Share

LELAH

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

110

Setelah itu, hari-hari Mentari dipenuhi dengan kesibukan. Ditemani Samudra, ia harus mencari alamat orang-orang bawahan ayahnya yang memiliki kedudukan cukup vital di perusahaan. Ini sebagai langkah awal untuk mereka mulai membuka lagi perusahaan sang ayah.

Di sini, satu hal yang baru Mentari ketahui jika sebelum sang ayah meninggal, Samudra sudah banyak bicara dengan mertuanya itu. Ternyata ayahnya pernah meminta Samudra untuk melanjutkan perusahaannya.

Saat itu menurut Samudra, walaupun dengan bicara yang kurang lancar dan hanya berkomunikasi dengan tulisan yang juga kurang jelas, Bumi memberitahukan kepada Samudra tempat aman penyimpanan semua dokumen perusahaan. Semua data berisi arsip-arsip penting, juga data semua karyawan.

Karenanya kini mereka mulai bergerak mencari satu per satu karyawan yang memiliki kedudukan cukup vital, terutama mereka yang sudah memiliki loyalitas tinggi dan cukup lama mengabdi.

Entah di mana dan kapan Samudra mendapatkan semua dokumen itu. Satu lagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Asnidar Ummu Syifa
Mentari .... jadikan semua kata-kata penghinaan Benny sekeluarga sbg motivasi untuk berusaha & maju
goodnovel comment avatar
R Pontoh Humokor
ceritanya semakin banyak tantangan untuk tari,, semoga bisa menjalaninya
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
semangat jangan nyerah mentari u harus bisa buktikan sama Benny Bastian Novita klow u bisa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SUAMIKU PRIA PALING KEREN

    111 “Dan Benny akan tertawa senang jika tahu kamu menyerah secepat ini, Sayang. Dia akan semakin memandang rendah kita.” Mentari membuka mata dan mengerjap. Betul juga. “Sayang, makanya sejak awal kan, Mas juga sudah bilang kalau ini tidak akan mudah untuk kita. Mas tanya kamu dulu, dan kamu bilang siap. Tentu saja Mas siap membantu. Lalu apa kamu ingin menyerah secepat ini? Bahkan kita baru saja memulai.” “Bagaimana kalau kita gagal, Mas? Tenaga dan waktu kita terbuang percuma. Belum lagi uang Mas yang habis terpakai.” Samudra menelusupkan tangan di bawah kepala Mentari hingga mencapai pundaknya. Merangkul dan mengusapnya lembut penuh perasaan. “Apa dulu saat kamu merintis jadi seorang penulis langsung memiliki banyak pembaca seperti sekarang?” tanya Samudra lembut. “Langsung diterima sebuah aplikasi? Langsung disukai karyamu? Langsung mendapat uang?” Mentari menoleh dan menatap sang suami yang wajahnya sangat dekat, pria itu pun menoleh dan mengangkat alisnya. “Tentu saja tid

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KAGUM

    112Pembukaan kembali kantor milik ayah Mentari. Tidak ada acara besar apalagi meriah. Tidak ada potong tumpeng atau sejenisnya. Hanya acara sederhana yang dibuka dengan doa bersama yang dipimpin seorang ustadz. Setelahnya mereka langsung fokus untuk bekerja. Memulai lagi dari nol sambil membenahi sana sini. Untunglah mereka yang mau kembali, kooperatif dan memiliki loyalitas tinggi. Terlebih melihat kesungguhan Samudra dan Mentari.Mentari sendiri terus mengekori sang suami ke mana dan apa pun yang dikerjakannya. Karena sejatinya ia memang tidak tahu apa-apa. Ia nol di dunia ini, bahkan kenyataannya ia memang tidak pernah mengenal dunia kerja sama sekali. Ia tidak pernah bekerja di mana pun selama hidupnya. Karenanya hanya bisa terus memperlihatkan apa pun yang dilakukan suaminya tanpa banyak bertanya dulu. Bukan apa-apa, ia hanya takut merecoki dan membuat konsentrasi suaminya tidak fokus.Sekarang yang dilakukannya berusaha hanya mempelajari dari apa yang ia lihat dulu. Kecuali ada

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TIDAK HABIS PIKIR

    113“Apa yang Tante pikirkan?” Mentari tak habis pikir dengan tingkah ibu tirinya itu. Tak habis-habisnya wanita itu mengganggunya. Bahkan di hari pertama pembukaan perusahaan ini kembali.“Kamu tanya apa yang Tante pikirkan, Tari?” Yulia maju hingga jarak antara dirinya dan Mentari terkikis. Orang-orang yang tadi mengerubunginya, perlahan membubarkan diri. Membiarkan mereka saling berhadapan.Mentari memijat pelipisnya. “Tante, pleased! Tolong hormati almarhum ayah.” Sebenarnya Mentari tidak mau ribut.“Silakan pergi dari sini. Jangan mengacau, ini hari pertama aku dan suamiku membuka lagi perusahaan ayah. Jangan membuat masalah, Tante.”“Siapa yang ingin membuat masalah, Tari? Tante justru datang karena ingin membantu.” Raut wajah Yulia dibuat serius, bahkan sedikit memelas.“Tante yakin membangun lagi perusahaan yang sudah ditutup pastilah tidak mudah, karenanya mungkin Tante bisa menyumbang sedikit tenaga.”“Memangnya apa yang mau Tante lakukan di sini? Bukankah Tante tidak pernah

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   YULIA OH YULIA

    114“Kita harus bagaimana, Mas?” bisik Mentari sambil melirik wanita yang masih tersedu di sofa lobi. Kini mereka tengah berdiskusi dengan jarak sekitar lima meter dari tempat duduk wanita itu.“Sayang, di rumah kita cuma ada satu kamar tidur, kita tidak mungkin membawa ibu tiri kamu ke rumah kita.”“Iya, aku tahu, Mas. Lalu, kita harus bagaimana? Kita tidak mungkin kan, meninggalkan dia di sini? Kantor harus tutup dan harus dikunci. Masa iya dia suruh tidur di sini?”Samudra membuang napas kasar. Kedua tangannya bertolak di pinggang. Entahlah, ia tidak tahu kenapa wanita itu tiba-tiba saja merongrong hidup mereka. Padahal hari ini mereka berdua sudah sangat lelah, tapi masih harus ribet mengurus orang yang sebenarnya tidak penting.Ia sama sekali tidak menyalahkan Mentari, tapi juga tidak mungkin meninggalkan Yulia di sana sendiri.“Mas coba menelpon Bastian dulu,” pamit Samudra setelah berpikir beberapa saat.Mentari mengangguk sambil memperhatikan suaminya yang mengeluarkan ponsel

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BUKAN URUSAN KITA

    115“Makanlah, Tante. Tapi hati-hati jangan sampai tersedak,” ucap Mentari seraya mendekatkan mangkuk berisi ayam teriyaki ke hadapan Yulia.Di sini mereka sekarang. Duduk semeja bertiga di sebuah restoran. Tadi di dalam mobil, Yulia mengeluh perutnya lapar. Dan bukan hanya karena kasihan bila akhirnya Mentari dan Samudra mengajak wanita itu untuk makan, tetapi kenyataannya perut mereka juga minta diisi.Kesibukan di kantor dan kelelahan yang mereka bawa pulang, tak mungkin untuk Mentari harus masak sesampainya di rumah. Karenanya ia dan Samudra memutuskan untuk mampir makan. Mereka juga bukan manusia-manusia yang tidak punya hati. Meski tidak menyukai Yulia, tapi tidak mungkin membiarkan wanita itu kelaparan sementara mereka enak-enakkan makan.Terlebih mereka belum menemukan jalan keluar akan dibawa ke mana wanita itu.Yang membuat keduanya tidak habis pikir, Yulia langsung memesan banyak makanan begitu seorang waitress menghampiri dengan membawa buku menu. Tanpa rasa canggung atau

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ISTIMEWA

    116“Mas ganteng ….” Tangan Mentari bermain di sepanjang rahang Samudra. Malam ini mereka sudah bersiap untuk tidur. Mereka memilih istirahat lebih cepat karena sudah melewati hari yang melelahkan. Kesibukan di perusahaan, dilanjut dengan drama Yulia yang akhirnya mereka tinggal begitu saja di restoran, menyita banyak tenaga. Karenanya mereka memutuskan istirahat lebih awal. “Mas ganteng,” ulang Mentari. Kali ini bukan hanya rahang, tetapi jarinya menelusuri setiap inci wajah sang suami. “Sudah dari lahir,” jawab Samudra santai menanggapi pujian istrinya.“Terus, kalau udah ganteng dari lahir, kenapa kemarin ditutupi kegantengannya?”“Kenapa, kamu takut?” tanya Samudra dengan mengangkat sebelah alisnya. “Iyalah, takut. Siapa juga yang nggak takut lihat laki-laki gondrong, mukanya penuh bulu. Jadi seperti….”“Seperti apa? Makhluk jadi-jadian?” Kali ini kedua alis Samudra yang bergerak. Mentari tersipu, memang itulah yang ingin dikatakannya, hanya saja ia tak sampai hati. Pertemuan

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KAMU JAHAT!

    117Mentari menggeliat saat bell rumah terdengar berbunyi. Wanita itu terpaksa membuka mata walaupun masih ingin menikmati indahnya mimpi dalam nikmatnya tidur pagi ini.Tadi, setelah menunaikan kewajiban dua rakaat berjamaah bersama suaminya, mereka mengulang lagi percintaan karena Mentari terus merengek meminta tambah. Efeknya, saat dibangunkan untuk berangkat ke kantor, ia malah menyembunyikan dirinya di bawah selimut.“Masih ngantuk,” alasannya sambil mempertahankan selimut yang ditarik suaminya.“Tidak ikut ke kantor?” tanya Samudra yang hampir bosan membangunkan wanita di balik selimut itu. Bahkan setelah dibujuk, selimut itu tak jua terbuka.“Mas duluan aja. Nanti aku nyusul kalau udah enggak ngantuk lagi.” Jawaban Mentari di balik selimutnya, membuat Samudra menarik napas panjang dan menggelengkan kepala. Ternyata hanya sehari saja semangat berkobar di jiwa istrinya. Hari kedua bahkan sudah beralasan untuk datang terlambat. Namun, ia tidak memaksa. Pria itu sangat mengerti jik

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TIDAK PENTING

    118“Apa kamu sudah tidak waras?” Emosi Mentari terpancing. Pagi-pagi, kebangun terpaksa dengan kondisi mata masih mengantuk, lalu tiba-tiba ingin diserang, dan setelahnya harus mendengar tuduhan-tuduhan yang membuat panas telinga. Siapa yang tidak kesal?“Datang pagi-pagi ke sini hanya untuk mengeluarkan kata-kata sampah seperti itu? Apa menjadi istri dari pria kaya idamanmu sudah membuat otakmu berpindah ke lutut?” tanya Mentari dengaan kata-kata yang cukup kasar.“Pagi-pagi datang ke rumah orang lain hanya untuk mengumpat dan menghamburkan tuduhan yag tidak berdasar. Kamu sudah tidak waras.”“Kenapa, kamu tersinggung?” Novita mengangkat dagunya. Rasa sakit di tangannya ia kesampingkan. Ia pun tersulut emosi.“Itu memang kenyataannya, kan? Kamu, ayah dan ibumu sama saja. Kalian orang-orang yang tidak punya perasaan. Tidak punya empati.”“Dan kamu serta ibumu orang-orang yang tidak punya hati dan otak! Kalian berjiwa miskin!” Telunjuk Mentari menuding wajah Novita.“Apa maksud kamu?”

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status