"Rayyan! Apa yang kalian lakukan?" Sentak wanita yang telah menemani Rayyan sejak mereka masih duduk di bangku SMA.Mala langsung menjauh dari atasannya. Wanita itu merutuki kebodohannya yang terhanyut oleh ciuman sang atasan."Ck, ganggu aja," batin Rayyan."Siapa dia?" tanya wanita itu penuh selidik."Udah, loe nggak perlu tahu. Kamu ngapain kesini?" tanya Rayyan."Gue kesini karena disuruh ama Nyokap loe," kesal wanita yang menjadi sahabat Rayyan itu."Maaf Tuan, Nyonya, saya permisi dulu," ujar Mala sambil tertunduk malu."Hei, siapa yang memperbolehkan kamu pergi? Siapa kamu? Dan kenapa kamu mencium calon suami aku?" Bentak wanita cantik itu pada Mala.Mata Rayyan melotot, dia kesal pada sahabatnya yang selalu mengaku kalau dia adalah suaminya. Biasanya Rayyan tak pernah peduli, karena memang dia merasa beruntung dengan pengakuan yang dibuat oleh Siska. Namun, tidak untuk saat ini, Rayyan sangat menyukai Mala, dan dia tidak rela Mala menjauh
"Huek … huek." Raina terus mengeluarkan isi perutnya. Sejak subuh tadi, perutnya terus bergejolak. Dia bahkan sampai harus ijin tidak membuka kantornya karena keadaannya.Rehan tidak dapat menemani sang istri karena hari ini dia ada 2 jadwal operasi."Sayang, bagaimana kalau kamu ikut aku saja ke rumah sakit?" ujar Rehan yang tak tega meninggalkan sang istri di rumah sendirian.Mereka memang tidak memiliki pembantu. Rehan selalu membantu Raina membersihkan rumah. Memasak Raina lakukan jika wanita itu tidak lelah. "Tidak perlu, aku tidak apa. Mungkin sedikit masuk angin. Daddy pergilah," ujar Raina."Aku khawatir kamu kenapa-napa?" ujar Rehan."Tidak Daddy …" Belum sempat Raina meneruskan kalimatnya, wanita itu sudah tak sadarkan diri.Untungnya, Rehan segera menangkapnya. Jadi wanita itu tidak sampai terjatuh di lantai."Ya Tuhan, kamu kenapa sebenarnya? Suhu tubuhmu juga hangat," gumam lelaki tampan itu.Rehan segera membawa sang istri ke rumah sakit. Sampai di UGD Rehan segera meng
"Selingkuh? Siapa yang selingkuh?" tanya Rehan bingung."Daddy. Sejak kapan Daddy selingkuh sama suster Weni?" Ketus Raina."Aku? Selingkuh sama suster Weni?" tunjuk Rehan pada dirinya."Iya, dia bilang kalau Daddy telepon dia setiap hari, bahkan ngasih makanan ama dia," ketus Raina.Rehan menepuk dahinya, lelaki itu sedikit kesal dengan Weni yang telah berkata jujur pada sang istri. Kini, dia bingung harus berkata apa pada sang istri."Dengerin penjelasan Daddy. Daddy itu nggak pernah telepon dia, kalau Mami nggak datang kesini" terang Rehan."Maksudnya gimana?" ketus Raina."Begini Mami sayang. Biasanya, kalau Daddy ada operasi, kan Mami suka nungguin Daddy di ruangan Daddy. Nah terus, Daddy pesen sama suster Wenny buat jagain Mami," aku Rehan."Jagain Mami gimana?" ketus Raina yang masih kesal dengan sang suami."Ya, Daddy bilang sama dia kalau jangan ada yang masuk ke ruangan Daddy kalau Mami ada di dalam. Mami tahu, kedatangan Mami ke sini aja sudah menggemparkan seluruh isi rumah
"Raina," pekik Rayyan."Iya, aku Raina," jawabnya."Kamu beneran Raina?" tanya Rayyan setengah tidak percaya."Aku memang Raina. Darimana Anda tahu namaku? Dan siapa Anda?" Ketus Raina."Mamiii … Mamiii," teriak Rayyan sambil berlari ke dalam."Ada apa Ray? Kenapa teriak-teriak?" omel Leona."Raina Mi, Raina," ujar Rayyan sambil menyodorkan gawainya pada sang Mama.DegJantung Leona berdegup kencang saat pandangan mereka bertemu. Leona mengucek matanya kemudian melihat kembali gawai sang putra."Raina Sayang, kamu masih hidup Nak," tangis Leona pun pecah.Ryu, dan Revan langsung mendekati sang Mama kemudian mengalihkan pandangannya ke arah gawai Rayyan.Raina terdiam. Dia seperti dejavu melihat wajah orang-orang yang bergantian melihatnya."A-pa ka-lian semua mengenalku?" tanya Raina bingung."Sayang, kamu tidak ingat sama Mami? tanya Leona diiringi isak tangis."Mami?" Raina kembali bertanya."Iya Sayang, wanita yang sedang menangis ini Mamimu, aku Papimu, ini Kakak pertamamu, dan itu
"Bajingan, apa yang kamu lakukan di kamar putriku, hah!" Ryu pun menghajar Rehan membabi buta, meski usianya sudah matang tapi tenaganya masih cukup kuat untuk membuat Rehan babak belur.Bugh bugh bugh bughDarah segar mengalir di bibir Rehan. Lelaki tampan itu tidak berani melawan, karena memang, dia bersalah dalam hal ini."Pi, sudah Pi, cukup," teriak Raina.Ryu lalu memukul perut Rehan sebagai akhir pukulannya. Lelaki itu hanya meringis, sambil menahan sakit di perutnya.Leona memegangi suaminya. "Sudah Pi, kita disini mau bertemu Raina, bukan berkelahi," tekan Leona.Kedua pasangan itu pun beralih memeluk putri kesayangan mereka. Mereka tidak menghiraukan Rehan yang tidak bisa bangkit karena kesakitan.Melihat sang putri ada di depannya membuat Leona menangis karena bahagia, ternyata, sang putri masih hidup."Bagaimana kabarmu Sayang?" tanya Leona seraya membelai rambut sang putri.'Nyaman' itulah yang dirasakan oleh Raina saat ini."Baik, Mi," ucap Raina canggung."Mana suamimu?
"Raina," pekik Rehan dan Revan bersamaan saat wanita itu kembali tak sadarkan diri.Rehan segera memeriksa keadaan istrinya. Merasa tidak ada hal yang aneh pada tubuh sang istri, lelaki itu pun bernafas lega."Apa dia tidak apa-apa?" tanya Revan."Tidak, dia hanya shock saja, sepertinya, dia kembali mendapatkan ingatannya," jawab Rehan."Hahaha, kalau dia sudah ingat semuanya, dia belum tentu mau padamu, apalagi dia tahu kalau yang menabrak dirinya adalah mantan istrimu. Bersiap-siap saja kamu dicampakkan," sinis Revan."Tidak, Raina mencintaiku, dia tidak akan mungkin meninggalkanku," ujar Rehan dengan pedenya."Heh! Anda tidak tahu saja, nanti setelah dia sadar, Anda bisa buktikan perkataanku," ujar Revan.Nayumi menghela nafas panjang mendengar perdebatan kedua lelaki beda usia itu. Mereka sudah seperti tom and jerry kalau bertemu.Rehan harap-harap cemas menunggu istrinya sadar. Dia takut kalau apa yang dikatakan Revan benar adanya.Setelah me
"Kakak menginginkan aku pergi?" tanya Raina.Rehan menangkup wajah sang istri. "Tentu tidak, kamu adalah hidupku. Bagaimana mungkin aku menyuruhmu untuk pergi? Justru yang aku takutkan, kamulah yang pergi meninggalkanku," jawab Rehan."Bukankah sudah pernah aku bilang, aku akan pergi kalau Kakak yang menyuruhku pergi," tekan Raina.Rehan pun memeluk sang istri. "Aku tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti itu," bisiknya.Dokter Zico masuk saat mereka berpelukan. Lelaki itu menatap keduanya dengan tatapan sinis. Apalagi saat tangan Rehan mulai kesana kemari, membuat dia semakin kesal."Ehem-ehem," dia sengaja membuat kedua orang itu melepaskan pelukannya.Wajahnya kini berubah menjadi ceria. "Selamat siang Nyonya Raina. Bagaimana kabarnya hari ini? Apa ada yang dikeluhkan?" tanya dokter Zico dengan senyuman manisnya."Baik Dokter, keadaan saya sudah lebih baik berkat obat dari Dokter," jawab Raina.Senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya membuat dokter tampan itu semakin tak b
Revan mendengus kesal mendengar perkataan Rehan. "Hei Pak Tua, Anda harus bisa menekan rasa cemburumu. Jangan menuduh orang sembarangan, kalau belum tahu kejadian pastinya. Ingat, kalau Anda masih suka cemburu yang berlebihan, suatu saat Raina akan meninggalkanmu."Raina lalu melambaikan tangannya. Saat sang suami sudah duduk di sampingnya, Raina mulai menjelaskan. "Tadi itu, Kak Revan makannya belepotan. Aku bersihin pakai tisu. Bukannya berciuman." Rehan kemudian melihat bekas tisu yang masih ada di tangan sang istri. Dia jadi merasa bersalah karena telah menuduh sang istri yang bukan-bukan."Maafkan aku," sesal Rehan."Rai, Kakak pulang dulu, besok kami semua akan kesini lagi menjemputmu pulang," kata Revan."Hati-hati Kak," ujar Raina.Revan mencium pucuk kepala sang adik sebelum lelaki itu pergi meninggalkannya. Rehan memandang punggung mantan menantunya penuh rasa bersalah. Benar apa yang dikatakan oleh Revan, dia kehilangan Leona karena rasa cemburunya yang berlebihan. Dan Reh