harinya. "Diem, anjing!" sentak Sagara semakin menguatkan cengkeraman tangannya. Pada pergelangan tangan Viana. Dia menyeret Viana tanpa memikirkan keadaan gadis itu saat ini. Berjalan terseok-seok mengikuti langkah lebar Sagara. Sagara Giantara— murid baru yang kedatangannya sudah membuat heboh satu sekolah. Murid berandalan yang dikeluarkan d
"Lo mending tobat deh, Vi! Kelakuan lo mau sampe kapan kaya gini? Bolak-balik masuk BK makin buat nilai lo berkurang!"Meylani mulai menasehati Viana. Membuat satu kantin yang tidak menyukai Meylani siswi paling caper satu sekolah. Ingin muntah rasanya mendemgar suara Meylani saja. "Lo kalo mau sok ceramah jangan ke gue, tapi ke diri lo sendri dong! Lihat lah lo bahkan gak lebih buruk dari gue!" Viana mulai terpancing emosi oleh Meylani. Kebahagiaan yang dia rasakan tadi mendadak hilang karena kedatangan Meylani. "Gue? Kenapa harus gue? Emang gue pernah bully orang kaya lo?"Meylani menatap Viana dengan kernyitan di dahi. Dia tidak mengerti maksud Viana. "Udahlah anjir! Ngomong sama manusia caper kaya lo buat gue capek aja! Pergi lo jangan ganggu gue!" Viana mengusir Meylani untuk pergi dari kantin dengan kasar. Tapi, Meylani tetap bergeming di tempat. "Lo budeg? Heh, anjing temen gue nyuruh lo pergi!" Itu suara Ajeng yang sejak tadi sedang diliputi emosi karena mengetahui Sagr
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo