Share

129. PENCULIKAN

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 22:27:14

Pintu kuil berderit terbuka, sosok bertopeng hitam berdiri di ambang pintu. Cahaya lampion yang tergantung di teras kuil menerangi topengnya yang berukir.

"Amitaba," Xiao Lin berusaha untuk tetap tenang dan menyapa tamu tak diundang di hadapannya, "mengapa Anda datang ke kuil malam-malam dengan cara seperti ini? Apakah yang Anda cari?"

Bukannya menjawab, sosok itu melesat maju. Jari-jarinya yang panjang mengincar leher Xiao Lin dengan gerakan menotok. Xiao Lin memiringkan tubuh, menghindari serangan itu dalam hitungan sepersekian detik. Jantungnya nyaris berhenti saat merasakan angin dingin dari serangan yang nyaris mengenai nadinya.

"Trakk!"

Tasbih kayu di tangan Xiao Lin berbenturan dengan lengan si penyerang. Butir-butir tasbih berputar cepat, menciptakan perisai yang menangkis serangan bertubi-tubi. Namun lawannya tak memberi kesempatan bernafas lega - setiap serangan yang ditangkis segera diikuti serangan lain ke arah pundak, seolah berusaha menotok titik vital.

Xiao Lin bermanu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   130. SETELAH ENAM TAHUN

    Air mata menggenang di pelupuk mata Xiao Lin. Kenangan-kenangan itu kembali seperti ombak yang menghantam pantai - pertemuannya dengan Yao Pang, tawa bahagia mereka, hingga hari kelam saat ia mengetahui kebenaran mengerikan tentang pria yang ia cintai."Tidak," Xiao Lin menggeleng kuat, memaksa dirinya kembali ke realitas bahwa ia sudah memilih jalan hidup menjadi seorang biksuni. Meninggalkan semua hal-hal duniawi.Kening murid senior Hoa Mei itu berkerut dalam. Siapa yang membawanya ke tempat ini? Jangan-jangan sosok misterius yang menyelinap ke Hoa Mei dan menculiknya semalam adalah Yao Pang, mantan suaminya."Aku harus pergi dari sini secepatnya dan kembali ke Hoa Mei," gumam Xiao Lin seraya bangkit berdiri. "Aku tak ingin bertemu dengan dia, lagipula Guru pasti mencemaskanku."Dengan langkah seringan mungkin, ia bergerak ke arah pintu. Telinganya waspada menangkap setiap bunyi, memastikan penculiknya tak ada di sekitar. Setelah yakin situasi aman, ia membuka pintu perlahan.Namun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   131. PENYESALAN JIN SHE

    "Karena kekhawatiranku terhadap kelangsungan sekte telah membutakan mataku," Jin She menunduk, suaranya penuh penyesalan. "Dan sekarang, dengan membawamu kembali ke sini, aku berharap bisa memperbaiki kesalahanku."Xiao Lin membeku, terpana mendengar pengakuan mengejutkan itu. Di belakangnya, Yao Pang berdiri menunggu, matanya tak lepas mengawasi setiap gerak-gerik wanita satu-satunya yang masih mengisi hatinya."Xiao Lin," Yao Pang melangkah maju, tangannya menyentuh bahu sang mantan istri dengan lembut.Sentuhan itu bagaikan api yang membakar. Xiao Lin tersentak dan segera beringsut menjauh seolah sentuhan itu bisa membunuhnya. "Segala yang terjadi sudah merupakan kehendak Langit," Biksuni dari Hoa Mei itu menangkupkan tangan ke depan dada, membungkuk dalam. "Hamba, Chong Seng telah memilih meninggalkan segalanya dan menjadi biksuni. Kini izinkan Hamba pergi!""Kau bukan Chong Seng, selamanya kau adalah Xiao Lin, istriku!" Yao Pang berteriak, suaranya pecah oleh frustasi. "Mengapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   132. MELARIKAN DIRI

