Mommy Serena and Daddy Dante
“Kau yakin sayang tak mau menggunakan helikopter? Itu akan lebih cepat!” ujar Dante dengan tatapan yang cukup kesal karena tadi Serena yang mual mual di pesawat dan ingin cepat cepat sampai di Korea tapi kini malah dia yang menolak menggunakan helikopter padahal kan menggunakan mobil bisa terjebak macet.Serena menatap ke arah Dante sambil melipat kedua lengannya di dada. “Aku sangat bosan naik helikopter,” ucap Serena membuat suaminya itu menghembuskan napasnya kasar.Keduanya kini masih ada di bandara dengan pilot yang sudah menunggu daritadi karena Dante memang menyuruhnya standby di sana.“Oke! Oke jika kau tidak mau naik helikopter kita naik mobil saja,” ucapnya karene memang mobilpun sudah stand by disana untuk membawa koper kedua orang itu tapi jika kini Serena ingin naik mobil maka Dante harus mengusir supirnya karena jika ada istrinya harus dia yang menyetir mobilnya.“Ayo sayang…” ajak Dante sambil merangkul tubuh mungil Serena dengan tangan kirinya tapi wanita itu malah berh
Seoul, kota yang hidup dan penuh warna, menjadi saksi dari petualangan Serena dan Dante yang penuh cinta. Mereka berjalan di sepanjang jalan yang sibuk di dekat Myeongdong, di mana bau makanan khas Korea menggoda hidung mereka. Dante, yang biasanya tegas dan berhati-hati, merasa sedikit canggung di tengah keramaian yang memenuhi trotoar.Serena tertawa melihat ekspresi Dante yang sedikit kaku. "Tenanglah, sayang. Semuanya baik-baik saja. Aku hanya ingin mencoba beberapa makanan lezat di sekitar sini," ujar Serena tampak sangat bersemangat. Wajahnya berbinar bahagia saat melihat ada banyak sekali makanan di jalanan itu yang tidak pernah dia coba sebelumnya.Melihat itu Dante langsung mengacak-acak rambut Serena gemas. “Serena, kau tidak pura pura sakit kan saat di pesawat agar kau bisa lolos dariku?” Pertanyaan Dante membuat Serena berhenti berjalan. Dia langsung menatap Dante dengan senyum penuh arti karena memang di pesawat tadi Dante ingin melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda d
Dante duduk tegang di sofa hotel, matanya terus-menerus memeriksa pintu masuk, karena dia sedang menunggu dokter yang sudah dia pesan untuk datang dan memeriksa istrinya ke hotel ini, namun karena waktu belum menunjukkan pukul 9 pagi mungkin Dante harus lebih bersabar lagi karena seorang dokter pasti datang tepat waktu.Sementara itu pagi ini Serena kembali mual mual membuat Dante sangat khawatir oleh karena itulah dia menyuruh dokternya untuk datang pagi ini dengan bayaran yang sangat fantastis tentunya karena Dante memesan dokter paling terkenal dan terbaik di Korea Selatan yang jam sibuknya hampir melebihi Dante tapi dokter itu dengan senang hati mau menolong Dante hanya karena dia kenal dengan Dominic.Ya, Dominic sialan itu, dia memang punya banyak teman dokter dan Dante sudah membujuk dokter ini berkali kali tapi dia menolak karena dia tidak bisa dibeli dengan barapa banyakpun uang yang dia bayar tapi dokter itu langsung mau saat Dominic yang meminta tolong.Ajaib memang.Hal ini
Dante langsung bangun dari posisi tidurnya saat mendengar ucapan sekretaris Serena melalui telpon tadi. Dia menatap syok ke arah Serena yang memekik terkejut. Dante tak bisa menanyakan Serena apa yang terjadi karena dia masih berbicara dengan sekretarisnya itu melalui telpon sambil mengigit jarinya.Dante menatap kahwatir ke arah Serena yang berjalan mondar mandir di kamar mereka. Setelah ia merasa pembicaraan itu akan berakhir Dante langsung menghamprii istrinya dengan cepat.Jantungnya berdebar dengan sangat kencang saat melihat tatapan kahwatir, panik, dan ketakutan di wajah Serena. “Sayang ada apa?” tanya Dante dengan cepat tepat setelah Serena menutup panggilannya.Serena menghembuskan napasnya kasar sebelum mengucapkannya pada Dante. “Kita harus segera kembali ke Italia sekarang juga.” Serena berucap sambil berjalan melewati Dante dengan setengah berlari membuat Dante yang tak tau sama sekali maslaahnya langsung berlari mengejar istrinya itu keluar kamar.Dante mentap bingung Ser
Dante sejak tadi menggertakkan giginya menahan emosinya. Mata elangnya meneliti setiap geral gerik yang dia lihat melalui sebuah layar komputer. Telinganya disumpal dengan alat pendengaran yang bisa membuatnya menyadap penbiacaran dari ratusan kilometer jauhnya.Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri seperti meneliti setiap wajah yang ada di sana, sementara tangannya terus bergerak cepat menggeser mouse yang ada di atas meja itu. Beberapa orang berpakaian hitam hitam berdiri tegap dengan mata yang terus fokus menatap tuannya itu, tak berani bergerak, mengganggu bahkan tak berani mengalihkan tatapannya dari Dante.Ya, pria itu dengan seksama sedang menonton sesuatu yang sangat menarik baginya. Ekspresi wajahnya sangat sulit untuk dideskripskan, seperti seorang prajurit yang siap melempar anak panahnya detik itu juga dan yakin akan bisa melumpuhkan lawannya hanya dengan sekali tembakan.Aura psikopat yang dipancarkan Dante sangat kentara jika dia berada di lapangan tempurnya, sanag
Serena menghembuskan napasnya kasar, matanya menatap tajam ke arah wajah wajah para petinggi perusahaannya ini. Tidak disangka ternyata mereka semua sudah menunggu lama untuk melihat kehancuran Serena.Serena bisa melihatnya dari bagaimana wajah mereka terlihat tidak ada pembelaan sama sekali terhadap tuduhan media yang menyoroti bosnya ini. Sungguh, dia sudah percaya dengan orang yang salah.Serena mengehembuskan napasnya kasar, sambil mengusap rambutnya ke belakang lalu dia melepas kaca mata yang bertengger di matanya sejak tadi karena dia langsung melihat dokumen dokumen yang ada di sana sambil berbicara pada para petinggi itu.Terlihat ada garis hitam di bawah matanya, pertanda dia tidak bisa tidur sama sekali selama di pesawat karena memikirkna masalah ini. Perjalanan dari Korea Selatan ke Milan akan menjadi perjalanan terlama sepanjang hidupnya, karena dia mengejar hidup dan matinya dalam perjalanan itu.Dengan nada yang masih kentara dengan emosi Serena bertanya pada salah satu
Di ruang konferensi yang sama, beberapa bulan setelah pertemuan tegang antara Serena dan Nyonya Esier, suasana telah berubah. Serena duduk dengan sedikit lebih percaya diri kali ini, sementara Nyonya Esier tampak lebih ramah meskipun tetap tegas dalam sikapnya."Serena, saya mengakui ada kemajuan dalam departemen Anda dalam beberapa bulan terakhir," kata Nyonya Esier dengan nada yang lebih lunak dari sebelumnya.Serena tersenyum lega. "Terima kasih, Nyonya Esier. Kami telah bekerja keras untuk mengimplementasikan perubahan yang diperlukan dan fokus pada strategi yang lebih efektif."Nyonya Esier mengangguk. "Saya melihat adanya peningkatan dalam performa anggaran dan proyek-proyek inovatif baru yang sedang berjalan. Namun, saya ingin lebih banyak lagi. Kami memiliki potensi yang besar untuk tumbuh lebih cepat."Serena mengambil kesempatan ini untuk mengajukan proposalnya. "Nyonya Esier, dengan dukungan penuh dari Anda dan tim kami, saya yakin kami bisa mencapai target-target yang lebi
Serena berdiri dengan wajah yang terkejut saat pintu sepenuhnya terbuka. Seorang wanita anggun dengan gaya pakaian mewahnya yang sangat Serena kenali masuk. Dibelakang wanita itu, suaminya sendiri, Dante juga menambah keterkejutan Serena karena kehadirannya yang tiba-tiba itu.Seluruh dewan direksi perusahaan langsung berdiri dengan mendadak hingga menimbulkan decitan karena meja diseret dengan gerakan cepat. Semua orang sama terkejutnya saat ini dengan Serena.Tapi, Nyonya Eiser, wanita itu dengan tenangnya berjalan menuju ke arah Serena dengan seulas senyuman tipis di wajahnya.“Selamat siang, Nyonya Serena.” Nyonya Eiser mengulurkan tangannya di hadapan Serena yang masih mematung. Tapi, sepersekian detik kemudian, Serena langsung membalas uluran tangan wanita itu lalu tersenyum balik, walau otaknya belum bisa memproses apa yang terjadi saat ini.Nyonya Eiser, adalah salah satu petinggi paling elit di Serenity. Dia adalah konglomerat yang namanya sudah ada jauh sebelum Serena lahi