Mutia duduk di kamar kosnya setelah mencuci muka, menggosok gigi dan mengganti baju. Dia menyenderkan punggungnya di sandaran besi kos.Pikiran nya melayang pada pengalaman yang baru saja dialaminya. Masih terasa gemetar di tubuhnya tatkala dia mengingat apa yang dilakukan oleh supir gocar tadi. "Ah, lebih baik aku beri bintang satu aja. Sekalian saja akunnya biar di-suspend atau dia dipecat saja. Enak saja dia hendak melecehkanku!" gumam Mutia kesal. Mutia lalu meraih ponselnya dan melihat aplikasi ojek online yang tadi dipesan nya. Dengan segera Mutia memberikan satu bintang dan ulasan tentang sopir gocar yang hendak melecehkannya. |Menyesal sekali naik gocar bapak ini. Saya hampir saja mengalami pelec*han seks*al. Untuk semua calon penumpang harus hati-hati. Jangan sampai naik mobil dengan sopir ini. Dan bila ada korban selain saya yang pernah mengalami kasus serupa dengan orang yang sama, silakan speak up. Jangan takut. Kita ada di negara hukum.|Send. Mutia menarik nafas leg
"Selamat malam mantan suami, aku datang untuk mengembalikan mobil mamimu!"Andi terperanjat saat melihat mobil yang terparkir di halaman rumah mereka melewati bahu Larasati. "Siapa yang datang, Ndi?" tanya Maminya dari belakang tubuh Andi. Andi menoleh ke belakang dan memiringkan tubuhnya sehingga maminya bisa melihat Larasati yang sedang berdiri di hadapan anaknya. "Kamu?! Ngapain kamu kesini? Dasar perempuan ular! Ndi, panggil polisi! Perempuan ini harus ditangkap! Dia sudah mencuri mobil mami!" seru maminya dengan geram. Kedua tangan maminya terkepal. "Wah, ada Mak lampir nih! Tenang saja, tidak usah emosi. Aku tidak akan membuat kerusuhan di sini. Tidak usah pula memanggil polisi. Semua aman terkendali. Aku hanya ingin mengembalikan mobil mu.""Apa kamu bilang? Saya Mak Lampir? Dasar kamu sundel bolong!"Tangan Ambar terangkat dan perempuan itu menghambur ke arah Larasati. Hampir saja meraih dan menjambak rambut Larasati. Andi segera menangkap tangan dan menenangkan maminya.
"Nah, gitu dong. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting, Ras. Yang pasti-pasti saja. Contoh nya bagaimana kalau kita ke hotel dulu sebelum ke rumah orang tua kamu?" tawar Herman dengan wajah yang me sum. Larasati balas menatap Herman dengan menggigit bibir bawahnya. "Oke Mas. Tapi aku punya permintaan.""Apa pun permintaan kamu, aku akan menuruti nya, Sayang.""Hm, benar kah? Kalau begitu bukan perkara sulit kan kalau kamu memecat mas Andi?""Andi? Apa maksudmu adalah Andi mantan suami mu?" tanya Herman. "Iya. Dia lah. Siapa lagi memang kalau bukan dia. Aku ingin dia dipecat, sehingga tidak bisa mempengaruhi rumah tangga kita," rajuk Larasati. Herman terdiam sejenak. "Agak susah. Dia punya hutang ke perusahaan lebih dari 500 juta. Lalu dia juga sudah begitu lama mengabdi di perusahaan ku. Nggak enak kalau mendadak mengeluarkannya dari kantor, Ras.""Duh, bagaimana kalau mas Andi masih dendam karena aku lebih memilih mas Herman? Terus mas Andi akan melakukan sesuatu yang bur
Mata orang tua Larasati membola melihat sembako yang ditawarkan oleh Herman, apalagi mendengar tawaran yang ditawarkan oleh Herman. "Hm, baiklah. Saya sebagai saudara laki-laki mendukung penuh keinginan mbak Larasati untuk menikah dengan pak Herman. Apalagi orang tua saya, ya kan Pak, Bu?" tanya Adik lelaki Larasati menatap ke arah orang tuanya untuk mencari dukungan.Wajah Larasati memucat. Memang uang yang ditawarkan oleh Herman jauh lebih banyak daripada uang yang dulu diberikan oleh Andi padanya. Bahkan setelah dibagi dua dengan keluarga nya pun masih lebih banyak uang jatah dari Herman daripada Andi. Tapi Larasati menghela nafas berat. Rasanya dia tidak sanggup jika harus disiksa dulu sebelum mendapatkan uang itu. Tapi ancaman dari Herman semalam membuatnya berpikiran dia tidak mungkin selamat dari lelaki itu. Kedua orang tua Larasati pun menatap anaknya. Tak munafik juga jika kedua orang tuanya tergiur dengan tawaran dari Herman mengingat mereka memang membutuhkan uang untuk
