"Terserah padamu saja Lisa! Aku tak lagi peduli dengan semua ucapanmu, katanya akan membuatku menderita, tapi buktinya sekarang kau telah berhasil menderita, setelah menyadari kalau kau telah mendua!" Karena sudah sangat kesal, Aditya memutuskan untuk pergi begitu saja meninggalkan Lisa, terlalu sakit hati jika ia diperlakukan seperti ini, sesungguhnya bukan ancaman yang ingin ia dengar tapi bukti yang seharusnya Lisa perlihatkan.Sedangkan Lisa sendiri menatap kepergian Aditya dengan nanar dan penuh dengan rasa kekecewaan, tak menyangka jika suaminya bisa secepat itu mencintai istri keduanya lagi, membuatnya bertanya-tanya apa tujuan Aditya menikahinya kemarin kalau kenyataannya terus menyakiti hatinya hingga sekarang."Ternyata kau salah satu pria yang termasuk ke dalam golongan yang tidak seharusnya dicintai, sungguh menyesal diriku karena telah mencintai pria sepertimu, Adit!"Kebencian Lisa terhadap Aditya begitu nyata, diiringi dengan penyesalan yang tak bisa hilang dari lubuk h
Mobil yang menabraknya melaju kencang menghindari amukan warga, tampak pengendara di dalamnya tersenyum dengan begitu lebarnya, ternyata dia adalah Lisa."Rasakan pembalasanku Aditya, siapa yang berani mengkhianati cintaku maka akan dipastikan menerima akibatnya melebihi rasa sakit yang aku rasakan waktu itu, kau sudah menghancurkan hatiku dengan sangat hingga mengaku masih mencintai istri pertamamu itu!"Aditya dibawa warga ke rumah sakit dalam keadaan yang tak sadarkan diri dan bersimbah darah, entah apa yang terjadi selanjutnya, namun yang pasti mobil Lisa takkan bisa dilacak sebagai penabrak, selain karena menggunakan mobil pinjaman, plat mobil yang dikemudikannya sengaja ditutup sementara saat menabrak Aditya dengan kencangnya tadi, sehingga identitasnya lumayan Sumut untuk diketahui.Sebenarnya rencan Lisa bisa digagalkan asalkan Aditya sadar kalau dari arah berlawanan ada mobil yang melaju kencang dan bersiap menabraknya, namun yang dilakukan Aditya justru sebaliknya, setelah ke
"Saya akan periksa kondisi Bapak, tapi untuk saat ini saya minta Bapak tenang dulu ya, supaya saya bisa memeriksa dengan tenang juga, mohon kerja samanya ya, Pak!""Bagaimana hasilnya Dok? "Untuk saat ini Bapak mengalami kelumpuhan total, akibat benturan keras di kepala hingga mempengaruhi saraf hingga mengalami kelumpuhan," ungkap Dokter.Deg!Bagai disambar petir di siang yang terik, hal tersebut yang sedang Aditya rasakan saat ini, semua perasaan ia rasakan sekarang, sedih, terkejut, kecewa dan marah pada keadaan."Tapi semoga saja apa yang Anda alami ini sifatnya hanya sementara, jadi untuk beberapa hari kedepan waktu sangat disarankan untuk dirawat intensif di rumah sakit ini, supaya kita bisa mengetahui kelumpuhan total ini bersifat sementara atau untuk selamanya, untuk itu Bapak harus optimis, karena apapun yang ada di dunia ini tak ada ya g tak mungkin, kalau bisa sembuh pasti sembuh," papar Dokter dengan begitu jelasnya.Aditya sudah kehabisan kata-kata, hatinya sangat tersi
Melihat kedatangan mereka dengan wajah yang marah, Aditya takut kalau Rangga sudah tahu rahasia besar bahwa sebenarnya ia yang telah melukai Naina hingga terluka parah dan hilang ingatan sampai sekarang."Mau tanya apa Pak Rangga? Sungguh saya sangat senang dengan kedatangan kalian, namun kedatangan kalian yang begitu tiba-tiba ini juga membuat saya terkejut, ada apa sebenarnya kenapa Anda terlihat marah?" tanya Aditya dengan lirih.Rangga melihat keadaan Aditya yang begitu parah seperti ini, sebenarnya ada rasa kasihan, namun mau bagaimana lagi, apa yang sedang dialami oleh sahabatnya itu bagian dari karma yang susah seharusnya didapatkan."Kamu turut sedih atas apa yang telah terjadi Pada Anda Pak Aditya, oleh karena itu kedatangan saya ke sini untuk membahas sesuatu yang penting," ungkap Rangga, semakin mendekat ke arah Aditya.Sedangkan Naina tak mau dekat-dekat dengan suaminya itu, lebih memilih untuk duduk di sofa yang tak jauh dari sana, supaya bisa memandang Aditya dengan begit
