"Kalo masih kesal, kenap harus datang." Sodor Zora menyerahkan bagian es buah untuk Affandra"Karna aku cuma punya sedikit waktu denganmu, jadi harus tetap meluangkan nya walau kesal, marah, benci sekali pun.""Apasih, gak ngerti!" Keluh Zora yang akhirnya menyerah dengan semua teka teki Affandra.Affandra hanya menyeruput es buah itu perlahan. Tapi Zora menikmati makanan itu dengan santai. Melihatnya terus diam begitu merasa Affandra sangat aneh."Kalo butuh waktu sendiri, gak apa-apa. Apa kamu biasa ngambek berhari-hari begini? Kasian banget orang yang jadi pacarmu."Mendengar perkataan Zora, Affandra menatapnya tajam. "Kamu tau Zora, aku tau kamu udah punya pacar, aku bersedia untuk menunggu, aku bahkan bilang rela melepasmu bila itu memang seharusnya. Tapi itu salah." Affandra meletakan sup buahnya. "Mulai sekarang aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya."Affandra menatapnya dengan putus asa, melihat wanita itu hanya mendengarkan tanpa mencelanya, bahkan terlihat bingung. "Aa
Melihat Zora bisa begitu sombong membuat Naya bergidik sekaligus kagum dengan wanita di hadapannya ini, selama ini citranya selalu lemah lembut, sederhana benar-benar tidak di sangka dia bisa mendominasi, entah bagaimana saat wanita ini benar-benar memiliki kekayaannya."Saba-sabar.." sahut Naya melihat temannya masih kesal dengan nafas berburu. Mobil itu sudah pergi dari tempat parkir."Wanita gila, ular berbisa, gak tau diri, bermuka dua." Zora tidak bisa berhenti memaki mantan sahabatnya itu.Naya tertawa melihatnya terus mengomel. "Sudah Zora, kalo kalo begitu akan kehilangan kehormatanmu. Orang elegan itu membalas dalam diam."Zora terdiam mengatur nafasnya dan segera sadar marah hanya membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Semarah apapun dia tidak akan mengubah Dania. Tapi bila ia bisa menahan diri lama-lama wanita itu akan meledak sendiri."Huh..." Zora menghela nafasnya, "Bener juga Nay, aku bener-bener gak abis fikir kenapa dia bisa jadi sejahat ini sama aku.""Mungkin selama
Hal ini sangat mengganggunya, rasanya malu terus mengeluh pada Naya, itu baru cerita Naya, 'apa kabar dengan Okta dan mas Agus ya?' batinnya dalam hati. Hari ini dia pulang lembur jam 10 malam, Affandra menjemputnya karna khawatir padahal hanya masuk gang sedikit saja, cuma ya kalo jalan sendiri di jam malam begini memang bahaya, walaupun jalan - jalan masih ramai Affandra sangat peduli, sedangkan Julian bukan gak peduli, tapi jaraknya cukup jauh dan rasanya gak perlu untuk selalu antar jemput, Zora mulai merasa merepotkan kekasihnya.Affandra terus memperhatikan Zora yang terdiam. "Kenapa sih?""Enggak." Jawabnya malas."Ada masalah di outlet?" Tanya Affandra penasaran."Engga sih, cuma lagi ada pikiran aja.""Apa sih yang dipikirin seorang Zora? Julian? Kenapa dia gak setia? Udah putus aja." Ledek Affandra"Apaan si." Balas Zora menatapnya sinis."Terus kenapa sih adik cantik, apa yang mengganggumu?""Kamu tau Naya? Tadi dia cerita sama aku soal hidupnya, seorang Naya harus bantu ke
