Sementara Satya kini tengah bersantai di apartemennya, Hanna baru saja selesai dengan pertemuan bisnisnya. "Nyonya, sudah waktunya makan malam apakah saya harus menelepon Tuan?" "Tidak perlu! Kita akan langsung pulang!" Tidak ada suara lagi setelahnya, mobil mewah berpelat khusus tersebut kini me
"Hanna!" Satya menjawab seraya menoleh ke arah suara. Wanita di depannya itu terlihat disapu kemurkaan yang sangat hebat. Untuk pertama kalinya, Satya bahkan bisa melihat dengan sangat jelas raut marah dipenuhi emosi pada wajah sang istri. "Tante, aku bisa jelaskan!" Satya segera sadar jika Hanna
"Main?" tanya Hanna.Satya tersenyum. Dia menatap Hanna dengan tulus ketika ia membimbingnya ke dalam kamar mandi yang penuh dengan aroma lavender. Dengan lembut, ia memandu Hanna ke dalam ruangan yang penuh dengan uap hangat dan gemerincing air pancuran."Kau harus rileks," ujar Satya, suaranya lem
Satya merasa bangga dengan keputusannya untuk menjadi dirinya sendiri, bahkan di lingkungan kerja di Soedibyo Group, tempat dia bekerja sebagai asisten pribadi istrinya, Hanna, yang juga merupakan Presiden Direktur perusahaan tersebut.Hari Senin pagi ini, Satya memasuki kantor dengan langkah mantap
Malam semakin menua, kota Jakarta yang sibuk kini semakin macet parah karena hujan lebat yang mengguyur sejak sore tadi. Medio November tahun ini, Satya masih berada di gedung Soedibyo Group menunggu sang istri selesai dengan meetingnya. "Kalian bisa menyelesaikan segera dan berikan padaku filenya
Hanna terbaring dalam kedamaian malam, hembusan napasnya yang tenang memenuhi ruangan kecil yang dia panggil tidurnya. Cahaya redup dari lampu kecil di samping tempat tidurnya menyoroti wajahnya yang damai. Dia sudah jatuh ke dalam alam mimpi yang dalam, tak menyadari kegiatan di sekitarnya.Namun,
Keesokan paginya, ketika cahaya mentari pertama mulai merayap masuk ke jendela kamar mereka, telepon berdering dengan derasnya. Suara gemetar Hanna mengangkat gagang telepon dengan cepat."Hallo?" sambutnya."Hanna, maaf telah mengganggu pagimu. Kami memiliki proyek mendesak yang membutuhkan sentuha
Di Bogor, hari-hari yang melelahkan telah dilewati Satya dalam menghadapi proyek yang rumit. Helaian-helaian berkas proyek masih tersebar di meja kerjanya, sementara kepala yang penuh beban mencari solusi atas kegagalan yang baru saja dialaminya. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya di pinggiran kota
Matahari pagi menyinari parkiran perusahaan dengan hangatnya. Satya turun dari mobilnya dengan pakaian formal yang rapi, siap memulai hari kerja yang baru. Langkahnya mantap menuju pintu masuk perusahaan, ketika tiba-tiba terdengar suara ceria yang memecah keheningan pagi."Hai, Papa!" teriak Hazel,
Satya merangkul Hanna dengan lembut, menyadari betapa lelahnya istrinya. Mereka berdua terbaring dalam keheningan, saat Satya mendekatkan bibirnya ke telinga Hanna. "Kamu hebat, Sayang. Terima kasih atas segala yang telah kamu lakukan hari ini. Aku sangat bersyukur memiliki kamu sebagai pasangan hi
"Tidurlah lagi, Hanna. Kau butuh istirahat yang cukup," kata Satya sambil menepuk lembut punggung Hanna. Hanna menggeleng lembut. "Tidak, aku ingin membantumu. Aku juga ingin menikmati momen bersama mereka." Satya tersenyum lembut, merasa begitu bersyukur memiliki seorang istri yang begitu peduli
Setiap pagi, cahaya matahari menyapa Satya dengan hangat di kamar tidurnya. Tawa kecil dari kedua bayi kembar yang terletak di tempat tidur mereka menggelitik hatinya. Dia memandang mereka dengan penuh kekaguman, seakan-akan melihat keajaiban yang tiada tara. "Hanna, lihatlah betapa indahnya pagi i
Pagi itu, suasana di ruangan bersalin terasa penuh haru dan kegembiraan. Hanna, wanita muda yang menjadi istri dari pewaris Soedibyo Group, sedang berjuang dalam proses kelahiran anak pertamanya. Dokter dan perawat bergerak cepat, memastikan bahwa semuanya berjalan lancar."Saya di sini, Hanna. Kamu
Kehadiran keluarga besar Soedibyo dalam acara baby shower Hanna menjadi sebuah penanda yang penting bagi Satya. Ini merupakan momen yang mengesankan karena keberadaannya yang diakui dan diterima sepenuhnya oleh keluarga besar kelas atas tersebut.Sebelumnya, Satya merasa sedikit cemas dan takut apak
Hari berganti menjadi minggu, dan minggu itu pun berubah menjadi bulan. Bagi Hanna, setiap detik yang berlalu adalah penuh dengan keajaiban. Dalam rahimnya, dua kehidupan kecil yang penuh dengan kebahagiaan terus tumbuh dengan sempurna. Setiap tendangan kecil yang dia rasakan menjadi pengingat akan
Meskipun melihat kondisi Hanna yang belum juga membaik, Satya merasa khawatir. Demam yang terus-menerus membuatnya semakin gelisah. Meskipun dokter sebelumnya memberikan penjelasan tentang penyebab demam, Satya tetap merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh guna mendapatkan informasi yang
Pagi itu, mentari mulai muncul dengan gemerlapnya, membangunkan Satya dari tidurnya yang nyenyak. Dia memandang istri tercintanya, Hanna, yang masih terlelap dengan damai di sampingnya. Dengan lembut, Satya mengusap mata Hanna dan mencium keningnya."Hanna, bangun sayang," bisik Satya dengan lembut