Sedangkan Aditya hanya bisa menelan salivanya dengan sangat berat, sejujurnya saat ini begitu ketakutan melihat benda tajam yang bisa menghilangkan nyawanya itu kapanpun Naina mau.Meskipun sebenarnya wajar jika Naina melakukan hal itu, sebagai balas dendam karena kemarin dirinya hampir saja melenyapkan nyawa istrinya sendiri dengan membuangnya ke hutan.Jarak belati tajam dengan Aditya semakin dekat sehingga tak bisa melakukan apapun sekarang, ekor matanya hanya bisa menatap takut pada benda itu, sangat berharap kalau Naina bisa menghentikan aksinya."Aku beri waktu lima menit, katakan apa yang ingin kau katakan maka setelah itu apa yang telah kau katakan menjadi pesan untuk yang terakhir kalinya!" bentak Naina, hingga membuat Aditya semakin ketakutan dibuatnya.Sesekali Aditya melirik ke arah Rangga, besar harapannya kalau sahabatnya itu bisa membantunya, tapi setelah melihat Rangga yang bersikap santai dan terus menatap Naina dengan bangga, membuatnya sadar kalau sahabatnya itu past
Aditya mulai dirundung kepanikan yang sangat, tak menyangka jika kesalahan yang pernah ia lakukan berbuntut panjang sampai ke meja hijau.Padahal sejak kecil ia bercita-cita sebagai polisi, sehingga sangat lucu kalau misalkan pada kenyataannya ia tak dapat menggapai cita-citanya tersebut tapi justru mencoreng nama baiknya sendiri karena ditangkap polisi. "Naina, kamu laporin aku? Kenapa kamu semakin menambah rasa sakitku Naina, sudah tahu keadaanku seperti ini, kenapa kamu malah melaporkan aku ke polisi? Kalau seperti ini caranya, lebih baik aku mati saja!" Seperti yang sudah Naina duga, suaminya itu takkan pernah mau untuk berubah, rasa penyesalan memang sudah tergambar di wajahnya, tapi menurutnya masih setengah-setengah karena Aditya tak mau untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, bisa dilihat dari sikapnya yang seperti tak rela kalau pihak kepolisian menangkapnya dalam keadaannya seperti ini."Kalaupun mati, aku takkan membiarkanku semudah itu untuk melakukan itu!""Memangny
Setelah mendengar pernyataan yang baru saja polisi ungkapkan, membuat Aditya teramat sakit seperti sedang ditusuk ribuan jarum yang tajam pada tubuhnya.Hendak menolak dan tidak terima, tapi ia sudah sangat terpojok sekarang, keadaannya yang seperti ini mana bisa ia membela diri disaat semuanya sudah terbukti, tak ada yang bisa dilakukan selain menyerahkan diri."Baiklah Pak, saya akan melakukan segala proses hukum dengan baik, sebagai pertanggung jawaban atas apa yang telah saya lakukan, tapi satu hal yang ingin saya tanyakan, saya tidak ditahan dalam keadaan seperti ini 'kan, Pak? Menunggu saya sampai sembuh?""Betul, proses penyidikan dan pengumpulan bukti akan terus dilakukan, sedangkan untuk penahanan menunggu sampai Anda tidak lumpuh lagi, kita akan bekerja sama dengan Dokter supaya bisa mengusahakan agar Anda sembuh dengan cepat," papar Pak Polisi dengan jelas, membuat Aditya mulai paham dengan alur kehidupannya selanjutnya.Meskipun telah sembuh, namun ia harus kembali nelang
Seketika seluruh tubuh Aditya membeku karena takut, Lisa tak seperti biasanya, sekarang wajah istrinya itu terlihat sangat menyeramkan karena marah. Terlebih pengakuannya yang mengejutkan yaitu hendak membunuhnya, membuat rasa takut dan kekhawatirannya tak terbendung."Apa katamu Lisa, kau ingin membunuhku? Jangan bercanda! Selama ini apa yang tidak aku berikan kepadamu, bahkan demi bisa bersamamu aku pernah berusaha untuk melenyapkan Naina, dan akibatnya masih aku rasakan sampai sekarang!" Lisa terkekeh pelan sembari berkacak pinggang, tak peduli dengan apa uang Aditya katakan, karena baginya bisa membalas perlakuan suami adalah yang paling utama. "Itu urusanmu dan tidak akan menjadi urusanku! Salah sendiri melakukan itu, aku jauh lebih pintar darimu Adit, aku tak pernah mau terlibat dalam pembuangan Naina, semuanya kau yang lakukan tanpa adanya bantuanku, jadi sudah seharusnya kau mempertanggung jawabkan semua itu sendiri, jadi jangan bawa-bawa aku!"Kalimat yang baru saja Lisa lon
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu