"Gar, gue sama yang lain lagi pada ngumpul di rooftop. Pas kita turun keadaan markas udah berantakan kaya gini," jelas Satya tepat saat Sagara menginjakkan kakinya di sini. Sebuah gedung tak terpakai yang mereka temukan 2 tahun yang lalu. Sekarang sudah menjadi hak paten mereka, lebih tepatnya Sagara dan anggota lainnya. Mengumpulkan dana untuk membeli gedung tersebut. Gedung luas memiliki 2 lantai itu direnovasi oleh mereka. Menjadi sebuah rumah kedua untuk anggota geng Verdon. Terdapat sofa dan juga meja untuk mereka berkumpul. Mereka juga membuat dapur kecil untuk mereka memasak. Hanya saja tidak ada kamar di markas untuk mereka tidur. "Lo tau siapa yang buat kekacauan ini?" tanya Sagara menjatuhkan tubuhnya di sofa. Lelaki dengan celana pendek dan kaos hitam tipis yang dilapisi jaket. Bersikap dengan tenang membuat anggota lainnya tidak nyaman. Tenangnya Sagara itu berbahaya. Ingat itu! "Geng Onryx," jawab Satya cepat tanpa keraguan. Satya Diandra— wakil ketua geng Verdon.
"Preman pasar kemana, sih? Gue tungguin dari tadi sampe gue selesai makan!" decak Viana menyalakan televisi untuk hiburan.Viana terbaring di sofa empuk ruang tamu dengan nyaman. Perutnya terasa penuh dengan makanan. Viana terbangun dari tidurnya pukul 07.30 malam kota Swinden. Dan sekarang waktu menunjukan pukul 09.48 malam kota Swinden. Saat terbangung Viana dia menemukan Sagara di apartement. Tapi, di meja makan Viana melihat satu mangkok besar sop ayam. Dengan telur dadar di piring. Viana menyantapnya hingga tandas tak tersisa."Ternyata Sagara pinter masak juga. Lumayan lah tiap hari gue gak mesti beli makan di luar," kata Viana sambil membuka novel yang diberikan oleh Ravin 2 Minggu yang lalu. Televisi dibiarkan menyala, sedangkan Viana sibuk menikmati setiap kata dalam novel tersebut. Viana terhanyut dalam sebuah cerita yang dikemas dalam novel dengan genre romansa. Sampai tidak menyadari kedatangan Sagara di ambang pintu apartement. "Udah bangun lo?" Sagara menyandarkan tu
"Ravin!" Viana berlari kecil mengejar langkah Ravin.Ravin menghentikan langkah kakinya. Saat suara tak asing me.asuki Indra pendengarannya. Siswa dengan seragam rapi itu membalikan tubuhnya ke belakang. Dia memasukan satu tangannya ke dalam saku almameternya. "Viana?" tanya Ravin tampak canggung. Begitupun dengan Viana yang mendadak gugup. Terhitung sudah 7 hari dirinya tidak berinteraksi dengan Ravin. Semenjak kejadian Arthur mengusir Ravin dari rumah. Dan memberikan peringatan untuk Ravin untuk menjauhi Viana. Bukan karena dia tidak peduli dengan Ravin. Hanya saja dia butuh ruang untuk diri sendiri. Perasaan Viana lebih kacau dibandingkan perasaan Ravin. Dan saat ini dia memberanikan diri menemui Ravin. Mengajak kekasihnya untuk berbicara."Ada yang mau aku omongin sama kamu," kata Viana tanpa basa-basi lagi. Ravin mengangguk. Dia mengajak Viana untuk mengikuti langkahnya. Dalam perjalan menuju taman sekolah. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Sampai tiba mereka duduk di kursi
"Lo bisa gak? Sehari aja gak nindas orang?" sentak Meylani Pratama— siswi kelas XII B yang merupakan saingan Viana.Meylani atau yang kerap disapa Mey oleh teman-teman lainnya. Sangat tidak menyukai Viana. Alasannya karena Viana merupakan siswi terpopuler di SMA Galaksi. Viana cantik, Viana berasal dari keluarga terkaya nomer 2 di kota Swinden. Viana disukai banyak lelaki di SMA Galaksi. Sedangkan Meylani, dia selalu kalah dalam segala hal jika bersanding dengan Viana. Meylani selalu mencari cela untuk menjatuhkan Viana. Dengan melaporkan kelakuan Viana yang suka menindas pada guru. Atau menjadi seorang pahlawan untuk murid yang ditindas oleh Viana. "Lo bisa gak? Sehari aja gak usah ikut campur urusan gue?" Viana membalikan kalimat Meylani dengan santai. Viana melempar asal mangkok bakso di tangannya dengan kasar. Membuat kuah bakso yang tercampur soda tumpah di meja. Tubuh Viana menghadap Meylani yang menatapnya tak suka. Tangan Viana terlipat di depan dada. Dia mengangkat wajahn
"Vi, lo gak ada niatan buat selingkuh?" tanya Kanara sambil menyeruput es teh miliknya.Saat ini keempat siswi SMA Galaksi yang terkenal dengan kelakuannya. Yang suka menindas orang lain. Sepulang sekolah bukannya pulang ke rumah, justru nongkrong di tukang bakso langganan mereka. Dari banyaknya tempat yang sering mereka kunjungi.Hanya Bakso Pak Won saja yang selalu menjadi tujuan mereka. Selain karena baksonya yang enak. Bakso Pak Won merupakan tempat pertama mereka bertemu. Keempatnya berkenalan sampai menjadi seorang sahabat hingga saat ini. Viana menelan terlebih dahulu bakso di mulutnya. Lalu, bertanya pada Kanara, "Hah? Selingkuh?" Kanara mengangguk dengan senyuman."Gue liat-liat lo gak ada bosennya pacaran sama Ravin. Bahkan Lo sama Ravin gak pernah ribut, anjir!" Kanara sangat penasaran dengan Viana dan Ravin yang sudah 1 tahun berpacaran.Keduanya tidak pernah bertengkar serius. Keduanya selalu memaklumi. Membuat hampir satu sekolah iri dengan Viana dan Ravin. Jika, alasa
"Viana, bangun, anjir!" Sagara menepuk pelan pipi Viana yang sedang terlelap.Jarum jam sudah menunjuk pukul 05.30 Kota Swinden. Tapi, Viana masih saja terlelap. Tidak ada tanda-tanda ingin bangun. Terlihat dari tidurnya yang begitu nyaman. Tidak terganggu dengan Sagara yang memanggil dirinya untuk bangun."Vi, Tante lo ada di ruang tamu, anjir!" Sagara tidak bohong saat memgatakan itu. Alisha pagi-pagi sekali datang ke apartemen mereka. Untuk berkunjung, beruntung Sagara sudah bangun bahkan sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Viana. Jika, Sagara seperti Viaja yang belum juga bangun. Alisha akan tahu jika mereka ternyata pisah kamar. "Apa?" Detik itu juga Viana membuka matanya. Napas Viana memburu karena terkejut. Bahkan nyawanya belum terkumpul, tapi Sagara sudah memberitahu kabar buruk."Buruan bangun terus mandi. Tante lo lagi masak sekarang di dapur!" Ya, Alisha memgambil alih pekerjaan Sagara di dapur. "Bentar-bentar nyawa gue belum kumpul!" Viana terbengong sambil men
"Apa berangkat bareng lo?" teriak Viana bersaman dengan lift terbuka. Sagara reflek membungkam mulut Viana. Membuat gadis itu memukuli tangan besar yang berada di mulutnya. Dia melotot pada Sagara saat lelaki itu tidak kunjung melepaskan bekapannya. "Iya, lagian gue terlanjur bawa mobil!" Sagara sengaja mengambil kunvi mobilnya. Dan meninggalkan motor kesayangannya itu.Semua karena kedatangan Alisha, yang merusak tatanan kebiasaan mereka. "Gak mau lah! Inget, ya gue gak mau ada yang tahu kalo gue sama lo nikah!" sentak Viana sedetik setelah Sagara melepaskan bekapannya. "Lo pikir gue mau?" balas Sagara tak kalah sinis, "gak usah ngerasa kalo di sini lo aja yang gak mau pernikahan ini diketahui banyak orang! Tapi, gue juga yang gak sudi orang-orang tahu kalo gue nikah sama cewek sinting kaya lo!" Viana melotot kesal. Saat ini keduanya sudah berada di parkiran bawah tanah di kawasan apartement elit ini. Mereka berjalan menuju mobil Range Rover Velar dengan warna hitam mengkilap
"Lo masih inget anak kelas sepuluh yang waktu itu numpahin minuman ke baju gue?" tanya Viana pada ketiga sahabatnya."Masih inget, tapi lupa nama," jawab Kanara sambil mengunyah otak-otak miliknya."Kenapa emang?" Rachell bertanya balik sambil menyeruput teh manis miliknya."Masih pagi, Chell, udah sambelnya ga usah banyak gaya!" Seyra ngeri sendiri melihat bakso milik Rachell yang kuahnya dipenuhi sambal. Lihatlah, sahabatnya itu terlalu banyak gaya. Masih pagi diajak ke kantin untuk jajan, malah pesan bakso. Kuah sambalnya sudah merah dipenuhi oleh sambal. Lihatnya saja sudah ngeri sendiri. "Enak, anjir!" balas Rachell yang wajahnya sudah dipenuhi oleh keringat."Serah lo, deh!" Seyra sudah lelah memghadapi Rachell. Ingatkan Seyra nanti jika Rachell nangis-nangis karena sakit perut untuk tidak peduli!"Jadi, kenapa lo sebut nama cewek kelas sepuluh waktu itu? Dia buat ulah lagi?" Kanara kembali menarik topik yang hampir tertinggal. Seperti perasaanya untuk seseorang.Viana menggel
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo
"Boss, muka lo kenapa? Kaya gak dikasih jatah aja!" celetuk Kenzo melihat ekspresi suram Sagara. "Dark banget, ya, Bund!" Nada suara Danish ngikutin trend Ibu-ibu jaman sekarang. "Jijik banget lo!" Satya menggeplak kepala Danish. Membuat sang empu meringis. "Apa, sih, anjing?" Danish melotot kesal. Satya tidak memperdulikan Danish. Dia menatap Sagara yang sejak tadi. Misah-misuh di tempat sambil menatap layar ponselnya. Dia bangkit berpindah duduk di samping ketua geng Verdon itu. "Ada masalah apan bree? Galau sendiri aja gak ngajak-ngajak!" Satya menepuk pundak Sagara membuat lelaki itu menoleh. "Weh, si boss galau, nih! Galauin siapa? Dedek gemes kelas sepuluh itu?" Kenzo menyahut dengan cepat. "Cakep, njir! Imut, gemoy gitu cocok lah sama gue!" Sagara menatap Kenzo tajam. Mendengar ucapan lelaki itu. "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" Tatapan Sagara penuh peringatan. "Dia juga gak mungkin mau sama buaya kaya lo!" Danish mengangkat kakinya di atas meja. Sambil