STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 19"Dina," Panggilku. Kubuka pintu itu dengan lebar.Dina dan Nur terperanjat mengatahui aku berdiri di ambang pintu. Wajah mereka tampak pucat, saling pandang satu sama lain dan tak berani menatapku."Keluar!" Aku bersidekap dan memerintahkan mereka untuk keluar. Lalu, Nur melangkah lebih dulu, kemudian Dina. Aku mundur beberapa langkah, memberikan mereka ruang untuk berdiri di hadapanku."Siapa Rustam?" Kutatap mereka yang sesekali melihatku lalu menunduk lagi.Mereka diam dan tak ada yang mau menjelaskan."Tidak ada yang mau bicara, ok! Ehm apa aku harus memanggil suamiku agar kalian bicara?""Ja-jangan, Bu. Nanti aku bisa dimarahi." Dina menempelkan kedua tangannya memohon.Sebenarnya aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya, aku agak terkejut mendengar Nur menyuruh Dina meminta uang pada Mas Yoga dan memberikan masukan untuk memberikan uang untuk orang yang bernama Rustam. Apa jangan-jangan nama yang ia sebut itu adalah lelaki
SBDSCS BAB 20STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 20"Om itu berambut panjang dan bergelombang, bertubuh kurus dan pakaiannya bau, Ma," jelas Raya. Bola matanya terus bergerak keatas kanan dan kiri seperti mengingat.Mendengar penjelasan Raya hatiku bertambah khawatir, orang itu pasti sudah menguntit Raya cukup lama, memperhatikannya, dan mengetahui kondisi dan kebiasaan Raya di sekolah. Aku yakin itu. Tapi kenapa ciri fisik yang disebutkan Raya itu mengingatkan aku pada seseorang, apa mungkin itu dia? Karena memang kebetulan sekali kemarin aku bertemu orang seperti itu. Ya, pasti itu dia. Mengingat kami tidak pernah mempunyai masalah yang serius pada orang. Aku bertambah yakin bukan orang-orang yang membenci keluargaku yang melakukan percobaan penculikan pada anakku Raya.Kasihan Raya, semoga anakku tidak mengalami trauma. Lalu kuiring Raya ke sofa untuk duduk. Mengambilkannya minuman air mineral agar ia lebih tenang."Raya tunggu di sini ya, mama mau pesan makan." Kuusap lembu
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 21 "Kalian mau kemana? Mama belum selesai bicara. Duduk!" Mama berteriak, hingga Dina dan Nur nampak olehku mengintip dari jauh. Mereka pasti ingin melihat anak menantu yang sedang berdebat dan bertengkar.Mas Yoga mengangguk padaku seolah memerintahkan aku duduk dan memberi kesempatan Mama untuk memarahiku lagi. Entah apa yang ingin Mama bicarakan lagi, hanya Tuhan yang tahu."Mama sudah membayar mahal untuk masalah ini, demi kalian juga mama melakukan ini semua. Apa kalian tidak mau mengerti, mama ingin Yoga mempunyai penerus dari darah dagingnya sendiri, ahli warisnya yang akan mengurus kalian nanti sudah tua."Naif sekali Mama mertuaku ini. Apa dia tidak pernah mendengar dari berita. Banyak kejadian anak kandung membuang orang tua mereka. Jika untuk alasan itu Mama memaksa Mas Yoga mempunyai keturunan itu salah besar.Aku tahu anak adalah anugerah terindah dalam hidup. Tetapi, hanya untuk sebagian orang dan sebagiannya menganggap anak adal
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 22Sontak aku berdiri mendengar nama Rustam."Jadi benar kamu punya masalah dengannya. Raya hampir diculik gara-gara kamu, Dina. Atau ... jangan-jangan memang kamu dalang dibalik rencana penculikan Raya.""Demi Tuhan, tidak, Bu. Aku juga korban pemerasan Rustam.""Apa maksudnya dia memeras kamu? Rahasia apa yang disimpan olehmu hingga sampai kamu dan Mama memberinya uang dalam jumlah besar?"Dina terdiam cukup lama. Ia terlihat gugup dan seperti hendak bekata lagi."Rustam itu ...." Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Dina tak jadi meneruskan bicara."Masuk!" teriakku.Icha muncul dari balik pintu. "Permisi, Bu. Maaf menggangu. Anak-anak sudah datang semua. Seperti jadwal pesanan yang Ibu chat sudah siap mulai dikerjakan.""Terima kasih, Icha. Kamu memang bisa diandalkan. Kalau begitu saya akan bersiap-siap pergi. Jika nanti ada kendala segera hubungi saya, ya!"Tadi malam sebelum tidur, aku memang mengirimkan pesan pada Icha, untuk datang lebih
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 23***"Indri." Lamat-lamat suara Mas Yoga membangunkanku.Syukurlah aku hanya bermimpi, bisik batinku. Berlahan mataku terbuka, tapi ini dimana? Aku meringis lalu menyentuh kening karena kepala terasa pusing."Mas Yoga, kita dimana?" tanyaku tanpa ingin melihat keberadaannya dan masih memijit kepala."kamu di rumah sakit." Terasa tubuh Mas Yoga memelukku."Di rumah sakit?" Kupindai ruangan di sekitarku. Walau masih terasa berat membuka mata. Tetap kupaksakan."Kamu harus kuat." Suara Mas Yoga terdengar berat. Lalu melepaskan pelukannya.Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padaku."Mas. Raya, Mama dan Papa. Itu artinya aku tidak mimpi?" Aku mendongak, lalu menatap wajah Mas Yoga untuk meminta jawabannya dengan cepat.Ia menggeleng, menatapku dengan wajah sendu. Saat kulihat matanya mulai berair, Mas Yoga memalingkan wajahnya dari tatapanku."Raya ...." Kusebut nama Raya dengan berteriak. Lalu kurasakan tubuhku mulai lemas kembali,
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 24"Ma, jangan bikin keributan. Indri sedang berkabung." Kudengar Mas Yoga berbisik pelan.Lalu Mama dan Mas Yoga ikut berdiri. "Niat mama baik loh, Yoga. tidak mungkin orang-orang di sini selalu datang setiap hari menemani serta menghiburnya, paling sampai tujuh hari, setelah itu mereka akan kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara kamu bekerja, di rumah ada Dina dan Yuna yang menemaninya." Mama terus saja berbicara, dia tidak peduli pada orang di sekitar yang memperhatikannya."Mas, tolong antar Mama pulang ke rumahnya!" pintaku. Aku tidak mau mendengar Mama terus saja menyebut nama Dina dan Yuna di rumah orangtuaku. Gara-gara mertuaku yang berisik, orang-orang melirikku sambil berbisik."Kamu ngusir mama, Ndri?" Mama bertambah marah."Bukan, hanya khawatir dengan kesehatan Mama, aku tidak mau Mama kelelahan, kulihat Mama dari tadi sibuk membantu mempersiapkan pengajian, lebih baik Mama istirahat dan pulang." Kucari alasan agar b
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 25POV: Yoga"Takut kehilangan. Tapi, Dina sampai saat ini belum kamu lepaskan," gumam Indri hampir tak terdengar olehku. Lalu ia mengambil selimut dan bantal."Apa perlu ada ucapan talak, toh pernikahan itu hanya di atas kertas," jawabku asal.Tanpa ada ucapan itu pun sebenarnya Dina juga akan pergi meninggalkan aku, sesuai perjanjian yang disepakati Mama. Tidak lama lagi. Jadi aku pikir ada atau tidak ucapan perpisahan, tidak akan berpengaruh apa-apa. "Pernikahan di atas kertas kok bisa punya anak?!" Lagi Indri menyindirku, lalu beranjak dan melangkah menuju keluar kamar.Itulah Indri, ia tidak akan mau melupakan kesalahan yang kuperbuat."Mau dibawa kemana selimut dan bantal itu?" tanyaku heran saat ia beranjak dan mulai melangkah ke arah pintu."Aku mau tidur di luar dengan yang lain, kamu tidur di kamar ini sendiri saja," jawabnya dengan ketus.Lalu ia menghilang di balik pintu. Aku mendengkus.Kadang aku berpikir, Indri--istriku itu apa
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 26***POV: Dina"Dina, apa dia sudah tidur?" Nur mengibaskan tangannya ke wajah Mas Yoga."Hem, trus dia mau kita apakan?" tanyaku gugup."Buka bajunya, kamu juga!" Nur menarik bajuku dengan kasar."Bu-buka? Di sini ...? Nanti kalau Bu Rini dan suaminya datang bagaimana?" Ku benarkan leher bajuku yang terkulai ke sebagian pundak."Sudah jangan banyak tanya, ikuti saja permainan ini!" Mendengar aku protes Nur menghardikku.Aku terperanjat. Kurasakan tubuhku gemetar."Cepat, jangan kebanyakan mikir!" bentaknya lagi."Tidak mau." Aku menggeleng."Kamu jangan b*d 0h, Dina. Kamu harus mempertahankan Pak Yoga, memangnya kamu mau, kembali tinggal di kontrakan sempit itu? Aku kasihan sama kamu dan Yuna, makanya merencanakan semua ini." Mata Nur membulat."Tidak. Aku tidak mau membuat orang yang aku cintai susah karena aku, Nur." Aku berubah pikiran akan rencana Nur."Terus, kalau Rustam datang minta uang lagi, memangnya siapa yang mau bayar? Aku? Ini
STRUK BELANJA DI SAKI CELANA SUAMIKUBAB 50"Kamu cari apa, Can?" tanya Tante Purnomo pada anaknya."Ini, Ma." Candra menunjukan benda kecil berbungkus kain velvet berwarna merah yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.Tante Purnomo mengambilnya lalu membuka kotak tersebut. " Masya Allah, cantik banget, Can. Ini untuk Mama?" tanya Tante Purnomo pada Mas Candra.Aku tersenyum melihat pemandangan indah itu. Begitupun Pak Purnomo dan Mas Candra.Jadi acara makan-makan ini untuk memberi kejutan pada Tante Purnomo? Ulang tahun kah? Atau ini acara perayaan pernikahan mama dan papanya Mas Candra?"Ehem! Mama ini, nggak malu sama Indri?" Kini Pak Purnomo yang angkat bicara."Nggak apa-apa kok, Pak. Anggap aja Indri nggak lihat," ucapku sambil tersenyum."Ih, Indri ini. Jangan panggil Papa dan Mama dengan panggilan Pak, Bu!" Tante purnomo mengulum senyum lalu meletakan kotak kecil tempat cincin indah di meja menghadap padaku tanpa ia tutup kembali."Cincinnya bagus Tante, pasti cocok
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 49"Siapa yang ingin kita temui, Mas?""Nanti kamu akan tahu."Aku merasa diriku tidak sedang baik-baik saja. Jika orang yang mau kami temui itu orang penting, rasanya tidak pantas aku mendampingi Mas Candra. Lebih baik aku ke toilet untuk mencuci muka. Agar nantinya terlihat segar kembali.Ketika sudah melewati pintu masuk restaurat, aku memberitahu Mas Canda untuk pergi lebih dulu menemui orang yang Mas Candra maksud."Aku ingin membasuh mukaku, Mas. Rasanya wajaku terlihat kusut."Mas candra tersenyum. "Mau aku antar?"Aku terkejut mendengarnya. " Masa iya Mas mau mengantarku ke toilet?""Bu-bukan begitu, aku mengantarnya sampai di depan pintu saja, bisa dikeroyok ibu-ibu kalau aku masuk ke toilet wanita, Indri." Wajah Mas Candra memerah.Sikap salah tingkah Mas Candra membuatku tersenyum simpul. Begitupun Mas Candra, senyumnya mengembang seketika saat senyumku menjadi tawa."Syukurlah, aku senang melihat kamu bisa tersenyum lagi, Indri. Bai