Jam makan siang pun datang, Dania membawakan nasi kotak yang sedang di bagikan oleh para Crew. Dan Julian mengambilnya dengan ucapan terima kasih. Menu hari ini Dania yang memilihnya, daging teriyaki dan tumisan sayur, tentu dengan nasi. Dia juga memesan beberapa makanan ringan seperti kue-kue, gorengan dan es buah. Cukup mewah untuk menjamu lidah para crew."Ayo dimakan." Ajak Dania, yang di balas anggukan Julian. Tapi tak berselang berapa lama, ponsel Julian berdering, terlihat wajah Zora di ponselnya. Segera ia mengangkat telpon sambil mengunyah makanan yang telah ia masukan ke mulutnya."Halo sayang.. iya aku lagi makan siang dulu, kamu udah makan belum?" Tanya pria itu perhatian."Hari ini aku gak jemput dulu ya, kayanya aku lembur hari ini...."Dania tersenyum kecut mendengar suara manja itu terdengar samar dari ponsel Julian. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk merebut ponsel itu dan berbicara pada Zora. "Soalnya Julian lagi sama aku, kita lagi seneng-seneng" Ucap Dania memana
"Heru, kamu coba perhatikan juga anak muda itu dan bisnisnya, periksa semua saham dan kelemahan mereka setidaknya kita tau kalo mereka gak akan bisa melangkah lebih jauh.""Baik Tuan." Heru mengangguk patuh."Oke, pergilah." Heru segera beranjak dari ruang kerja Tuan Arnold. Ketika hendak membuka pintu Tuan Arnold kembali bertanya. "Dimana nyonya?"Dengan sigap Heru menjawab, "Harusnya sore ini Nyonya sedang berkuda tuan."Tuan Arnold berfikir sebentar, "Tolong siapkan juga kuda saya, saya segera menyusul nyonya.""Baik, Tuan." Angguk Heru penuh hormat segera meninggalkan ruangan.Sore ini langit sangat cerah, tanpa angin dan matahari yang begitu silau, beranjak menuju tempatnya kembali dengan perlahan. Deru tapak kuda mengalihkan perhatian sosok pria paruh baya tersebut, ia dikaruniai banyak hal yang semua orang ingin ada di posisinya.Harta yang melimpah, kekuasaan, dan Istri yang cantik. Lihat dia, Anita bahkan walau ia kini sudah mencapai 46 tahun kulitnya masih kencang dan masih
Karna produk yang sedang di kerjakannya kali ini sudah masuk proses shooting, tentu Julian membutuhkan lebih banyak suntikan uang, ia mengajukan beberapa proposal pada perusahaan investasi dan relasi bisnisnya untuk menjadi investor di perusahaannya.Sebuah telpon masuk dari nomer tak di kenal. "Halo Tuan Julian, saya mendapat kabar snack anda akan segera liris di iklan televisi ya? Apa masih butuh kerja sama investasi, saya berencana untuk invest di perusahan bapak.""Tentu Bu, kalau boleh tau dari mana ibu tau proyek ini?""Saya teman Adrian pak, beliau bilang ada perusahan bagus yang sedang berkembang."Julian segera ingat, ya Adrian adalah kawan semasa kuliahnya, sekarang sudah menjadi trader sukses. Dan juga salah satu investor di perusahaanya untuk beberapa tahun ini.Mereka mengadakan pertemuan hari itu juga untuk tanda tangan kontrak investasi, setelah membicarakan nominal yang disepakati dan deal untuk bekerja sama.Hanya di Cafe dekat wanita itu bekerja. Hera namanya, seoran
Tuan Arnold menyeringai melihat apa yang dikirimkan Heru dan segera menelpon untuk memberikan perintah."Terus awasi pria itu, dan lakukan tugas kalian, segera hubungi Sindy.""Siap Tuan," sahut suara di sebrang sana.Hari ini sebenarnya jadwal Zora libur, tapi ternyata Okta harus mengambil bagiannya, ia menjaga neneknya yang sebentar-sebentar sakit, berhubung ia belum mengambil libur Minggu ini dan berganti dengan libur milik Okta."Neneknya Okta sakit apa emang?" Tanya Zora penasaran."Kayanya darah tinggi deh, kalo kumat gak bisa bangun. Mana harus minum obat terus. Kasian banget Okta tuh, cuma anaknya aja periang padahal dia yang biayain neneknya tuh." Sahut Mas Agus.Zora mengangguk, "Cuma kabarnya kali ini neneknya masuk rumah sakit." Jelas Naya yang selalu berhubungan dengan Okta melalui WhatsApp."Okta bagian jagain, ibunya lembur kerja buat yang berobat neneknya.""Emang ayahnya kemana?""Okta mah yatim, adiknya 2, satu kakaknya perempuan udah nikah.""Yaampun." Lagi lagi kis
