Share

Bapak

Pembicaraan bang Satria dan mas Amir semalam, selalu terngiang di telingaku. Hey, Nia, apa yang kau pikirkan? Bukankah kalian memang tidak memiliki hubungan apa pun, batinku.

*** 

Pukul tiga dini hari, keluarga iparku telah bersiap untuk pulang. Bela, yang masih menahan kantuknya, menyalami kami satu persatu. 

“Cucu Nenek, jaga kesehatan, ya,” emak menciumi tiap sudut wajah cucu satu-satunya itu, Bela memeluk erat emak. Emak menangis ketika Taufik berpamitan, ia menyalami seraya memeluk kaki emak. Semua yang melihat, mengeluarkan air mata.

“Mak, Taufik pergi, ya. Doakan Taufik bisa sukses, bisa membanggakan Emak, Bapak, dan Kak Nia,” ucapnya

“Iya, le. Emak ikhlas, pergilah, le, kejar cita-citamu, ya.” 

Bapak sedari tadi hanya diam, tidak mengeluarkan suaranya. Bapak hanya menepuk p

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status