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 48"Mas, kamu!" Aku langsung berdiri ketika melihat sosok yang berdiri di hadapanku."Bu, mau aku panggilkan Andi?" tanya Icha. Icha sama kagetnya denganku. Aku mengangguk lalu Icha bergegas keluar."Tenang, Indri. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin sekedar bertemu denganmu. Salahkah aku mengkhawatirkan keadaanmu. Aku hanya ingin melihat apakah kamu baik-baik saja atau tidak. Susah payah aku mencari keneradaanmu, sengaja kah kamu meghindari aku?"Wajah Mas Yoga terlihat kusut, rambutnya sudah terlihat memanjang. Begitupun di bawah matanya, seperti ada bayang hitam. Ah, apa peduliku padanya. Aku sudah bukan siapa siapanya lagi kali ini."Kita sudah tidak ada hubungan lagi, Mas. Sekarang kita telah resmi berpisah. Buat apa kamu harus tahu urusanku? Aku minta kamu pergi dari sini! Sebelum Andi menarikmu keluar." Aku mengancam Mas Yoga.Dalam hati aku berharap agar Andi cepat datang. Aku tidak mau Mas Yoga berbuat hal yang tidak-tidak di r
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 47"Aku akan menelpon Mas Yoga supaya dia tau kamu ada di sini." Kuletakkan gelas dari tanganku ke meja.Dina menggeleng. "Aku mohon jangan, Bu!" Dina menempelkan kedua telapak tangannya untuk memohon."Indri ini sudah malam. Apa lebih baik kita selesaikan besok saja." Mas Candra memberi saran."Tidak, Mas. Lebih baik suaminya tahu. Ada istri dan anaknya di sini," jelasku pada Mas Candra."Tapi, Ndri. Apa ini tidak menyakitkan untukmu." Mas Candra berkata pelan.Aku menoleh pada Mas Candra. "Maksud Mas apa?" tanyaku."Bukan kah kamu dan Yoga sudah memutuskan bercerai? Jadi untuk apa lagi kamu mengurusi hidup Yoga?" Mas Yoga menatapku dalam.Ucapan Mas Candra sukses membuatku merasa tertampar. Mas Yoga bukan lagi bagian dari hidupku, jadi untuk apa aku harus ikut campur dengan masalah antara Dina, Mas Yoga dan Yuna.Benar juga kata Mas Candra, apa tidak akan menyakitkan melihat Dina, Mas Yoga dan Yuna bersama. Bukan aku tak rela. Tetapi, luka it
STRUK BELANJA DISAKU CELANA SUAMIKUBAB 46"Nanti saja jika kita punya waktu berdua. Sekarang di sini ada Candra." Bu Mila terkekeh.Mendengar ucapan Bu Mila wajah Mas Candra terlihat aneh, ia melirik pada Bu Mila lalu melirikku, begitu terus berkali-kali. "Rahasia apa, Bu? Kok aku nggak boleh dengar?" Mas Candra protes."Hais, mana boleh ngasih tau ke orang yang sedang ingin Ibu gosipi." Dari wajah Bu Mila terlihat senang menggoda Mas Candra.Ketika aku dan Mas Candra saling tatap karena aneh melihat sikap Bu Mila, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan ini."Masuk!" Teriak Bu Mila.Ternyata Sari--salah satu perawat anak-anak panti yang melakukan itu."Bu, ada tamu yang cari Bu Mila," ucap Sari. Aku menoleh ke arah Sari."Malam-malam begini? Suruh masuk saja!" Wajah Bu Mila berubah serius.Akhirnya Sari keluar ruangan ini, ia menuruti perintah Bu Mila untuk memangil tamu yang datang. Karena pintu tidak Sari tutup ketika ia masuk, aku dapat melihat punggung perempuan yang bertamu.