    Kesadaran Xiao Lin perlahan pulih. Kepalanya masih terasa berat akibat totokan Jin She. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menembus jendela bertirai sutra. Ia mendapati dirinya berbaring di ranjang besar dalam sebuah kamar mewah yang asing.Derit pintu mengalihkan perhatiannya. Dua orang pelayan memasuki kamar, yang satu membawa baskom berisi air hangat yang masih mengepul, sementara yang lain membawa setumpuk pakaian sutra berwarna merah muda."Nyonya Xiao, Tuan Yao memerintahkan kami untuk melayani Nyonya," kedua pelayan yang masih sangat muda itu membungkuk hormat, senyum ramah tersungging di bibir mereka.Xiao Lin mengabaikan keramahan mereka. "Aku harus pergi dari sini," gumamnya sambil bergegas menuju pintu. Namun begitu membukanya sedikit, ia melihat dua pria berbadan kekar berdiri mengapit pintu. Pedang panjang terselip di pinggang mereka, wajah mereka keras dan waspada.Dengan hati gundah, Xiao Lin menutup pintu kembali. Matanya pun beredar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   133. PERMINTAAN TERAKHIR SANG GURU

    Xiao Lin menghirup udara segar pagi hari dengan penuh kelegaan saat berhasil keluar dari gedung megah markas Iblis Darah. Akan tetapi kelegaannya tak bertahan lama. Baru beberapa meter dari gerbang utama, langkahnya terhenti melihat sosok tegap yang berdiri membelakanginya.Jantungnya berdebar kencang, ia mengenali pemilik punggung itu. Yao Pang, pria yang pernah mengisi hidupnya."Mengapa kau masih ingin pergi? Bukankah sudah kukatakan rumahmu di sini bersamaku dan anak kita," Yao Pang berkata lembut sambil berbalik menghadapnya. Matanya memancarkan kesedihan yang dalam."Kumohon lepaskan aku!" Xiao Lin menangkupkan kedua tangan ke depan dada, memohon pengertian. "Jalan kita berbeda, tak ada gunanya kau menahanku di sini."Yao Pang menggeleng perlahan, senyum getir tersungging di bibirnya. "Kau tak mengerti, Xiao Lin. Seandainya kulepaskan pun, kau akan pergi kemana?""Tentu saja kembali ke Hoa Mei," jawab Xiao Lin tanpa ragu."Jin She, jelaskan pada istriku apa yang sebenarnya terja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   134. NEGERI QI YANG MENGANCAM

    "Ibu jahat!" jerit gadis kecil itu histeris, sebelum berlari masuk ke kamarnya. Yao Pang dan Xiao Lin segera menyusul putri mereka satu-satunya."Yao Chen, Ibu datang jauh-jauh untuk bertemu denganmu. Mengapa kau berbuat seperti ini?" Yao Pang mengetuk pintu kamar putrinya dengan hati-hati."Ibu jahat!" teriak Yao Chen masih dipenuhi amarah. Xiao Lin menahan Yao Pang yang hendak memaksa masuk untuk kembali membujuk Yao Chen. "Dia pantas untuk marah, aku telah meninggalkannya sejak ia masih bayi.""Xiao Lin, maafkan Yao Chen ... ia mungkin masih kecewa padamu," ujar Yao Pang, ada kecemasan dalam nada suaranya. ia sungguh khawatir wanita di hadapannya akan pergi lagi gara-gara sikap putri mereka."Tidak apa-apa, aku akan berusaha merebut hatinya kembali," Xiao Lin tersenyum, meski hatinya sebenarnya hancur menerima penolakan Yao Chen.'Dan aku juga akan berusaha merebut hatimu kembali,' Yao Pang berjanji dalam hati, menatap wanita yang masih selalu mengisi setiap sudut hatinya.***Ri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   135. SANG PUTRA MAHKOTA

    "Kita harus membantu Ayah menangkap si Topeng Hantu," gumam sosok yang paling tinggi, Pangeran Qi Lung, sang Putra Mahkota. Cahaya lilin yang menembus tirai membuat mata hitamnya bersinar penuh ambisi.Pangeran Qi Zheng Yi mengusap lengannya gelisah, "Tapi ... Ibu pasti marah kalau aku meninggalkan istana." Bayangan wajah murka ibunya membuat bulu kuduknya meremang."Bagaimana kalau kita minta izin pada Ibu Kedua?" Qi Lung menepuk pundak saudara tirinya, berusaha menenangkan. Setelah saling sepakat, mereka bertiga bergegas menuju taman istana. Di sebuah gazebo yang berdiri di tengah kolam yang dihubungkan dengan jembatan, Putri Qi Yue duduk anggun merajut syal biru tua. Jemarinya yang lentik menari di antara benang-benang sutra, sementara Bibi Wu setia mendampingi di sampingnya.Wajah Qi Yue seketika berseri melihat kedatangan mereka. Syal yang tengah dirajutnya diletakkan dengan hati-hati di atas meja batu. Ia bangkit menyambut, namun matanya hanya tertuju pada satu sosok."Qi Lung,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   136. DENDAM MEMBARA SANG PUTRI

    Aroma bebek panggang mengepul di dalam ruang makan besar di kediaman Putri Qi Yue. Cahaya dari lampion-lampion kertas yang digantung di setiap sudut menciptakan suasana makan yang hangat. Empat sosok duduk mengelilingi meja bundar, namun ketegangan tak kasat mata membuat jarak di antara mereka terasa begitu jauh.Qi Yue dengan telaten mengambilkan sepotong paha bebek yang berukuran paling besar ke dalam mangkuk porselen Qi Lung. Gerakan tangannya lembut dan penuh perhatian saat menuangkan teh hangat ke cangkir sang Putra Mahkota. Uap teh jasmine menari-nari di udara, seolah berusaha mencairkan atmosfer beku yang menyelimuti ruangan.Qi Zheng Yi dan Yun Hao duduk tegang di kursi mereka, jemari menggenggam sumpit erat-erat. Mata mereka tak lepas dari bebek panggang yang menggiurkan, namun tak berani mengulurkan tangan tanpa izin sang Ibu. Keduanya hanya bisa mengaduk-aduk sayuran di mangkuk masing-masing."Kalian berdua mengapa hanya makan sayur saja?" Qi Yue tiba-tiba mendorong piring

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   137. DENDAM MEMBARA SANG PUTRI 2

    Qi Zheng Yi berdiri tegak, matanya berkilat-kilat menatap langsung ke arah ibunya, "Ibu belum menjawab pertanyaanku, aku mirip dengan siapa?" Suaranya gemetar menahan emosi ketika melanjutkan, "Apakah sebenarnya aku bukan anak Ibu?"Warna menghilang dari wajah Qi Yue yang cantik, "Apa yang kau katakan ini? Jelas-jelas kau anakku!" Namun ada getaran dalam suaranya yang mengkhianati kepercayaan diri yang ia tunjukkan."Tetapi Ibu memperlakukanku seperti orang lain selama bertahun-tahun!" Qi Zheng Yi akhirnya meledak, melepaskan semua kekecewaan yang selama ini terpendam. "Aku selalu berusaha menyenangkan hatimu tapi Ibu tak pernah sekalipun memuji atau menunjukkan kasih sayang seperti sikap Ibu pada Qi Lung. Mengapa?"Qi Yue membisu, lidahnya seolah membeku. Di bawah meja, jari-jarinya terkepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih, menahan badai emosi yang mengancam akan memporak-porandakan topeng keanggunannya."Apakah jangan-jangan aku juga anak hasil perkosaan seperti Kakak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   167. KERIKIL DI DALAM SEPATU

