"Lo ngarepin gue bakal ngejer-ngejer lo? Iya?" Viana semakin melotot saat senyum Sagara kian lebar. "Gue pastiin itu gak bakal terjadi. Gak usah mimpi! Gak usah sok jadi peramal! Gue gak sudi lakuin hal yang ada dipikiran lo!" Sagara tergelak pelan mendengar perkatan Viana. Tangnnya terulur mengusap lembut pipi Viana. Dengan tatapan menggoda yang membuat Viana tersihir. Selama beberapa saat menatap lelaki itu tanpa berkedip untuk kedua kalinya. Sagara itu tampan. Tapi, Viana terlalu gengsi untuk mengakui itu. Meskipun di dalam hati. Rasanya enggan sekali memuji musuh sendiri. Tapi, bukan berarti Viana akan terpesona dengan ketampanan Sagara. Dirinya sudah memiliki Ravin, dan sampai kapanpun hanya Ravin. Yang selalu menjadi pemilik hatinya. "Gue bilang gak ada yang tau ke depannya kaya gimana. Bisa aja lo yang benci sama gue. Bisa jadi lo cibta mati sama gue. Siapa yang tau?" Entahlah, semenjak mengenal Viana. Sagara jadi suka berbicara panjang lebar. Bukan hanya ketika dirinya
"Lo gak punya hak buat ikut campur urusan gue sama Viana!" tukas Ravin cepat dengan tatapan tak suka. Yang begitu jelas tanpa ditutupi. "Gue gak ikut campur! Cuma ngasih tau jadi cowok peka dikitlah!" Sagara melirik Viana yang justru membuang muka. "Apa urusannya sama lo?" Ravin menatap Sagara penuh permusuhan. Semenjak kehadiran Sagara di SMA Galaksi, Ravin sudah tidak menyukai lelaki itu. Sagara mengambil apa yang dia miliki selama 3 tahun di SMA Galaksi. Ketenaran dan pamor yang sudah dia dapatkan susah payah. Kehadiran Sagara mengambil atensi para murid dan juga Viana. Lelaki itu memiliki daya tarik yang kuat sehingga berhasil menggeser posisi dirinya di SMA Galaksi. Sagara menggedikan bahunya tak acuh. Lalu, menatap Viana yang terus membuang muka tidak ingin menatapnya. Ketiga sahabat Sagara tidak begitu menyadari sikap Viana. Karena, gadis itu mencoba untuk bersikap biasa saja. Sedangkan Ravin lelaki itu menyadari sikap Viana yang berbeda. Bukan, karena gadis itu mar
"Gue gak tau mau gimana nyikapin lo saat ini!" Rachell membuka suara saat keduanya terjebak dalam keheningan. Saat ini Satya dan Rachell berada di sebuah taman sekolah. Atas bujukan Satya yang memaksa Rachell untuk menuruti keinginannya. Dan berakhir mereka di sini duduk di sebuah kursi taman. Di temani kicauan burung dan suara air mancur buatan.Jam pulang sekolah sudah berakhir sejak tadi. Namun, Rachell mendapat tugas dari wali kelas untuk mengembalikan buku paket. Yang baru saja digunakan tadi pada perpustakaan sekolah. Ketiga sahabatnya tadi sudah menawarkan diri untuk menemaninya. Tapi, Rachell menolak menyuruh mereka untuk segera pulang."Satya, kenapa lo gak bisa dengerin omongan gue? Kenapa lo gak pernah mau nurutin keinginan gue?" Rachell kembi beebicara saat Satya tak kunjung membalas ucapannya. "Yang lo bilang kalo kita gak pernah ada hubungan apapun? Dan nganggap waktu 3 bulan itu bukan apa-apa, iya? Untuk itu gue gak mau, Chell. Nyatanya gue sama lo itu pernah ngerasai
"Lo tau sendiri, kan? Gue paling benci yang namanya perselingkuhan!" Rachell mengusap matanya yang lagi dan lagi mengeluarkan air mata. "Bukan lo doang kali. Semua orang juga, Chell!" Kanara ikut menimpali sambil memakan Snack di pangkuannya. "Perselingkuhan itu kesalahan yang tak termaafkan kata gue, sih!" Seyra meletakan layar ponselnya dengan asal.Viana yang mendengar obrolan ketiga sahabatnya mendadak terdiam. Apakah dirinya telah melakukan kesalahan? Sudah menikah dengan Sagara tapi masih memiliki hubungan dengan Ravin? Ini yang diselingkuhin oleh Viana. Ravin atau Sagara? Sepertinya Ravin, karena dirinya lebih dahulu memiliki hubungan dengan lelaki itu. Atau justru Sagara yang merupakan suami sahnya? Kenapa kisah hidupnya sudah seperti drama-drama yang ditonton oleh pelayan di rumahnya. "Selingkuh itu salah, ya?" tanya Viana tiba-tiba.Ketiga sahabatnya menoleh dengan ekspresi terkejut."Lo mau selingkuh?" Seyra menanggapi pertanyaan Viana dengan cepat."Gilak lo? Ravin seb
"Guys, kalo suatu hari gue ngelakuin kesalahan. Apa kalian bakal benci sama gue?" Pertanyaan tiba-tiba Viana membuat keadaan mendadak hening. Gadis dengan baju tidur bergambar beruang itu. Tidur di atas kasur lipat yang dilebarkan di atas lantai marmer. Saat ini mereka berada di ruangan kamar yang sengaja dikosongkan. Kamar yang biasa digunakan setiap kali sahabatnya menginap di rumah Seyra. Tidak ada ranjang atau lemari. Kamar ini kosong hanya ada sofa panjang dan juga nakas. Mereka tidur di atas kasur lipat. Viana tidur terlentang sambil menatap langit-langit tinggi. Yang terdapat lampu gantung kristal. Saat ini waktu menunjukan waktu 09.30 kota Swinden. Mereka bersiap untuk menonton drama yang sudah mereka tunggu dari jauh-jauh hari. Tapi, Viana justru tiduran di atas kasur bersiap untuk tidur. "Lo tiap hari ngelakuin kesalahan, anjir!" balas Rachell yang saat ini sudah membaik. Dia merasa cukup puas melampiaskan emosi. Dengan menangis sambil menyerocos panjang lebar.
"Awas ya lo kalo sampe ada hal yang ditutupin lagi sama kita!" Mereka tahu tentang kehidupan Viana. Meskipun tidak banyak yang gadis itu ceritakan. Tapi, mereka tahu bagaimana beratnya hidup jadi Viana. Dia membutuhkan kasih sayang Arthur. Dia juga ingin mendapatkan perhatian Arthur. Sayangnya itu hal yang sulit melihat Arthur jarang berada di rumah. "Iya, kalian tenang aja. Gue bakal cerita, tapi saat ini gue baik-baik aja!" Viana lagi dan lagi berbohong. Entah sudah berapa banyak kebohongan yang Viana lakukan. Saat dirinya menikah dengan Sagara. Dosanya semakin bertambah banyak. Viana selalu berbohong pada siapapun baik keluarganya maupun sahabatnya. Dengan Ravin saja kebohongan Viana begitu menumpuk. Mengingat lelaki itu membuat dirinya merasa bersalah. Sudah menghindar dan membuat Ravin terus kepikiran. "Janji lo, ya! Awas kalo gue tau lo nutupin sesuatu sama kita!" ancam Kanara yang menyadari ada hal yang Viana tutupi dari mereka. Tapi, dia tidak bisa mendesak Viana untuk
"Boss, muka lo kenapa? Kaya gak dikasih jatah aja!" celetuk Kenzo melihat ekspresi suram Sagara. "Dark banget, ya, Bund!" Nada suara Danish ngikutin trend Ibu-ibu jaman sekarang. "Jijik banget lo!" Satya menggeplak kepala Danish. Membuat sang empu meringis. "Apa, sih, anjing?" Danish melotot kesal. Satya tidak memperdulikan Danish. Dia menatap Sagara yang sejak tadi. Misah-misuh di tempat sambil menatap layar ponselnya. Dia bangkit berpindah duduk di samping ketua geng Verdon itu. "Ada masalah apan bree? Galau sendiri aja gak ngajak-ngajak!" Satya menepuk pundak Sagara membuat lelaki itu menoleh. "Weh, si boss galau, nih! Galauin siapa? Dedek gemes kelas sepuluh itu?" Kenzo menyahut dengan cepat. "Cakep, njir! Imut, gemoy gitu cocok lah sama gue!" Sagara menatap Kenzo tajam. Mendengar ucapan lelaki itu. "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" Tatapan Sagara penuh peringatan. "Dia juga gak mungkin mau sama buaya kaya lo!" Danish mengangkat kakinya di atas meja. Sambil
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo
"Lo mending tobat deh, Vi! Kelakuan lo mau sampe kapan kaya gini? Bolak-balik masuk BK makin buat nilai lo berkurang!"Meylani mulai menasehati Viana. Membuat satu kantin yang tidak menyukai Meylani siswi paling caper satu sekolah. Ingin muntah rasanya mendemgar suara Meylani saja. "Lo kalo mau sok ceramah jangan ke gue, tapi ke diri lo sendri dong! Lihat lah lo bahkan gak lebih buruk dari gue!" Viana mulai terpancing emosi oleh Meylani. Kebahagiaan yang dia rasakan tadi mendadak hilang karena kedatangan Meylani. "Gue? Kenapa harus gue? Emang gue pernah bully orang kaya lo?"Meylani menatap Viana dengan kernyitan di dahi. Dia tidak mengerti maksud Viana. "Udahlah anjir! Ngomong sama manusia caper kaya lo buat gue capek aja! Pergi lo jangan ganggu gue!" Viana mengusir Meylani untuk pergi dari kantin dengan kasar. Tapi, Meylani tetap bergeming di tempat. "Lo budeg? Heh, anjing temen gue nyuruh lo pergi!" Itu suara Ajeng yang sejak tadi sedang diliputi emosi karena mengetahui Sagr
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo