STATUS WA ADIK IPARKU 21Suara bel panjang berbunyi, tanda berakhirnya jam belajar bagi anak-anak TK Pelangi. Aku berdiri, ketika ruang kelas paling ujung terbuka, Anak-anak yang baru saja melewati usia balita keluar dengan tertib. Satu persatu mencium tangan Bu Gurunya yang menunggu di depan pintu. Satu, dua, tiga… lalu, dia yang kutunggu muncul. Gadis kecil rupawan, dengan kulit sebening pualam dan rambut sebahu yang ikal seperti per, yang bergerak kesana kemari setiap kali dia bergerak. Mata bulat jernih itu mencari-cari, dan ketika dia melihatku, senyum secerah mentari terbit dari bibirnya yang mungil."Mama!"…Prang!Suara kaca pecah memenuhi gendang telinga, aku terlonjak bangun dengan dada berdegup kencang. Sosok gadis kecil itu sempurna menghilang. Ternyata aku hanya bermimpi. Mimpi yang sangat indah dan harus dibangunkan paksa oleh suara sesuatu yang kini membuat jantungku berdetak makin kencang.Aku meraih ponsel di atas nakas, melihat jam, ternyata baru saja lewat tengah m
STATUS WA ADIK IPARKU 22ENAM BULAN KEMUDIAN"Mas, kamu nggak beli alat test pack? Punyaku habis."Aku menyambut Mas Reno yang baru pulang dari kantor, membantunya membuka jas, mengendurkan dasi dan menyuruhnya duduk. Segelas jus tomat sudah menunggunya. Mas Reno tersenyum, melihat wajahku yang khawatir. Dia mengusap kepalaku sejenak. Diteguknya jus dalam gelas, lalu dia menepuk kursi di sebelahnya."Duduk dulu."Aku nyaris lupa nasehat Mama. Jangan minta apapun pada suami yang baru pulang kerja. Tapi rasanya aku tak sabar lagi. Baru kusadari bahwa aku terlambat bulan, meski hanya empat hari.Aku duduk di sampingnya. Menghirup aroma tubuhnya yang tetap segar meski seharian bekerja. Entah mengapa akhir-akhir ini aroma tubuhnya menjadi candu bagiku."Andin, bisakah kita hidup tanpa benda itu lagi?""Benda apa?" Aku memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya. Ah, kenapa rasanya nyaman sekali?"Benda yang baru saja kau tanyakan.""Testpack? Alat tes kehamilan?" Aku mengangkat kepala.Mas Ren
STATUS WA ADIK IPARKU 23Aku mulai mengurangi kegiatan di Butik, lebih banyak berada di rumah. Meski belum memastikan kandungan ke dokter, aku berusaha menjaga diriku sendiri. Minum susu hamil, lebih banyak makan buah, sayur dan segala protein. Aku mencari referensi dari internet bagaimana sebaiknya jika seorang ibu hamil muda. Sejauh ini, aku tak mengalami kendala. Mual muntah hanya kualami ketika aku melihat hal-hal yang menjijikkan. Aku merasa sehat, segar dan bugar. Sungguh, luar biasa Allah merencanakan semua ini bagiku.Satu hal yang sangat aneh adalah, aroma Mas Reno menjadi candu. Dia jadi lebih sering pulang ke rumah karena aku kerap meneleponnya. Aku tak bisa menahan diri jika tiba-tiba saja aku ingin dipeluk, ingin menghirup aroma tubuhnya. Tidur bersembunyi dalam pelukannya adalah hobiku. Untung saja kantor Mas Reno dekat. Dia jadi pulang setiap istirahat siang, hanya sekedar untuk memelukku.Dan ketika dua minggu kemudian kami pergi ke dokter Budi, dokter yang dulu menjad
STATUS WA ADIK IPARKU 24Riris?Aku duduk tegak, sempurna membuka mata. Kata Ibunya, Riris pergi ke rumah Hendra dan minta pertanggungjawaban. Tapi saat aku ke kontrakannya mencari Riris, Hendra bahkan sudah pingsan. Mereka lalu menghilang, tak bisa kutemui. Aku sendiri tak pernah ingin mengunjungi diskotik untuk mencarinya. Tempat itu membuatku ngeri. Dan kini, berita kematiannya menimbulkan badai di dada.Lalu aku teringat pada istri Hendra, wanita bertubuh gendut dengan besar bergelambir yang penuh lemak. Apakah dia bisa menerima kenyataan suaminya menghamili perempuan lain dan minta dinikahi? Benarkah Riris akhirnya menikah dengan Hendra? "Hey, jangan terlalu dicemaskan. Berita pembunuhan terjadi setiap hari di seluruh dunia.""Ya tapi ini dekat sekali dengan tempat kita tinggal, Mas. Dan Mas tahu siapa Hendra itu?"Mas Reno menggeleng, memaksaku mematikan ponsel dan menyimpannya. "Dia lelaki yang menghamili Riris.""Apa?"Aku memang tak pernah memberi tahu Mas Reno detail kejad
STATUS WA ADIK IPARKU 25Aku menarik nafas lega. Terasa ada oksigen yang mengalir dengan sejuk ke dalam rongga dada. Menatap wanita itu, si tersangka yang melangkah ke arahku dengan kaki gemuknya yang gemetar. Peluh menghiasi wajahnya yang bulat, menetes-netes, sebagian mengaliri leher bulat yang penuh lipatan lemak. Mata hitam bersinar tajam yang tersembunyi dibalik lipatan kelopak matanya memandangku. Lengan bergelambirnya tertutup oleh kemeja orange yang tampak kesempitan. Dia langsung mengenaliku di saat pertama kami bertemu."Untuk apa kau datang kesini?""Aku…" Aku kehilangan kata-kata.Perempuan itu mengusap penuhnya dengan telapak tangan. "Aku telah mengakui kalau aku membunuh bajingan itu. Dia terus tidur dengan perempuan mana saja, dan tak pernah lagi memberiku uang. Manusia tak berguna, pelacur lelaki, dia pantas mati."Aku bergidik, tak sanggup berkata-kata. Kutahan sekuat tenaga perutku yang mual. Sesaat, aku kebingungan hendak mengatakan apa padanya. "Apa kau mengenal
STATUS WA ADIK IPARKU 26PoV RIRISAku menutup kaca mobil ketika kulihat Mas Reno turun hendak menutup pagar. Segera kusuruh sopir taksi yang membawaku untuk pergi. Hatiku gerimis, hati yang penuh luka dan benci itu tiba-tiba saja luluh melihat pemandangan yang baru saja melintas di depan mataku. Mbak Andin turun dari mobil sambil menggendong Kayla, disampingnya Ibu ikut berjalan sambil memegangi tas kecil milik Kayla yang biasanya diisi Ibu dengan snack kesukaannya. Aku mengikuti mereka sejak pagi. Sejak Kayla dibawa pergi ke klinik hingga pulang lagi. Anakku sakit, dan didalam sini hatiku ikut sakit. Sakit rasanya melihat orang yang sangat kubenci, menyayangi anakku sedemikian rupa.Seharusnya, aku ada di rumah ini, hidup bahagia bersama anak dan Ibu mertuaku yang baik hati, menunggu kepulangan suami yang kucintai setiap tiga bulan sekali. Tapi aku terlalu menuruti hawa nafsu setan hingga menjadi seperti ini. Aku tahu, aku yang salah, namun egoku terus menyalahkan Mbak Andin atas s
STATUS WA IPARKUPoV ANDINAku meletakkan piring dari hidangan terakhir yang kumasak untuk makan malam. Kerang saus padang. Di meja sudah ada udang goreng tepung, cah pokcoy saus tiram dan selada serta sambal. Tak ketinggalan tahu krispi kesukaan Mas Reno. Tak seperti Ibu yang alergi makanan laut, aku pecinta berat hidangan itu. Sejak kecil, Ibu memperkenalkan kami dengan semua jenis makanan, meski beliau sendiri tak memakannya."Wah, aromanya sedap banget masakan kamu. Nggak perlu ke warung Mas Jo lagi, nih." Warung seafood Mas Jo, andalan saat aku malas masak. Aku tertawa kecil."Sejak hamil, aku tambah doyan seafood Mas, nggak apa-apa kan?""Nggak apa-apa. Yang penting masaknya sempurna."Aku tersenyum."Sebentar, aku panggil Vira dulu."Aku meninggalkan Mas Reno sendiri, melangkah ke kamar depan. Sejak kedatangannya tadi sore, Vira sama sekali tak keluar kamar. Terdengar suara musik dari dalam. Aku mengetuk pintu kamarnya cukup keras, khawatir suaranya tak terdengar. "Ada apa si
STATUS WA ADIK IPARKU 28Riris mengawasi rumah Ibu. Secara sembunyi-sembunyi dia datang, demi bisa melihat Kayla. Oh, betapa menyedihkannya. Perutnya rata, aku tak mau menebak nebak apa yang terjadi dengan kehamilannya yang kedua, tapi dia tetaplah satu-satunya Ibu bagi Kayla.Aku ingin membantunya, tapi dia menolak, sementara aku sendiri harus lebih fokus pada kehamilanku. Aku berada dalam dilema, dan hanya Allah satu-satunya tempatku bergantung.Nyaris tengah malam, aku dikejutkan oleh dering telepon yang tak henti-henti dari ponselku. Aku melonjak, meraih ponsel yang kuletakkan jauh di atas nakas. Mengerutkan kening sejenak, aku terkejut melihat Mama yang menelepon. Sejak Riris tinggal di rumahku, baru inilah Mama menghubungi, padahal sudah dua hari. Dua hari juga aku mengungsi ke rumah Ibu, membiarkan Mas Reno mengurus adiknya. Kadang, Mas Reno pulang ke sini menemuiku. Tapi adiknya terus menerus menelepon. Vira sangat manja pada Mas Reno dan sejauh ini belum ada titik terang dima
"Selamat Bu Andin. Usia kandungan sudah dua belas minggu ya. Wah, nantinya pasti akan jadi ramai nih. Seru banget."Dokter Budi, dokter Sp.OG langganan ku, memberi selamat. Dia adalah saksi perjuanganku mendapatkan buah hati saat bersama Mas Reno dulu. Dan kini, aku datang bersama Mas Ziyan. Sang dokter tak banyak bertanya. Dia profesional. Kebahagiaan pasiennya adalah fokus dirinya. Di luar itu bukan merupakan urusannya. Prinsip yang sangat kuhargai."Benar Dok. Allah ternyata begitu sayang padaku."Aku datang ke praktek dokter Budi dengan Formasi lengkap. Mas Ziyan, Aksa, dan juga ketiga gadis kecilku yang cantik. Tentu saja kami menjadi perhatian banyak orang. Dengan keempat anak yang masih kecil, dan aku kembali datang untuk periksa kehamilan.Aku hanya tersenyum membalas pandangan heran orang-orang. Tak perlu menjelaskan karena aku tak kenal mereka. Juga, tak perlu menjelaskan, karena ukuran kebahagiaanku dan mereka pasti berbeda.Ya. Aku bahagia, membayangkan masa tua bersamanya
STATUS WA ADIK IPARKU (ekstra part)Sahabat menjadi cinta. Apakah itu mungkin terjadi pada kami?Setahun lagi sudah berlalu. Semuanya baik baik saja. Aku bahagia tinggal bertiga bersama Ibu di rumah peninggalan Ayah. Radit dan Nayla bersikeras membayar harga rumah lamaku dengan Mas Reno untuk mereka tempati bertiga Kayla. Tadinya aku tak mau. Aku mempersilahkan mereka tinggal sampai kapan saja. Tapi Radit tak mau, sebagai lelaki, dia ingin memberi tempat tinggal bagi istrinya dengan cara membeli, bukan menumpang. Aku akhirnya setuju setelah melihat rumahku yang kutinggalkan berdebu. Rumah yang selama lima tahun menjadi istanaku.Aku memang tak pernah datang lagi setelah memindahkan semua barang yang kurasa perlu ke rumah Ibu. Setiap membuka pintunya, semua kenangan bersama Mas Reno Menghantam, membuat dadaku terasa sesak. Terutama ketika Aksa yang mulai pandai bicara ikut ikutan memanggil Radit Papa. Sedih tentu saja, karena aku tak bisa memberikan keluarga yang utuh pada putraku sa
Tak ada yang lebih membahagiakan melihat adikku akhirnya menikah lagi. Radit mengucapkan ijab kabul dengan tenang meski suaranya bergetar. Aku tahu dia mungkin teringat pada Riris dan pernikahan seumur jagungnya yang berakhir tragis. Kulihat mata Ibu berkaca-kaca. Apalagi setelah ijab kabul selesai, Nayla langsung menggendong Kayla, menciumi nya. Tapi peduli gaunnya yang cantik itu kusut.Keluarga Nayla yang turun temurun merupakan keluarga dokter, menerima kami dengan sangat baik. Mereka tak pernah mempermasalahkan status Radit yang duda beranak satu. Atau Ibu yang hanya hidup dengan pensiunan Ayah dan warung sembako nya. Atau aku yang janda tanpa status, yang saat ini masih menabung untuk membangun kembali butik. Mereka keluarga dokter yang kaya raya tapi bersahaja. Tak sekalipun kudengar kata-kata yang membuat kami berasa berbeda. Adik Nayla yang masih kuliah, seorang gadis cantik dan periang, bahkan langsung akrab dengan Kayla dan Aksa.Aku bahagia, tentu saja. Kebahagiaan orang-o
STATUS WA ADIK IPARKU 46Dia seorang wanita setengah baya berpakaian modis. Dengan setelan blazer putih dan tas branded yang dijinjing oleh kedua tangannya. Rambut pendeknya yang ikal kemerahan disisir dengan rapi, begitu juga make up yang pastinya ditata oleh penata rias profesional. Meski begitu, segala make up itu tampaknya tak mampu menutupi tanda-tanda penuaan di wajahnya. Saat aku tiba, dia tengah diinterogasi polisi. Sikapnya tenang, sama sekali tak gampak gentar meski telah terbukti dia lah penyebab kematian suaminya sendiri."Saya tidak pernah bermaksud membunuh suami saya, Pak. Yang seharusnya mati saat itu Riris, selingkuhnya. Bukan suami saya."Aku berdiri di belakangnya, mendengar dia bicara seperti tanpa merasa bersalah."Bapak bayangkan saja, suami saya memelihara wanita muda, menghamburkan uang untuknya. Siapa istri yang tak akan marah?""Harusnya Riris yang mati saat itu. Tapi tak masalah, toh dia akhirnya menemui ajal dengan cara yang tak kalah tragis. Putri saya Zha
Adek! Adek Aksa!"Suara Kayla yang ceria terdengar dari luar, lalu langkah kaki kecilnya yang melompat-lompat itu mulai mendekat. Tak lama, wajah mungil muncul dari balik pintu."Adek Aksa tidur?"Dia bertanya sambil berbisik. Aku menggelneg sambil tersenyum. "Nggak, kan baru habis mandi. Kayla dari mana?" Aku bertanya sambil menakainkan Aksa kaus kaki, lalu menggendongnya dan berjalan ke depan. Ada Nayla yang tengah mengukur tensi darah Ibu.Ah, kasihan Ibu. Masalah Radit dan Riris yang menguras air mata Ibu baru saja selesai. Baru saja kering mata tua itu, kini, aku hendak menambahinya lagi dengan masalah."Tensi Ibu agak rendah Mbak."Aku mendesah, merasa bersalah karena sudah lama justru Ibu yang mengurusku.Aku memperhatikan mata Radit yang tak lepas dari tangan cekatan Nayla. Setelah menyimpan lagi alat pengukur tensi, Nayla mengusap usap lengan Ibu."Jangan banyak pikiran Bu. Semua akan baik-baik saja."Aku terenyuh. Bagaimana Ibu akan baik-baik saja, jika satu anak menjadi du
STATUS WA ADIK IPARKU 45Bolehkah aku menangis lagi Ya Allah?Ternyata ada hal yang juga sama menyakitkannya dengan dikhianati, yaitu dibohongi. Pemakaman Vira sudah selesai, dan aku sama sekali tak mau menghadirinya. Bukan karena dendam, tapi karena aku tak ingin melihat wajah Mas Reno yang amat berduka. Pantas saja dulu, Mas Reno tampak biasa saja saat Vira dimakamkan. Tentu karena dia tahu yang dimakamkan bukanlah Vira, tapi bayinya. Aku bisa mengerti karena Vira dulunya adalah adik yang sangat dia sayangi. Tapi kebohongan terakhir yang dia lakukan, yaitu menutupi kematian Vira akibatnya sangat fatal. Aku masih bersyukur Vira hanya membakar butikku. Sungguh tak bisa kubayangkan jika dia mencelakai Aksa. Mungkin saja aku bisa menjadi pembunuh."Andin, makan, Nak. Kau butuh tenaga dan juga ASI untuk Aksa."Ibu meletakkan sepiring makanan di depanku. Aku menghapus mataku yang basah, mengusap dada, mencoba menyembuhkan rasa nyeri di dalam hati. Sudah tiga hari Mas Reno di rumah Mama,