Keesokan hari Zora masih lembur karna Okta masih harus cuti sehari lagi katanya. Mereka sudah mengajukan pinjaman dan segera di ACC oleh Bu Novi. Membuat hatinya lega setidaknya walau gak punya uang, Zora bisa membantu dengan koneksinya.Julian datang untuk makan siang bersama di tempat Zora, berhubung dia masih akan selalu lembur dan gak ada kesempatan makan malam seperti biasanya."Aku mau paket 2 ayam 2 nasi aja yank." Pinta Julian pada Zora. "Oke!"Zora hanya membeli 1 porsi ayam dan nasi. Juga sebotol air mineral.Julian bercerita soal shooting dan perkembangan produknya, ia juga bercerita bagaimana banyak orang yang datang untuk berinvestasi padanya. Kali ini benar-benar sangat mujur dan sepertinya akan sukses besar.Zora tidak kalah senang mendengarnya, setidaknya ini adalah pencapaian yang bagus. Mungkin bila lebih baik lagi, kesempatan mereka untuk benar-benar bersama akan terbuka lebar, dan Papa juga akan merestui mereka karna kemampuan Julian."Ehem ehem ... Dimana pun kali
Affandra sangat bangga dan mengelus punggung tangannya lembut sambil mereka sering bertatapan penuh arti."Om Tante, aku pinjem Zora sebentar boleh?" Izin Affandra yang disambut baik kedua orang tua Zora.Affandra menggandeng tangan Zora untuk ikut bersamanya, ini hal yang baru ia lakukan lagi setelah sekian lama. Zora terus menatap tangannya yang di genggam orang yang selalu ia pikirkan setahun ini. Yang ia ingat terakhir kali memeluk tangannya saat ia demam malam itu. Dan kini genggaman itu kembali memberikan rasa aman.Affandra membawanya ke halaman tengah Villa mewah itu, dengan lampu-lampu redup, wajahnya bersinar."Aku sudah bilang untuk membuka blok di ponselmu." Kini Affandra cemberut."Aku sudah lama membukanya. Itu kamuu!""Mana ponselmu?" Affandra tak percaya karna ia masih tidak bisa menghubunginya.Ia membuka semua file block WhatsApp dan panggilan biasa. Ternyata ia masih menjadi daftar hitam dalam setingan ponsel. "Lihat?"Zora hanya tertawa, "Maaf, aku lupa soal yang i
Ia pulang dengan perasaan lega. Sepanjang jalan ia terus tersenyum. Sampai Tuan Arnold merasa heran. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada putri kita."Nyonya Anita langsung menoleh untuk melihat Zora yang tersipu malu. "Apa kau bertemu Affandra?"Zora mengangguk pelan dan tak ingin membahasnya, ia sangat malu. Sesampai di villa ia langsung masuk ke kamar dan menjadi gila. Sangat senang hingga tertawa sendiri. Tapi ponselnya belum juga berdering ia menunggu sampai malam dan tidak juga berdering. Menunggu membuatnya kecewa.Malam ini mereka makan malam di rumah, menunggu Affandra menghubunginya benar-benar membuatnya kesal. Jadi ia berhenti untuk menunggu dan pergi makan malam.Tepat saat makanan di hidangkan, bel berbunyi, ada seseorang yang datang, jadi Nyonya Anita membukanya."Halo Affandra." Sambut Nyonya Anita senang. Zora sudah duduk di meja makan mendengar nama itu disebut ia memejamkan mata dan seketika malu sekali.Tuan Arnold melihat expresi Zora yang berubah menjadi kep