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar sebelum matahari benar-benar terbit di ufuk timur, serombongan kecil prajurit terlihat keluar dari kediaman Hakim Yang. Rombongan itu terdiri dari kepala prajurit dan beberapa prajuritnya yang bersenjata lengkap, ada juga Nyonya Janda Yang dan putra bungsunya.Nyonya Yang dan Yang Ming, kini dalam balutan pakaian tahanan kasar, berjalan tertatih dengan tangan terikat ke belakang dan kaki dirantai. Dua prajurit mengapit masing-masing dari mereka, senjata tombak teracung siaga untuk menjaga segala kemungkinan.Yang Ming menoleh ke arah Nyonya Yang yang berjalan tak jauh darinya. Meski sudah mengetahui kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, tak urung ia merasa iba menyaksikan wajah kusut dan muram perempuan yang telah membesarkannya. "Ibu," Yang Ming setengah berbisik, suaranya nyaris tenggelam di antara derap langkah kaki prajurit di kanan kiri mereka. "Sebelum kita dibawa ke pengadilan dan divonis hukuman mati, kabulkanlah satu permintaan terakhirku."

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   166. PENGAKUAN

    “Pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa kau dibiarkan buta huruf?” Pertanyaan Yun Hao menghujam tepat ke jantung Yang Ming.Pertanyaan itu adalah pertanyaan sama yang pernah ia lontarkan pada ibunya ketika masih kecil. Ia ingin seperti Yang Jin yang bisa membaca dan menulis sedangkan dirinya dituntut belajar ilmu bela diri.“Yang Ming, kau memiliki tulang dan otot yang sempurna,” jawab Nyonya Yang, “kau ditakdirkan menjadi pendekar hebat. Membaca dan menulis hanya akan mengganggu fokusmu dalam berlatih. Apakah kau tak ingin menjadi pelindung Ibu saat dewasa nanti?”“Tentu saja aku ingin menjadi pelindung Ibu, aku sayang Ibu!” sahut Yang Ming kecil penuh semangat.Nyonya Yang mengusap puncak kepala putra bungsunya sambil tersenyum, “Anak pintar, sekarang berlatihlah dengan rajin. Ibu hanya bisa mengandalkanmu saja.”Sejak itu, ia tak pernah bertanya lagi pada ibunya. Apapun permintaan sang Ibu adalah titah yang harus dijalankan.“Karena Ibu tahu yang terbaik untukku,” Yang Ming menj

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   165. BUKTI KEJAHATAN

    Yun Hao berlutut di samping jenazah Yang Jin, jemarinya menyusuri bekas luka di leher korban. "Lihat bekas cakaran ini," ia menunjuk ke bekas luka tipis yang melintang. "Orang yang mencekik Yang Jin memiliki kuku panjang. Sedangkan Yang Ming …," ia melirik tangan pemuda itu, "kukunya pendek seperti laki-laki pada umumnya."Ia beralih ke belakang kepala Yang Jin, menyibak rambutnya dengan hati-hati. "Luka di sini bukan dari hantaman kursi. Bentuknya memanjang dan mulus, seperti dipukul dengan benda panjang berujung tumpul." Yun Hao berdiri, matanya tertuju pada tongkat di tangan Nyonya Yang. "Boleh saya melihat tongkat Anda?"Wajah Nyonya Yang memerah seketika. "Apa kau sudah gila menuduhku membunuh anak sendiri?" bentaknya dengan suara bergetar."Berikan tongkat Anda, Nyonya Yang! Tidak perlu takut bila memang bukan alat itu yang digunakan untuk membunuhnya!" Yun Hao menatapnya tajam.Dengan enggan, Nyonya Yang menyerahkan tongkatnya. Yun Hao memeriksanya dengan teliti, namun tak me

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   164. SIAPA PEMBUNUH YANG JIN