Dia lantas menunjuk makam di sebelahnya."Di dalam sini, bayiku terkubur. Aku harus menjadi orang lain gara-gara kalian!""Kau memanipulasi kematianmu. Itu sebuah kejahatan."Vira tersenyum culas. "Itu bukan urusan kalian.""Jelas jadi urusanku karena kau pasti tahu sebabnya sampai butikku terbakar."Gadis itu menelan ludah. Dia mundur hingga kakinya menabrak nisan. Ternyata dia hanya bisa mengubah wajahnya, tapi tidak cara berpikirnya yang ceroboh itu. Mas Reno menatap adik angkatnya itu dengah pandangan sedih."Ayo ikut, kau harus bertanggungjawab atas perbuatanmu."Lalu tiba-tiba, kurasakan benda dingin menempel di kepalaku. Disertai sebuah suara berat."Tidak ada yang boleh membawa Nona Tania pergi."…"Kalian salah. Semua pelaku kejahatan harus berakhir di penjara."Seperti adegan film, dimana kami semua adalah pemerannya. Aku berbalik begitu mendengar suara Zi. Kini di hadapanku, tampak seorang lelaki, mengangkat tangannya setelah menjatuhkan pisaunya ke tanah. Sementara di bel
STATUS WA ADIK IPARKU 44Rumah itu megah sekali, besar dan sangat mewah. Pagarnya saja sepertinya cukup untuk membangun satu rumah sederhana, belum lagi pilar-pilarnya yang tinggi. Jarak antara pagar dan teras cukup jauh sehingga aku tak dapat melihat pintu berukir yang pasti sama mahalnya. Halamannya ditanami rumput Jepang, dengan bunga-bunga yang tak semuanya tumbuh di Indonesia. Dan di sudut halaman, ada kandang berisi burung-burung yang cantik. Begitu mobil kami berhenti di depan pos satpam, seorang lelaki berseragam coklat langsung berlari menghampiri. Dia berdiri di balik pagar mewah itu, menatap dengan curiga. Tubuh tegap dan rambut cepak membuatku menduga bahwa mungkin dia mantan tentara. "Cari siapa?""Apa benar ini rumah Nyonya Arlene?"Lelaki itu menatap Mas Reno cukup lama."Benar. Ada keperluan apa dengan Nyonya?""Kami ingin bertemu putri Nyonya yang baru datang dari luar negeri. Namanya Vira."Wajah itu langsung berubah. Jika dia tadi tampak curiga, kini dia menampilka
Kau bilang waktu itu bahwa kau tak mengenalnya, Ndin.""Zi. Dia ibu kandung Vira. Dia yang membawa jenazah Vira. Aku curiga dia memalsukan kematian Vira. Vira masih hidup!"Di seberang sana, kudengar suara Zi mendesah. Aku tahu dia tak suka mendengarku seperti ini karena akan membuatku berada dalam bahaya. Tapi sungguh aku tak bisa diam saja. Jika Vira masih hidup, maka kemungkinan besar aku tahu siapa yang bertanggung jawab membakar butikku. 'Nikmati saja hidupmu saat ini, kebahagiaan yang kau miliki saat ini. Tunggulah, aku akan membuat kejutan untukmu.'Kata-kata Vira saat aku menemuinya di tahanan waktu itu kembali terngiang. Inikah kejutan yang dia maksud? Atau… ini hanya peringatan dan dia telah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi?"Zi, tolong cari alamat Nyonya Arlene. Ini pasti bukan hal sulit untukmu.""Memang, tapi akan menyulitkan hidupmu. Biar aku bicara dengan Reno. Kau baru saja melahirkan.""Sudah lewat seminggu, Zi. Aku sudah sembuh.""Keras kepala."Aku meringis