Kenapa? Kenapa dia selalu melakukan ini? Bukankah pria itu kali ini datang, seperti keinginannya sebelumnya?Affandra masih mematung disana menatap punggung Zora yang menjauh.'ini adalah kesempatanmu bicara, setidaknya minta maaf atas perbuatannya yang sudah menyia-nyiakannya. Kau tidak boleh marah Zora, bila ia akhirnya bahagia dengan orang lain, harusnya kau ikut bahagian untuknya.' batin dirinya pada hatinya sendiri. Menghentikan langkah kakinya dan membuatnya menoleh ke belakang. Pria itu masih disana, menatap pantulan langit di lautan dan terpaku diam.Zora kembali berjalan menuju padanya, hingga pria itu sadar, Zora sudah ada di sisinya dan menoleh tanpa expresi."Aku sudah membuat banyak kesalahan kan?"Tanya Zora padanya.Affandra hanya meliriknya sekali, tidak ingin menjelaskan apapun. "Harusnya, aku ikut bahagia bila kau sudah menemukan hatimu untuk orang lain, karna ini kesalahanku sendiri," Zora menatapnya yang masih mendengarkan dengan tatapan lurus menatap horison."Ak
Ia segera membuang pandangan dari pria itu, bodoh sekali, apa dia melihatnya menangis? Itu sangat memalukan. Walau sudah mengakui perasaannya, di hadapan Affandra ia tidak ingin membuatnya besar kepala, ia tidak mau terlihat sedang merindukannya.Tapi sampai acara selesai, Affandra tidak sama sekali mengunjunginya. Ini adalah hal yang harus ia bayar, Zora melihat Affandra sedang mengobrol dan hendak menyapanya lebih dulu. Baru saja ia melangkah beberapa langkah, seorang anak umur 3 tahun berlari padanya, "Daddy, Daddy.." dengan sigap ia menggendong pria kecil tampan di pelukannya, mengecup pipi dan memberikannya sesuatu di tangannya. Seorang wanita cantik segera muncul juga menghampirinya, dan tertawa bersama, Zora mengenalnya, dia Amanda, salah satu putri dari teman ayahnya yang juga kaya raya, kabarnya ia Janda, dan akan segera menikah.Amanda mengobrol dengannya dengan lembut membersihkan sisa kue yang di makan putranya di jas milik Affandra dengan perhatian.Zora hanya merasa ten
Sering kali, ia mulai ingat, bagaimana Affandra adalah salah satu orang yang membuatnya menjalani hari-hari ini dengan baik. Bagaimana ia telah membimbing Zora menjadi lebih baik dalam memandang kehidupan yang sepenuhnya ia tidak mengerti. Entah dimana ia kali ini.Akhirnya Zora kembali ke Forte Grup, dengan sambutan semua orang. Rahasia Zora di Gavin Tect lalu terbongkar dan membuat gempar karyawan mereka, ternyata selama ini, orang yang sudah mereka tindas adalah putri seorang konglomerat."Gak mungkin. Gak mungkin." Nadya dari divisi keuangan Gavin Tect tidak percaya saat mendengar kabar itu. Wajahnya pucat apa dia sudah membuat kesalahan? Tapi Zora sama sekali tidak pernah mengungkit mereka , Zora yang semula selalu digosipkan hal-hal miring, untuk kali ini ia menerima banyak pujian. Ia sesekali berkunjung ke Gavin Tect yang menjadi salah satu perusahaan sahabat dalam berinovasi, semua orang dengan sopan memuji dan menyanjung.Kesuksesannya kali ini lebih dari kesuksesannya sebelu