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 45POV: Indri"Bu, ada tamu yang mencari Ibu." Tiba-tiba Icha masuk tanpa permisi."Icha, kamu bikin aku kaget saja." Sungguh aku salah tingkah melihat Icha memergokiku sedang menopang dagu berlandaskan meja, karena terkejut itu pula, lah. Daguku terpeleset dari topangan tangan."Maaf, Bu. Tadi pintunya udah kuketuk, tapi, nggak ada jawaban dari Ibu. Ya, udah aku masuk." Icha menunjukan baris giginya.Aku menghela nafas. Lalu menanyakan siapa tamu yang Icha maksudkan."Mungkin pelanggan tetap Ibu barang kali.""Mana ada pelanggan tetap mau datang ke sini sebelum bikin janji. Apa jangan-jangan ada yang mau komplain masakan kita, Cha? Suruh tamu itu masuk ke ruangan saya, Cha!" Aku merapihkan meja yang tak berantakan, juga merapihkan blazerku hitamku. Icha pun segera keluar menuruti perintahku.Tak lama terdengar suara ketukkan pintu. Lalu muncul lah sang tamu yang Icha maksud."Selamat siang, Bu Indri!" Laki-laki berjas hitam berjalan mendekati
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 44POV: CANDRAAku tahu betul maksud ucapan Papa, yang sebenarnya hanyalah untuk pelampiasan emosinya saja, aku juga yakin, bahwa bukan gosip di kantor tempatku bekerja yang menjadi pemicunya menjadi tidak sadarkan diri, dan mengakibatkan ia berada di rumah sakit ini sekarang.Kalau boleh aku menjawab ucapan Papa, ingin sekali rasanya aku mengatakan bahwa jangan pernah mengungkit mendiang istriku yang sudah tiada. Tapi sayangnya, Papa sedang tidak sehat, aku tidak mau memperburuk keadaan Papa. Lebih baik kali ini aku yang mengalah. Dan tidak mematik emosinya."Maaf, Pa. Aku memang salah." Ucapan itu meluncur begitu saja, entah karena aku malas melayani kemarahan Papa atau kasihan atas kondisinya yang sedang tidak sehat.Papa tersenyum sinis."Benar apa yang di katakan Bu Mila," lanjutku lagi. Lalu aku duduk kembali di kursi dekat Papa."Bu Mila panti?" tanyanya."Ya, Bu Mila mengatakan aku dan Papa sama-sama keras kepala. Dan aku tidak mau disa
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 43POV: Candra***"Ma, bagaimana keadaan Papa sekarang?" tanyaku saat menemui Mama yang baru saja keluar kamar perawatan.Mama tidak menjawabku, malah menoleh pada Indri yang bediri di belakangku. Aku bergeser, agar Mama bisa lebih jelas melihat Indri."Malam, Bu Purnomo!" Sapa Indri sambil melangkah mendekati Mama, lalu mengulurkan tangan, Mama mengganguk."Apa kita pernah bertemu?" tanya Mama, Mama akhirnya menyambut uluran tangan Indri."Dulu sekali, Ma." Sengaja aku yang menjawab pertanyaan Mama.Mama menoleh padaku, lalu mengangkat alisnya. Kemudian tangan mereka berlahan merenggang dan terlepas."Indri, dia pernah aku bawa ke rumah ketika kami masih kuliah, ah, Mama pasti lupa," lanjutku."Oh ..., ya, ya. Mama ingat. Mama mana bisa lupa, itu bukanya pertama kali kamu membawa gadis untuk diperkenalkan ke Mama," seloroh Mama."Ehem." Sengaja aku berdehem agar Mama tidak membuka kartuku dimasa lalu.Kulihat Indri melirikku."Indri temani Ta
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 42POV: Candra"Maksud Bapak perempuan itu Indri istriku?""Indri? Apa kamu yakin Indri itu perempuan spesial yang pantas aku miliki?" Aku berbalik tanya."Kita sama-sama tahu, Pak. Indri memang perempuan intimewa. Aku masih mencintainya dan aku yakin Indri juga, cinta kami tidak akan berubah, masih sama seperti di masa kita kuliah dulu." Yoga mengangkat alisnya. Lalu tersenyum sinis.Yoga memang bersikap formal terhadapku di kantor ini. Padahal ia sebenarnya tidak perlu melakukan itu. Jujur aku lebih senang kalau ia mau menganggapku sebagai kawan lamanya."Aku setuju atas ucapanmu Yoga, Indri memang istimewa. Tapi, apa kamu yakin Indri masih mencintaimu?" Sengaja aku mengatakan itu, agar ia tahu aku tidak akan mau mengalah lagi kali ini.Pintu lift terbuka, kutinggalkan Yoga. Reaksi yang kudapat dari jawaban Yoga tidak membuatku puas. Malah membuatku insecure atas niatku mencari jawaban hati Indri padaku nanti.Tak kusangka ternyata Yoga menge