Melihat Zora bisa begitu sombong membuat Naya bergidik sekaligus kagum dengan wanita di hadapannya ini, selama ini citranya selalu lemah lembut, sederhana benar-benar tidak di sangka dia bisa mendominasi, entah bagaimana saat wanita ini benar-benar memiliki kekayaannya."Saba-sabar.." sahut Naya melihat temannya masih kesal dengan nafas berburu. Mobil itu sudah pergi dari tempat parkir."Wanita gila, ular berbisa, gak tau diri, bermuka dua." Zora tidak bisa berhenti memaki mantan sahabatnya itu.Naya tertawa melihatnya terus mengomel. "Sudah Zora, kalo kalo begitu akan kehilangan kehormatanmu. Orang elegan itu membalas dalam diam."Zora terdiam mengatur nafasnya dan segera sadar marah hanya membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Semarah apapun dia tidak akan mengubah Dania. Tapi bila ia bisa menahan diri lama-lama wanita itu akan meledak sendiri."Huh..." Zora menghela nafasnya, "Bener juga Nay, aku bener-bener gak abis fikir kenapa dia bisa jadi sejahat ini sama aku.""Mungkin selama
Hal ini sangat mengganggunya, rasanya malu terus mengeluh pada Naya, itu baru cerita Naya, 'apa kabar dengan Okta dan mas Agus ya?' batinnya dalam hati. Hari ini dia pulang lembur jam 10 malam, Affandra menjemputnya karna khawatir padahal hanya masuk gang sedikit saja, cuma ya kalo jalan sendiri di jam malam begini memang bahaya, walaupun jalan - jalan masih ramai Affandra sangat peduli, sedangkan Julian bukan gak peduli, tapi jaraknya cukup jauh dan rasanya gak perlu untuk selalu antar jemput, Zora mulai merasa merepotkan kekasihnya.Affandra terus memperhatikan Zora yang terdiam. "Kenapa sih?""Enggak." Jawabnya malas."Ada masalah di outlet?" Tanya Affandra penasaran."Engga sih, cuma lagi ada pikiran aja.""Apa sih yang dipikirin seorang Zora? Julian? Kenapa dia gak setia? Udah putus aja." Ledek Affandra"Apaan si." Balas Zora menatapnya sinis."Terus kenapa sih adik cantik, apa yang mengganggumu?""Kamu tau Naya? Tadi dia cerita sama aku soal hidupnya, seorang Naya harus bantu ke
Jam makan siang pun datang, Dania membawakan nasi kotak yang sedang di bagikan oleh para Crew. Dan Julian mengambilnya dengan ucapan terima kasih. Menu hari ini Dania yang memilihnya, daging teriyaki dan tumisan sayur, tentu dengan nasi. Dia juga memesan beberapa makanan ringan seperti kue-kue, gorengan dan es buah. Cukup mewah untuk menjamu lidah para crew."Ayo dimakan." Ajak Dania, yang di balas anggukan Julian. Tapi tak berselang berapa lama, ponsel Julian berdering, terlihat wajah Zora di ponselnya. Segera ia mengangkat telpon sambil mengunyah makanan yang telah ia masukan ke mulutnya."Halo sayang.. iya aku lagi makan siang dulu, kamu udah makan belum?" Tanya pria itu perhatian."Hari ini aku gak jemput dulu ya, kayanya aku lembur hari ini...."Dania tersenyum kecut mendengar suara manja itu terdengar samar dari ponsel Julian. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk merebut ponsel itu dan berbicara pada Zora. "Soalnya Julian lagi sama aku, kita lagi seneng-seneng" Ucap Dania memana
"Heru, kamu coba perhatikan juga anak muda itu dan bisnisnya, periksa semua saham dan kelemahan mereka setidaknya kita tau kalo mereka gak akan bisa melangkah lebih jauh.""Baik Tuan." Heru mengangguk patuh."Oke, pergilah." Heru segera beranjak dari ruang kerja Tuan Arnold. Ketika hendak membuka pintu Tuan Arnold kembali bertanya. "Dimana nyonya?"Dengan sigap Heru menjawab, "Harusnya sore ini Nyonya sedang berkuda tuan."Tuan Arnold berfikir sebentar, "Tolong siapkan juga kuda saya, saya segera menyusul nyonya.""Baik, Tuan." Angguk Heru penuh hormat segera meninggalkan ruangan.Sore ini langit sangat cerah, tanpa angin dan matahari yang begitu silau, beranjak menuju tempatnya kembali dengan perlahan. Deru tapak kuda mengalihkan perhatian sosok pria paruh baya tersebut, ia dikaruniai banyak hal yang semua orang ingin ada di posisinya.Harta yang melimpah, kekuasaan, dan Istri yang cantik. Lihat dia, Anita bahkan walau ia kini sudah mencapai 46 tahun kulitnya masih kencang dan masih