Zora pulang dengan lesu, ini baru pukul 2 siang, tapi dia sangat butuh tidur, jadi begitu sampai dirumah ia langsung melempar diri ke tempat tidur dan memejamkan mata hingga magrib menjelang."Non, udah magrib, non" Bi Ima dengan lembut membangunkannya. Zora berbalik menggaruk wajahnya dan matanya masih rapat seolah lengket. "Non ayo solat dulu, terus makan malem sama tuan dan nyonya di bawah."Zora hanya mengangguk angguk tapi ia terlelap lagi. Kamar ini seolah punya daya magis yang selalu membuatnya nyaman.15 menit kemudian, Bi Ima kembali naik untuk membangunkannya lagi. Jadi dengan susah payah ia bangun dengan mata lengket. Bergegas mandi, solat magrib dan turun untuk makan malam.Hidangan rumahan yang lama tidak ia nikmati, jadi setiap pulang kerumah selalu merindukan masakan ibunya. Zora terlihat sangat menikmati hidangan yang membuat ibunya terus lebih sehat, Nyonya Anita juga jadi lebih mensyukuri kehadiran putrinya yang hilang hampir 2 tahun ini."Kau sudah kembali ke rumah
Yash mengawali hari yang baik, cuaca cukup cerah walau agak berangin memasuki bulan November, sarapan sesuatu yang lezat dan merasa hari ini harus ia lewati dengan baik.Dengan semangat paginya, ia menyapa beberapa karyawan dengan senyum hangat.Sampai ia masuk di ruangannya sendiri, melihat sekertarisnya sangat jelek dengan kantong mata di wajahnya yang lebih suram lagi bila terus di pandang."Apa ada sesuatu yang salah denganmu?" Bertanya heran dengan kecewa.Zora menatapnya bingung. Dan bertanya, "Apa terlihat ada yang salah?""Bercermin lah lihat seberapa buruk itu." Yash berdecak sambil memperhatikannya. "Pergi berdandan sana! Aku memulai hari yang sempurna, jadi jangan rusak dengan semua masalah di wajahmu. Sana!" Lalu melengos pergi menuju kantornya.Zora langsung melihat cermin, dan melihat riasannya baik-baik saja. Apa kurang tebal? Jadi dia bergegas ke kamar mandi untuk memperbaiki riasannya. Kantung mata memang terliha
Nyonya Anita tidak percaya ia menutup mulutnya yang terbuka karna terkejut. "Ada apa? Pasti Zora sangat menyinggungnya, anak ini benar-benar keras kepala!" Ada sedikit kemarahan yang tidak bisa disembunyikan diwajahnya. "Yang aku tau mereka sangat dekat Kak Dona, bahkan Affandra sangat sabar menunggu Zora. Kami bahkan makan malam bersama dan mereka sangat dekat."Dona berdeham, memperbaiki suaranya. "Aku benar-benar tidak mengerti, tapi beberapa hari ini tempramennya sangat buruk. Dia selalu diam. Mungkin kau bisa bicara pada Zora, tantang apa yang sebenarnya terjadi?"Anita mengangguk setuju. "Aku akan bicara padanya.""Sebenarnya, hari ini juga Affandra akan berpamitan untuk kembali ke San Fransisco bersama Kinan.""Bahkan ia memutuskan untuk pergi?" Anita sangat sedih mendengar kabar ini."Aku sangat tau bagaimana Affandra mencintai putrimu, walau sebenarnya aku sempat tidak rela mendengar kabar Zora yang selalu menolaknya." Dona menat
Akhirnya Nyonya Anita pun sudah mulai pulih dari sakitnya, dan dipersilakan untuk pulang. Direktur Fernando yang melayaninya sendiri."Tetap jaga kesehatan dan makanlah lebih banyak sayuran Nyonya." Ramahnya pada Nyonya Anita sambil mengantarnya ke lobi rumah sakit.Kali ini, Zora juga menemani ibunya untuk pulang dan sudah meletakan semua barang-barangnya dirumah."Zora ikut mama pulang kan?" Di dalam mobil, Nyonya Anita menyentuh punggung tangan putrinya lembut seraya memohon dan tersenyum."Aku sudah pindah dari kemarin, jadi aku akan menjaga mama mulai sekarang." Zora berkata lembut membalas senyum ibunya.Nyonya Anita menghela nafas. "Kenapa Affandra gak keliatan ya?""Mungkin sibuk mah, udah gak usah mikirin dia." Zora tersenyum pahit.Hari sudah siang, Tuan Arnold tidak bisa menjemput kali ini karna meeting penting dengan konsultan dari Filipina. Jadi Zora bertanggung jawab atas ibunya.Memasuki rumah bes