STATUS WA ADIK IPARKU 15(Ah, bahagianya hidup ini, ketika si pengganggu tak ada lagi di dekatku. Satu pengganggu lagi, tinggal menunggu waktu)Foto Riris dan Radit lewat di status WA-ku. Riris tersenyum sumringah, sementara Radit hanya tampak punggung. Sepertinya adikku tak pernah membaca status WA maupun Facebook yang dibuat Riris. Radit memang menggunakan ponselnya hanya untuk komunikasi. Jika di rumah, benda itu bahkan hanya diletakkan begitu saja, kadang untuk mainan Kayla. Dia mungkin sudah terlalu lelah, hingga ketika ada waktu luang, lebih memilih beristirahat daripada main hape.Berbeda dengan Mas Reno, dia selalu memantau aktifitasku di sosial media, karena katanya, apapun yang kulakukan adalah tanggung jawabnya. Padahal kegiatanku di FB hanya mencari resep, membagikannya supaya tersimpan. Jadi ketika aku tidak di butik, resep itu bisa ku praktekkan. Sementara status WA-ku kebanyakan promosi pakaian dari butik. Selain offline, aku juga menjual baju-baju kualitas premium seca
STATUS WA ADIK IPARKU 16"Riris!"Aku dan Radit serempak menghentikan langkah. Di ambang pintu, Riris tampak berdiri di atas kursi. Sebuah jarik menjulur dari atas ventilasi, membentuk jerat yang siap mencekik lehernya. Dia menangis terisak-isak sambil mengalungkan kain jarik yang biasa digunakan Ibu untuk menggendong Kayla."Apa-apaan kamu?!" Bentak Radit.Riris menatap Radit dengan wajah nelangsa. Dia mungkin tak mengira bahwa kebusukannya terbongkar secepat ini."Kalau Mas nggak mau memaafkan aku, lebih baik aku mati saja. Biar hidup Mas nggak tenang karena terbayang-bayang kematianku."Riris berkata begitu sambil menangis terisak-isak. Air mata dan ingus berlomba turun membasahi wajahnya. Aku menatapnya, tersenyum sinis. Dalam keadaan seperti itu, dia malah mengancam Radit. Oke drama queen, kita lihat sampai dimana keberanianmu menggertak adikku."Aku nggak bisa, istri yang sudah berzina dengan lelaki lain, sah untuk diceraikan. Bahkan membunuh kalian berdua pun halal bagiku."Sua
STATUS WA ADIK IPARKU 17"Usia kehamilan dua belas minggu, janin dan ibunya sehat ya. Selamat Pak Radit."Dokter sp-OG yang memeriksa Riris tersenyum, namun wajahnya kemudian berubah setelah melihat lelaki di depannya, bukannya senang, malah tampak kaku. Sang dokter mungkin mengira bahwa adikku tak menginginkan kehamilan kedua istrinya. Dia tentu saja tak tahu.Setelah hasil pemeriksaan darah di klinik yang dilakukan oleh Dokter Nayla ternyata positif, dia meminta kami membawa Riris ke dokter kandungan untuk mengetahui usia kehamilannya secara pasti karena kliniknya adalah klinik umum, tak ada alat USG. Maka, setelah Riris siuman, tanpa menunggu lagi, malam ini juga kami membawa Riris ke praktek dokter sp-OG tempatku dan Mas Reno periksa. Dokternya hampir tutup karena sudah jam sepuluh malam, tapi Radit memaksa, bahkan memohon-mohon. Dan kini, reaksinya membuat sangat dokter emosi."Anda tidak menyukai kehamilan istri anda?"Radit masih diam, sementara Riris yang duduk sambil menunduk
STATUS WA ADIK IPARKU 18PoV RIRISAku memandangi mobil itu pergi dengan hati hancur. Musnah sudah harapanku mendapat maaf dari Mas Radit, kata talak telah terucap, dan dengan semua kesalahan yang telah kulakuan, aku tahu tak akan ada lagi celah bagiku untuk kembali.Semua ini karena Mbak Andin. Seandainya dia tak terlalu kepo dengan hidupku, ini semua tak akan terjadi."Masuk!"Aku tersentak, membalik tubuh dan mendapati wajah murka Mama, yang kutakutkan selama ini. Wajah yang membuatku nyaris tak pernah pulang.Aku masuk kembali ke dalam rumah dengan langkah gemetar. Mama langsung membanting pintu dengan keras, membuat kaca-kaca rumah terasa bergetar. Sama seperti hatiku yang mulai gentar."Dasar anak setan! Kau mau membuatku malu? Sejak dulu, kau hanya menyusahkan. Aku sudah senang kau menikahi orang kaya, pergi dari rumah ini dan tak perlu lagi berhubungan dengan kami. Tapi kau dipulangkan suami karena hamil anak orang. Sungguh memalukan. Kau melempar kotoran ke mukaku!"Aku menja
STATUS WA ADIK IPARKU 19PoV RIRISAku terbangun dengan linglung, merasakan cahaya lampu dari teras luar kamar menembus ke dalam. Aku berguling lagi, dan memejamkan mata kembali. Sesaat, aku masih merasa bahwa ini rumahku, rumah Ibu. Kuraba sisi kanan kasur, mencari Mas Radit. Bukankah dia kemarin masih di rumah? Tapi kosong. Aku justru terkejut mendapati rasa yang berbeda di tempat yang kutiduri. Seketika, aku melompat bangun, mengabaikan sedikit rasa tak nyaman di perut. Lalu menyadari, bahwa aku ada di tempat asing."Tidurlah, kau kelihatan sangat lelah. Nanti malam aku akan memanggil penghulu untuk menikahkan kita."Suara itu terngiang di telinga. Kalimat terakhir yang kudengar sebelum terlelap dan berakhir di alam mimpi. Rasanya, aku mendengarnya sudah sangat lama, tadi pagi, saat matahari baru saja akan naik. Dan ini sudah malam. Bagaimana aku bisa tidur selama ini?Aku berdiri, dan terhuyung-huyung karena pusing yang tiba-tiba menyergap. Dadaku berdegup kencang menyadari aku be
STATUS WA ADIK IPARKU 20PoV ANDIN"Katakan pada Kayla, bahwa Ibunya sudah mati."Suara itu penuh dendam. Aku tercekat sesaat, dan ketika tersadar, aku berlari mengejarnya. Dia baru saja masuk ke dalam sebuah mobil Alphard putih yang mulus. Entah apa yang terjadi padanya, dan siapa lelaki itu, yang jelas aku tahu bahwa Riris terpaksa pergi. Dia tadi berlari menghindari kejaran si lelaki, lalu kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran?Apapun itu, aku harus mencegah dia pergi. Sejahat-jahatnya dia, dia masih punya Kayla."Riris… Riris, buka pintunya."Mobil itu siap melaju. Sekilas, dari kaca jendela yang terbuka, seorang wanita setengah baya dengan penampilan elegan memeluknya. Wajah Riris yang kaku tanpa ekspresi itu lalu menghilang dibalik kaca jendela yang gelap. Namun di dalam ingatan, aku menyimpannya, menyimpan dua wajah terakhir yang kulihat.Apa yang terjadi denganmu, Ris? Bukankah seharusnya kau ada di rumahmu?Aku pulang dengan hati galau, setelah mengantarkan Ema dan Astrid kemb
STATUS WA ADIK IPARKU 21Suara bel panjang berbunyi, tanda berakhirnya jam belajar bagi anak-anak TK Pelangi. Aku berdiri, ketika ruang kelas paling ujung terbuka, Anak-anak yang baru saja melewati usia balita keluar dengan tertib. Satu persatu mencium tangan Bu Gurunya yang menunggu di depan pintu. Satu, dua, tiga… lalu, dia yang kutunggu muncul. Gadis kecil rupawan, dengan kulit sebening pualam dan rambut sebahu yang ikal seperti per, yang bergerak kesana kemari setiap kali dia bergerak. Mata bulat jernih itu mencari-cari, dan ketika dia melihatku, senyum secerah mentari terbit dari bibirnya yang mungil."Mama!"…Prang!Suara kaca pecah memenuhi gendang telinga, aku terlonjak bangun dengan dada berdegup kencang. Sosok gadis kecil itu sempurna menghilang. Ternyata aku hanya bermimpi. Mimpi yang sangat indah dan harus dibangunkan paksa oleh suara sesuatu yang kini membuat jantungku berdetak makin kencang.Aku meraih ponsel di atas nakas, melihat jam, ternyata baru saja lewat tengah m
STATUS WA ADIK IPARKU 22ENAM BULAN KEMUDIAN"Mas, kamu nggak beli alat test pack? Punyaku habis."Aku menyambut Mas Reno yang baru pulang dari kantor, membantunya membuka jas, mengendurkan dasi dan menyuruhnya duduk. Segelas jus tomat sudah menunggunya. Mas Reno tersenyum, melihat wajahku yang khawatir. Dia mengusap kepalaku sejenak. Diteguknya jus dalam gelas, lalu dia menepuk kursi di sebelahnya."Duduk dulu."Aku nyaris lupa nasehat Mama. Jangan minta apapun pada suami yang baru pulang kerja. Tapi rasanya aku tak sabar lagi. Baru kusadari bahwa aku terlambat bulan, meski hanya empat hari.Aku duduk di sampingnya. Menghirup aroma tubuhnya yang tetap segar meski seharian bekerja. Entah mengapa akhir-akhir ini aroma tubuhnya menjadi candu bagiku."Andin, bisakah kita hidup tanpa benda itu lagi?""Benda apa?" Aku memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya. Ah, kenapa rasanya nyaman sekali?"Benda yang baru saja kau tanyakan.""Testpack? Alat tes kehamilan?" Aku mengangkat kepala.Mas Ren
"Selamat Bu Andin. Usia kandungan sudah dua belas minggu ya. Wah, nantinya pasti akan jadi ramai nih. Seru banget."Dokter Budi, dokter Sp.OG langganan ku, memberi selamat. Dia adalah saksi perjuanganku mendapatkan buah hati saat bersama Mas Reno dulu. Dan kini, aku datang bersama Mas Ziyan. Sang dokter tak banyak bertanya. Dia profesional. Kebahagiaan pasiennya adalah fokus dirinya. Di luar itu bukan merupakan urusannya. Prinsip yang sangat kuhargai."Benar Dok. Allah ternyata begitu sayang padaku."Aku datang ke praktek dokter Budi dengan Formasi lengkap. Mas Ziyan, Aksa, dan juga ketiga gadis kecilku yang cantik. Tentu saja kami menjadi perhatian banyak orang. Dengan keempat anak yang masih kecil, dan aku kembali datang untuk periksa kehamilan.Aku hanya tersenyum membalas pandangan heran orang-orang. Tak perlu menjelaskan karena aku tak kenal mereka. Juga, tak perlu menjelaskan, karena ukuran kebahagiaanku dan mereka pasti berbeda.Ya. Aku bahagia, membayangkan masa tua bersamanya
STATUS WA ADIK IPARKU (ekstra part)Sahabat menjadi cinta. Apakah itu mungkin terjadi pada kami?Setahun lagi sudah berlalu. Semuanya baik baik saja. Aku bahagia tinggal bertiga bersama Ibu di rumah peninggalan Ayah. Radit dan Nayla bersikeras membayar harga rumah lamaku dengan Mas Reno untuk mereka tempati bertiga Kayla. Tadinya aku tak mau. Aku mempersilahkan mereka tinggal sampai kapan saja. Tapi Radit tak mau, sebagai lelaki, dia ingin memberi tempat tinggal bagi istrinya dengan cara membeli, bukan menumpang. Aku akhirnya setuju setelah melihat rumahku yang kutinggalkan berdebu. Rumah yang selama lima tahun menjadi istanaku.Aku memang tak pernah datang lagi setelah memindahkan semua barang yang kurasa perlu ke rumah Ibu. Setiap membuka pintunya, semua kenangan bersama Mas Reno Menghantam, membuat dadaku terasa sesak. Terutama ketika Aksa yang mulai pandai bicara ikut ikutan memanggil Radit Papa. Sedih tentu saja, karena aku tak bisa memberikan keluarga yang utuh pada putraku sa
Tak ada yang lebih membahagiakan melihat adikku akhirnya menikah lagi. Radit mengucapkan ijab kabul dengan tenang meski suaranya bergetar. Aku tahu dia mungkin teringat pada Riris dan pernikahan seumur jagungnya yang berakhir tragis. Kulihat mata Ibu berkaca-kaca. Apalagi setelah ijab kabul selesai, Nayla langsung menggendong Kayla, menciumi nya. Tapi peduli gaunnya yang cantik itu kusut.Keluarga Nayla yang turun temurun merupakan keluarga dokter, menerima kami dengan sangat baik. Mereka tak pernah mempermasalahkan status Radit yang duda beranak satu. Atau Ibu yang hanya hidup dengan pensiunan Ayah dan warung sembako nya. Atau aku yang janda tanpa status, yang saat ini masih menabung untuk membangun kembali butik. Mereka keluarga dokter yang kaya raya tapi bersahaja. Tak sekalipun kudengar kata-kata yang membuat kami berasa berbeda. Adik Nayla yang masih kuliah, seorang gadis cantik dan periang, bahkan langsung akrab dengan Kayla dan Aksa.Aku bahagia, tentu saja. Kebahagiaan orang-o
STATUS WA ADIK IPARKU 46Dia seorang wanita setengah baya berpakaian modis. Dengan setelan blazer putih dan tas branded yang dijinjing oleh kedua tangannya. Rambut pendeknya yang ikal kemerahan disisir dengan rapi, begitu juga make up yang pastinya ditata oleh penata rias profesional. Meski begitu, segala make up itu tampaknya tak mampu menutupi tanda-tanda penuaan di wajahnya. Saat aku tiba, dia tengah diinterogasi polisi. Sikapnya tenang, sama sekali tak gampak gentar meski telah terbukti dia lah penyebab kematian suaminya sendiri."Saya tidak pernah bermaksud membunuh suami saya, Pak. Yang seharusnya mati saat itu Riris, selingkuhnya. Bukan suami saya."Aku berdiri di belakangnya, mendengar dia bicara seperti tanpa merasa bersalah."Bapak bayangkan saja, suami saya memelihara wanita muda, menghamburkan uang untuknya. Siapa istri yang tak akan marah?""Harusnya Riris yang mati saat itu. Tapi tak masalah, toh dia akhirnya menemui ajal dengan cara yang tak kalah tragis. Putri saya Zha
Adek! Adek Aksa!"Suara Kayla yang ceria terdengar dari luar, lalu langkah kaki kecilnya yang melompat-lompat itu mulai mendekat. Tak lama, wajah mungil muncul dari balik pintu."Adek Aksa tidur?"Dia bertanya sambil berbisik. Aku menggelneg sambil tersenyum. "Nggak, kan baru habis mandi. Kayla dari mana?" Aku bertanya sambil menakainkan Aksa kaus kaki, lalu menggendongnya dan berjalan ke depan. Ada Nayla yang tengah mengukur tensi darah Ibu.Ah, kasihan Ibu. Masalah Radit dan Riris yang menguras air mata Ibu baru saja selesai. Baru saja kering mata tua itu, kini, aku hendak menambahinya lagi dengan masalah."Tensi Ibu agak rendah Mbak."Aku mendesah, merasa bersalah karena sudah lama justru Ibu yang mengurusku.Aku memperhatikan mata Radit yang tak lepas dari tangan cekatan Nayla. Setelah menyimpan lagi alat pengukur tensi, Nayla mengusap usap lengan Ibu."Jangan banyak pikiran Bu. Semua akan baik-baik saja."Aku terenyuh. Bagaimana Ibu akan baik-baik saja, jika satu anak menjadi du
STATUS WA ADIK IPARKU 45Bolehkah aku menangis lagi Ya Allah?Ternyata ada hal yang juga sama menyakitkannya dengan dikhianati, yaitu dibohongi. Pemakaman Vira sudah selesai, dan aku sama sekali tak mau menghadirinya. Bukan karena dendam, tapi karena aku tak ingin melihat wajah Mas Reno yang amat berduka. Pantas saja dulu, Mas Reno tampak biasa saja saat Vira dimakamkan. Tentu karena dia tahu yang dimakamkan bukanlah Vira, tapi bayinya. Aku bisa mengerti karena Vira dulunya adalah adik yang sangat dia sayangi. Tapi kebohongan terakhir yang dia lakukan, yaitu menutupi kematian Vira akibatnya sangat fatal. Aku masih bersyukur Vira hanya membakar butikku. Sungguh tak bisa kubayangkan jika dia mencelakai Aksa. Mungkin saja aku bisa menjadi pembunuh."Andin, makan, Nak. Kau butuh tenaga dan juga ASI untuk Aksa."Ibu meletakkan sepiring makanan di depanku. Aku menghapus mataku yang basah, mengusap dada, mencoba menyembuhkan rasa nyeri di dalam hati. Sudah tiga hari Mas Reno di rumah Mama,
Dia lantas menunjuk makam di sebelahnya."Di dalam sini, bayiku terkubur. Aku harus menjadi orang lain gara-gara kalian!""Kau memanipulasi kematianmu. Itu sebuah kejahatan."Vira tersenyum culas. "Itu bukan urusan kalian.""Jelas jadi urusanku karena kau pasti tahu sebabnya sampai butikku terbakar."Gadis itu menelan ludah. Dia mundur hingga kakinya menabrak nisan. Ternyata dia hanya bisa mengubah wajahnya, tapi tidak cara berpikirnya yang ceroboh itu. Mas Reno menatap adik angkatnya itu dengah pandangan sedih."Ayo ikut, kau harus bertanggungjawab atas perbuatanmu."Lalu tiba-tiba, kurasakan benda dingin menempel di kepalaku. Disertai sebuah suara berat."Tidak ada yang boleh membawa Nona Tania pergi."…"Kalian salah. Semua pelaku kejahatan harus berakhir di penjara."Seperti adegan film, dimana kami semua adalah pemerannya. Aku berbalik begitu mendengar suara Zi. Kini di hadapanku, tampak seorang lelaki, mengangkat tangannya setelah menjatuhkan pisaunya ke tanah. Sementara di bel
STATUS WA ADIK IPARKU 44Rumah itu megah sekali, besar dan sangat mewah. Pagarnya saja sepertinya cukup untuk membangun satu rumah sederhana, belum lagi pilar-pilarnya yang tinggi. Jarak antara pagar dan teras cukup jauh sehingga aku tak dapat melihat pintu berukir yang pasti sama mahalnya. Halamannya ditanami rumput Jepang, dengan bunga-bunga yang tak semuanya tumbuh di Indonesia. Dan di sudut halaman, ada kandang berisi burung-burung yang cantik. Begitu mobil kami berhenti di depan pos satpam, seorang lelaki berseragam coklat langsung berlari menghampiri. Dia berdiri di balik pagar mewah itu, menatap dengan curiga. Tubuh tegap dan rambut cepak membuatku menduga bahwa mungkin dia mantan tentara. "Cari siapa?""Apa benar ini rumah Nyonya Arlene?"Lelaki itu menatap Mas Reno cukup lama."Benar. Ada keperluan apa dengan Nyonya?""Kami ingin bertemu putri Nyonya yang baru datang dari luar negeri. Namanya Vira."Wajah itu langsung berubah. Jika dia tadi tampak curiga, kini dia menampilka
Kau bilang waktu itu bahwa kau tak mengenalnya, Ndin.""Zi. Dia ibu kandung Vira. Dia yang membawa jenazah Vira. Aku curiga dia memalsukan kematian Vira. Vira masih hidup!"Di seberang sana, kudengar suara Zi mendesah. Aku tahu dia tak suka mendengarku seperti ini karena akan membuatku berada dalam bahaya. Tapi sungguh aku tak bisa diam saja. Jika Vira masih hidup, maka kemungkinan besar aku tahu siapa yang bertanggung jawab membakar butikku. 'Nikmati saja hidupmu saat ini, kebahagiaan yang kau miliki saat ini. Tunggulah, aku akan membuat kejutan untukmu.'Kata-kata Vira saat aku menemuinya di tahanan waktu itu kembali terngiang. Inikah kejutan yang dia maksud? Atau… ini hanya peringatan dan dia telah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi?"Zi, tolong cari alamat Nyonya Arlene. Ini pasti bukan hal sulit untukmu.""Memang, tapi akan menyulitkan hidupmu. Biar aku bicara dengan Reno. Kau baru saja melahirkan.""Sudah lewat seminggu, Zi. Aku sudah sembuh.""Keras kepala."Aku meringis