Karna produk yang sedang di kerjakannya kali ini sudah masuk proses shooting, tentu Julian membutuhkan lebih banyak suntikan uang, ia mengajukan beberapa proposal pada perusahaan investasi dan relasi bisnisnya untuk menjadi investor di perusahaannya.Sebuah telpon masuk dari nomer tak di kenal. "Halo Tuan Julian, saya mendapat kabar snack anda akan segera liris di iklan televisi ya? Apa masih butuh kerja sama investasi, saya berencana untuk invest di perusahan bapak.""Tentu Bu, kalau boleh tau dari mana ibu tau proyek ini?""Saya teman Adrian pak, beliau bilang ada perusahan bagus yang sedang berkembang."Julian segera ingat, ya Adrian adalah kawan semasa kuliahnya, sekarang sudah menjadi trader sukses. Dan juga salah satu investor di perusahaanya untuk beberapa tahun ini.Mereka mengadakan pertemuan hari itu juga untuk tanda tangan kontrak investasi, setelah membicarakan nominal yang disepakati dan deal untuk bekerja sama.Hanya di Cafe dekat wanita itu bekerja. Hera namanya, seoran
Tuan Arnold menyeringai melihat apa yang dikirimkan Heru dan segera menelpon untuk memberikan perintah."Terus awasi pria itu, dan lakukan tugas kalian, segera hubungi Sindy.""Siap Tuan," sahut suara di sebrang sana.Hari ini sebenarnya jadwal Zora libur, tapi ternyata Okta harus mengambil bagiannya, ia menjaga neneknya yang sebentar-sebentar sakit, berhubung ia belum mengambil libur Minggu ini dan berganti dengan libur milik Okta."Neneknya Okta sakit apa emang?" Tanya Zora penasaran."Kayanya darah tinggi deh, kalo kumat gak bisa bangun. Mana harus minum obat terus. Kasian banget Okta tuh, cuma anaknya aja periang padahal dia yang biayain neneknya tuh." Sahut Mas Agus.Zora mengangguk, "Cuma kabarnya kali ini neneknya masuk rumah sakit." Jelas Naya yang selalu berhubungan dengan Okta melalui WhatsApp."Okta bagian jagain, ibunya lembur kerja buat yang berobat neneknya.""Emang ayahnya kemana?""Okta mah yatim, adiknya 2, satu kakaknya perempuan udah nikah.""Yaampun." Lagi lagi kis
Keesokan hari Zora masih lembur karna Okta masih harus cuti sehari lagi katanya. Mereka sudah mengajukan pinjaman dan segera di ACC oleh Bu Novi. Membuat hatinya lega setidaknya walau gak punya uang, Zora bisa membantu dengan koneksinya.Julian datang untuk makan siang bersama di tempat Zora, berhubung dia masih akan selalu lembur dan gak ada kesempatan makan malam seperti biasanya."Aku mau paket 2 ayam 2 nasi aja yank." Pinta Julian pada Zora. "Oke!"Zora hanya membeli 1 porsi ayam dan nasi. Juga sebotol air mineral.Julian bercerita soal shooting dan perkembangan produknya, ia juga bercerita bagaimana banyak orang yang datang untuk berinvestasi padanya. Kali ini benar-benar sangat mujur dan sepertinya akan sukses besar.Zora tidak kalah senang mendengarnya, setidaknya ini adalah pencapaian yang bagus. Mungkin bila lebih baik lagi, kesempatan mereka untuk benar-benar bersama akan terbuka lebar, dan Papa juga akan merestui mereka karna kemampuan Julian."Ehem ehem ... Dimana pun kali
Di outlet saat itu Zora sedang berjaga dengan Agus. Agus yang mendengar semua percakapan antar mantan sahabat itu tidak bisa berhenti bergeleng kepala. "Orang-orang kaya itu kenapa bisa ngeri banget." Bisiknya pada diri sendiri. Gak lama Zora masuk dengan wajah lesu."Semangat Zora.." hiburnya pada kawan malangnya. Gadis ini tentu gadis yang cantik dan berwawasan, walaupun dia tidak memiliki apa-apa tapi Zora memancarkan aura bahwa ia wanita terhormat dan bukan orang sembarangan. Bahkan saat mereka belum tau kenyataan Zora yang sebenarnya."Iya Mas Agus. Aku gak apa-apa kok." Jawab Zora berusaha tersenyum dengan ikhlas."Keren kamu Zora, mereka pasti bakal nyesel suatu hari udah ngelakuin ini sama kamu."Zora tersenyum tak percaya. "Kenapa harus nyesel? Kayanya mereka puas tuh mas.""Dunia ini berputar, saat kamu kembali ke posisimu apa mereka gak akan panik mohon - mohon jadi temenmu lagi?"Zora mengangguk. "Itu gak akan terjadi biarpun mereka nangis darah.""Kok bisa ya mereka ngela