    "Siapa yang tega membunuh Yang Jin?" Nyonya Yang berbisik lirih, jari jemarinya meremas saputangan sutranya. "Dia tak pernah memiliki musuh.""Mungkin bukan karena Yang Jin memiliki musuh," Yun Hao melangkah ke tengah ruangan, "tapi karena ia mengetahui sesuatu." Ia berpaling ke arah Yang Ming. "Apa yang kau cari di kamar kakakmu? Mengapa kabur saat aku datang?"Keringat dingin mengalir di pelipis Yang Ming. Tangannya mengusap tengkuk dengan gelisah. "Aku ... aku sedang mencari pakaianku yang dipinjam Kakak Jin.""Untuk apa mengenakan pakaian serba hitam dan kabur ketakutan bila hanya mencari pakaianmu sendiri?""Apakah kau sedang menuduhku sebagai pembunuh?" Yang Ming melangkah maju, suaranya meninggi berusaha menutupi kegugupan di dalamnya."Aku hanya bertanya," Yun Hao tetap bersikap tenang, "Kau tinggal menjawabnya saja ... apa yang kau lakukan di dalam kamarnya?"Yang Ming membuang muka, "Aku tidak mau menjawab karena kau pasti sedang berusaha mencari celah untuk menyalahkanku!"

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   163. BUNUH DIRI ATAU DIBUNUH

    "Pembunuh!" Yang Ming merangsek maju, kepalan tangannya menyambar ke arah wajah Yun Hao. Kemarahan membuat gerakannya kasar dan tak terkendali.Yun Hao menghindar ke samping dengan gerakan seringan kapas. Pukulan Yang Ming hanya menyapu udara kosong, membuat tubuhnya oleng ke depan. Wajahnya semakin merah padam, nafas memburu seperti banteng terluka."Kau!" Yang Ming menggeram, kembali melancarkan rentetan pukulan tak beraturan. Tiap serangannya membawa dendam dan kesedihan atas kematian kakak dan pelayannya yang setia.Namun Yun Hao bergerak bagai air mengalir, menghindari setiap pukulan tanpa mengeluarkan tenaga berlebihan. Hal ini dikarenakan kemampuan ilmu bela dirinya jauh di atas putra Hakim Yang.Saat Yang Ming melancarkan tendangan liar, Yun Hao melihat kesempatan menyelesaikan pertarungan yang segera membuatnya bosan.Yun Hao menyelinap ke samping Yang Ming. Tangannya menangkap pergelangan tangan pemuda itu, memutarnya ke belakang dengan satu sentakan cepat."Argh!" Yang Ming

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   162. KEMATIAN PUTRA SULUNG

    Di aula kediaman Hakim Yang, Nyonya Yang bersimpuh memeluk tubuh putranya yang terbujur kaku di lantai. Jubah sutra Yang Jin yang berwarna gelap terhampar di sekitar tubuhnya yang tak bergerak.Dengan langkah tergesa, Jenderal Lo mendekat, segera berlutut di samping tubuh Yang Jin. Jari tangannya segera memeriksa nadi di pergelangan tangan dan mendekatkan jari ke dekat hidung putra sulung Hakim Yang, mencari tanda-tanda kehidupan yang mungkin masih ada."Apa yang telah terjadi?" Jenderal Lo menatap Nyonya Yang sekilas, lalu memeriksa area tubuh Yang Jin untuk menemukan penyebab kematiannya.Yun Hao berdiri tak jauh di belakang Jenderal, matanya awas mengamati setiap detail, dari bekas kemerahan di leher Yang Jin hingga posisi tubuhnya yang tidak wajar."A-aku menemukannya ter-tergantung," Nyonya Yang menjawab terbata-bata di antara isak tangis. Jemarinya mencengkeram jubah putranya erat-erat. "Di kamarnya ... dengan seutas tali yang digantungkan pada balok kayu." "Yang Jin ... mengap

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   161. MENGUNGKAP KEBENARAN 2