Herman menoleh ke sekeliling rumah orang tua Larasati yang tampak kumuh. "Semakin cepat semakin baik. Dalam tiga hari ini, saya akan melamar Larasati secara resmi di Restoran Gardenia. Lalu sebulan kemudian saya akan menggelar resepsi nya di lobi salah satu hotel bintang lima di kota."Mata keluarga Larasati membola. "Wah, kamu benar-benar beruntung, Ras. Pernikahan kamu kali ini jauh sekali bila dibandingkan dengan pernikahan kamu sebelum nya dengan pak Andi yang dilakukan dengan diam-diam," sahut Ibu Larasati. "Baiklah. Kalau begitu kita sudah saling sepakat ya? Untuk masalah keuangan perbulan, nanti akan saya transfer bersamaan dengan gaji Rama setelah dia bekerja di perusahaan," sahut Herman membuat keluarga Larasati semakin merasa bahagia. ***Damar menatap ibunya dengan perasaan campur aduk. "Ibu kan sudah bilang jangan menikah dengan perempuan yang tidak punya bapak. Kamu ngeyel saja. Dan kamu lihat kan sekarang akibatnya? Mutia telah membuat kita bangkrut dan miskin. Sapi
Ya, tidak salah lagi. Perempuan itu adalah Larasati. Mantan majikannya yang pernah berselingkuh dengan mantan suami nya. Sekarang Larasati pun sedang menatap tajam ke arah Mutia yang sudah melepaskan masker dan helmnya.Mutia tercengang tapi sebisa mungkin dia mengontrol diri. Sebenarnya dalam kepala Mutia terbayang adegan dia menjambak dan mencakar wajah Larasati sampai berdarah-darah. Tapi bayangan di kepalanya hanya tinggal bayangan karena Mutia tidak ingin pekerjaan nya yang sudah bagus menjadi bermasalah. "Dia penyanyi di restoran ini?" tanya Larasati dengan nada mencemooh menatap ke arah Mutia. "Ya betul. Apa kalian saling mengenal?" tanya Bram, pemilik restoran. Mutia menatap Bram. "Sebenarnya kami ..,""Tidak saling mengenal. Cuma de javu saja. Saat pikir mbak nya ini mirip dengan salah seorang teman yang pernah saya kenal. Tapi ternyata bukan," sahut Larasati.Mutia tersenyum saja menatap Larasati. "Kalau begitu saya perkenalkan dulu. Namanya Mutia, penyanyi restoran terb
"Kenapa diam saja? Apa dugaan saya benar? Oh, ya. Kalau sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Sebentar lagi saya harus perform. Katanya kamu ingin melihat penampilan dan mendengarkan suara saya? Ya kan?" tanya Mutia tersenyum.Larasati menatap tajam dan mengacungkan telunjuknya ke arah Mutia. "Akan kubuat kamu kehilangan pekerjaan mu, Mut. Ingat itu!""Oh ya? Lakukan saja, Ras. Sekali saja kamu mengacaukan pekerjaan ku, kamu takkan kubiarkan hidup tenang. Aku juga bisa membalas dendam sekarang. Aku bukan lagi Mutia yang dulu!" desis Mutia dengan mata melotot.Larasati mendengus kesal karena maksudnya untuk menakut-nakuti Mutia gagal. Dengan menahan jengkel, dia keluar dari ruangan karyawan. **Damar baru saja selesai melakukan tes drive di lahan belakang perusahaan milik Herman saat dia merasa kehausan.Akhirnya dia turun dari truk yang ada sedang dinaikinya dan menemui supervisor yang sedang mencatat dan mengamati beberapa sopir lain. Mema
Beberapa waktu sebelumnya, Novela berhenti di depan salah satu apotik di pinggir jalan raya. Sejenak dia ragu tentang obat yang harus dibelinya. "Kenapa kamu diam? Kamu nggak jadi turun? Apa nggak jadi balas dendam pada Larasati?" tanya Ridho setelah sekian lama menepikan mobil dan Novela hanya terdiam di sampingnya. Novela menatap ke arah kekasih nya. "Bentar. Aku lupa nama obat nya. Aku telepon Aksara dulu," sahut Novela. Gadis itu lalu meraih ponsel dan menelepon kembarannya. Secara singkat menceriterakan semua yang terjadi pada Aksara. Kembaran nya itu tertawa terbahak-bahak. "Astaga, Nov, jadi Larasati akan menjadi ibu mertua kamu? Kalau begitu aku juga menitipkan salam balaskan dendam ku dan mama pada nya. Kalau soal obat untuk mengatasi sembelit dan konstipasi, datang saja ke rumah sakit tempat ku bekerja. Akan kuresepkan puyer atau campuran obat yang pasti ampuh untuk mengatasi susah buang air besar. Bahkan bisa membuat diare di tempat." Suara Aksara terdengar bersemanga