    "Kalian berdua," Jenderal Lo menunjuk dua prajurit berbadan kekar, "tetap di sini. Jaga Nona Ming Mei sampai kita menangkap dalang di balik semua ini."Kedua prajurit itu serentak menegakkan bahu, "Siap, Jenderal!" Ming Mei menghembuskan napas lega, meski begitu wajahnya masih pucat membayangkan ia hampir saja tewas di tangan seorang pelayan suruhan keluarga YangJenderal Lo berpaling pada kerumunan penonton. Matanya menyorot tajam saat ia mengeraskan suaranya, "Dan untuk kalian semua, ingat baik-baik! Apa yang terjadi malam ini tidak diperkenankan menyebar keluar. Siapapun yang berani menyebarkan isu tak berdasar akan berhadapan langsung denganku, mengerti?!"Kami mengerti!” Jawab mereka semua serempak.Kerumunan itu dengan cepat membubarkan diri. Dalam hitungan menit, Wisma Harum yang tadinya riuh kini lengang. Hanya tersisa Jenderal Lo, Yun Hao, Ming Mei dan beberapa prajurit yang masih berdiri tegap menunggu perintah.Yun Hao mendekati Ming Mei, “Nona Ming Mei, ada kabar baik unt

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   160. MENGUNGKAP KEBENARAN

    Suara derap langkah terdengar bergemuruh memasuki Wisma Harum. Jenderal Lo muncul diikuti sejumlah prajurit dengan pedang dan tombak terhunus. Sang Jenderal terpaku. Alisnya nyaris bertaut melihat sosok Yun Hao, salah satu prajuritnya, berdiri di dekat tubuh yang tergeletak tak bergerak di antara serpihan meja. Darah menggenang di sekitar kepala sosok yang ia kenali sebagai Paman Yin, pelayan setia keluarga Hakim Yang."Yun Hao, apa yang terjadi?!" hardik Jenderal Lo gusar. Yun Hao yang tampak masih terpukul hanya diam membisu sambil memandangi mayat Paman Yin. Jenderal Lo menoleh ke arah A San, memberikan isyarat dengan menggerakkan dagu. "Periksa kondisinya!"A San maju dengan hati-hati. Ia berjongkok di samping tubuh Paman Yin, dua jarinya yang kasar menyentuh kulit di bawah hidung korban. Semua mata tertuju padanya, menunggu dengan perasaan tegang.Prajurit senior itu menahan nafas mengetahui Paman Yin sudah tak bernafas lagi. Tangannya kemudian bergerak memeriksa mulut korban y

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   159. RAHASIA DIBAWA MATI

    Pemandangan yang menyambut Yun Hao membuat darahnya membeku. Ming Mei terpojok di sudut kamar, kedua tangannya mencengkeram tangan kekar yang mencekik lehernya. Wajahnya yang pucat mulai membiru, matanya membelalak penuh teror menatap sosok pria berpakaian hitam yang bercadar di hadapannya.Dengan gerakan secepat kilat, Yun Hao segera mencabut pedang. Bilah baja itu bersinar menyilaukan saat ia melancarkan tusukan tajam ke arah si penyerang. Pria bercadar itu terpaksa melepaskan cengkeramannya, melompat mundur menghindari tebasan maut."Uhuk ... uhuk …,” Ming Mei nyaris terjatuh lemas ke lantai, terbatuk-batuk sambil mengusap lehernya yang memerah. Yun Hao segera memeluk pinggang gadis itu dan menahannya agar tak terjatuh dengan keras ke lantai.Sosok bercadar melirik ke arah jendela, kemudian bergerak cepat mencoba melarikan diri. Namun Yun Hao lebih sigap. Ia melepaskan Ming Mei setelah gadis itu duduk di kursi. Kakinya menjejak lantai dengan kuat, tubuhnya melesat ke udara dalam

DMCA.com Protection Status