Share

114. PEMBUNUH MISTERIUS 2

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 21:00:49

"Wanita ini sangat kejam dan berbahaya," batin Du Fei. Meski begitu, gerakannya yang mematikan terlihat anggun dan indah, seperti bunga azalea yang cantik meski beracun.

Sadar bahwa pertarungan ini harus segera diakhiri, Du Fei meraih sebatang ranting pohon. Jemarinya bergerak cepat, mengalirkan energi chi hingga ranting itu sekokoh pedang pusaka.

"Maafkan aku, Nona … tapi ini saatnya kau menyerah!" Du Fei memasang kuda-kuda yang berbeda. "Bayangan Bulan Menari!"

Tubuhnya seolah terbelah menjadi delapan, bergerak dalam formasi yang membingungkan. Ranting di tangannya menari dalam gerakan spiral, menciptakan ilusi bulan purnama yang berputar. Setiap gerakan mengandung serangan mematikan, namun Du Fei dengan cermat mengendalikan tenaganya, cukup untuk melumpuhkan, tidak untuk membunuh.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   115. BURONAN

    Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik pepohonan saat Du Fei dan Liu Heng menyelesaikan pemakaman terakhir. Sepuluh gundukan tanah berjajar rapi, menjadi saksi bisu tragedi semalam. Du Fei memadatkan timbunan tanah dengan cangkul, keringat mengalir di dahi segera ia hapus dengan lengan bajunya.Liu Heng mengamati teman seperjalanannya dengan seksama. Sejak fajar menyingsing, pemuda itu nyaris tak bersuara, sangat tidak biasa untuk seorang Du Fei yang biasanya sering bercanda dan menjahilinya."Anak Nakal, mengapa dari semalam tidak banyak bicara?" Liu Heng bertanya sambil meneliti raut wajah Du Fei yang terlihat muram. Yang ditanya hanya menggeleng pelan, tangannya terus bekerja memadatkan tanah seolah berusaha mengubur sesuatu lebih dari sekedar jenazah."Kakek, mari lanjutkan perjalanan!" Du Fei bangkit setel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   116. TANGKAP HIDUP ATAU MATI

    Debu beterbangan saat Du Fei dan Liu Heng menerobos kerumunan pasar yang padat. Teriakan "Tangkap buronan!" bergema di belakang mereka, diikuti derap langkah puluhan prajurit yang mengejar.Begitu melampaui gerbang kota, Du Fei menghentikan langkahnya. "Kakek, kita berpencar!" ia berkata cepat.,"aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kakek pergilah sejauh mungkin!""Tapi, Du Fei ….""Cepat pergi!" Du Fei mendorong Liu Heng ke arah hutan. "Aku bisa mengatasi mereka.”Setelah memastikan Liu Heng menghilang di balik pepohonan, Du Fei berbalik menghadapi para pengejarnya. Ia berdiri tegak di tengah jalan, berkacak pinggang dengan sikap menantang. Angin semilir bertiup, menggoyangkan jubahnya yang berwarna coklat muda .Panglima Liu menghentikan pasukannya beberapa langkah dari Du Fei. Matanya berkilat penuh kebencian ke arah lawan. "Dasar pembunuh!" seru sang Panglima dengan nada bengis. "Kau telah membunuh orang-orangku. Kau harus dihukum mati!"Senyum sinis tersungging di bibir Du Fei

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   117. MISTERI HUTAN ILUSI

    Panglima Liu terpojok, punggungnya membentur batang pohon besar. Keringat dingin mengucur deras di dahinya saat Du Fei semakin mendekat. Namun tiba-tiba matanya berbinar. Dari kejauhan, terdengar derap puluhan kaki kuda yang bergemuruh."Ha! Kau dalam masalah besar sekarang, Du Fei!" Panglima Liu mendadak kembali percaya diri, membusungkan dada menantang pemuda yang sempat membuatnya gentar.Du Fei menoleh ke arah suara. Di bawah awan debu yang membumbung, pasukan berkuda dalam jumlah besar bergerak cepat ke arah mereka. Mereka dilengkapi tameng di bagian dada, tombak dan pedang pun terhunus siap bertarung."Pasukan elit!" seru salah satu prajurit yang terluka.Du Fei menggertakkan gigi. Ia bisa saja menghadapi mereka, tapi pertarungan panjang hanya akan membuang waktu dan tenaga. Pikirannya melayang pada tujuan utamanya, Gunung Kunlun yang menjulang di kejauhan, tempat ia harus menyempurnakan ilmu Pedang Bayangan Bulan."Maaf mengecewakan kalian," Du Fei tersenyum mengejek, "tapi ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   118. PAMAN XIE YANG MISTERIUS

    Kabut tebal mendadak tersibak. Dari balik kegelapan, muncul sesosok nenek tua dengan rambut putih kusut dan pakaian compang-camping. Kulitnya pucat kebiruan seperti mayat, keriput-keriput di wajahnya membentuk pola mengerikan. Namun yang paling menakutkan adalah matanya, merah menyala dengan pupil vertikal seperti mata ular."Sudah lama aku tidak mencicipi daging manusia muda," suaranya serak dan dalam, tidak seperti suara manusia. "Kau pasti lezat, anak muda."Du Fei memasang kuda-kuda, tangan kanannya mencengkeram ranting. "Kau pasti siluman Sha Zhang yang haus darah manusia?"Nenek itu menyeringai, memamerkan deretan gigi tajam bernoda darah. "Oh, kau mengenalku? Aku tersanjung." Ia melompat dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh setuanya, cakar-cakar panjang teracung ke arah Du Fei.Trakk!Ranting kokoh Du Fei berbenturan dengan cakar Sha Zhang. Benturan itu menimbulkan percikan api ungu. Du Fei terkejut merasakan kekuatan di balik serangan itu, jauh melampaui kekuatan manus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   119. SIASAT MENGHADAPI SILUMAN

    Malam semakin larut, di dalam gua hanya  terdengar suara derak kayu bakar yang terbakar perlahan. Xie Gua menatap sosok Du Fei yang berbaring miring menghadap dinding batu, nafasnya teratur seperti orang terlelap."Du Fei?" panggilnya pelan, tak ada jawaban kecuali suara dengkuran halus."Du Fei?" sekali lagi ia memanggil, lebih keras. Masih sunyi.Seringai kejam tersungging di bibir Xie Gua yang mulai berubah. Wajah ramah sang pertapa lenyap, digantikan sosok mengerikan yang selama ini tersembunyi. Kulit tangannya mengeras, bersisik seperti ular. Kuku-kukunya memanjang dan menghitam, tajam bagai belati beracun."He he he, dasar Bocah bodoh!" tawanya menggelegar hingga menggema dalam gua. Transformasinya semakin lengkap, gigi-gigi berubah menjadi taring-taring panjang yang mencuat dari mulut yang kini tersenyum semakin lebar. Hidung memanjang dan membengkok seperti paruh burung pemangsa, dan sepasang mata berkilat merah dalam kegelapan.Du Fei merasakan jant

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   120. DI UJUNG TANDUK

    "Apa maksudmu?" Xie Gua mendengus tak sabar."Aku memiliki energi api dan kekuatan dewa naga dalam diriku," Du Fei membual dengan mengeraskan suaranya, memastikan gaungnya terdengar ke seluruh hutan. "Siluman manapun yang memangsaku pasti akan mendapatkan kekuatan berlipat seperti dewa!""Aku tak ingin kematianku sia-sia bila hanya dimangsa siluman kelas rendah," tambahnya dengan nada merendahkan.Xie Gua menyipitkan matanya yang berkilat berbahaya. "Kau berkata keras-keras karena ingin membangkitkan siluman-siluman lain agar kami saling bunuh, begitu bukan?"Du Fei tersenyum misterius, "Aku tidak sedang membual. Kau pun tahu seberapa besar energi api yang kumiliki.""Baik!” Xie Gua menghentakkan kakinya dengan tak sabar, “akan kucabut nyawamu seka—" BRAKK!Sebuah batu sebesar gajah menghantam kepala Xie Gua dari atas hingga amblas ke dalam tanah, menghancurkan tengkoraknya dalam sekejap. Darah hitam menggenangi tanah di sekitar batu, membuat Du Fei berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   121. PENYELAMAT MISTERIUS

    Empat siluman itu melompat bersamaan ke arah Du Fei. Pemuda itu memejamkan mata, mengerahkan seluruh energi di kedua tangannya, siap bertarung sampai mati. Jika ini saat terakhirnya, setidaknya ia akan mati dengan gagah.Namun raungan yang ditunggunya tak kunjung mendekat. Suasana mendadak sunyi senyap, bahkan suara angin pun seolah ikut tenggelam. Du Fei membuka mata perlahan, penasaran dengan apa yang terjadi.Di hadapannya, keempat siluman berdiri membeku dengan wajah pucat pasi. Lushe Yao yang tadi begitu congkak kini gemetar, sisik-sisiknya bergetar menciptakan bunyi gemerisik aneh. Sha Zhang yang biasanya garang kini mundur perlahan dengan lutut bergetar. Bahkan Xie Gua yang bisa menumbuhkan kepala baru pun kini menelan ludah berkali-kali."Ha!" Du Fei tertawa puas, dadanya membusung penuh percaya diri. "Rupanya kalian ini hanyalah siluman-siluman jelek pembual! Lihat, menghadapiku saja sudah gemetar seperti itu!"Ia mengacungkan ranting di tangannya dengan gaya heroik. "Bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   122. MUTIARA AIR MATA NAGA

    Suara yang tadinya tenang dan anggun itu mendadak bergetar. Du Fei menoleh dan tertegun melihat mata jernih itu kini berkaca-kaca, seperti menyimpan kerinduan yang lama terpendam.Sebelum Du Fei sempat bereaksi, Nona Xin telah bergerak secepat kilat ke arahnya. Jemari lentiknya yang halus meraih tangan Du Fei, menggenggamnya erat seolah takut kehilangan."Eeh, Nona Xin …," Du Fei menjadi salah tingkah, wajahnya memanas saat wanita cantik itu mengusap pipinya dengan lembut. Tatapan mesra yang diberikan Nona Xin membuatnya membeku di tempat, tak mampu bergerak ataupun berpikir jernih."Apakah Nona Xin jatuh cinta kepadaku pada pandangan pertama?" batinnya dengan jantung berdebar kencang. "Nona ... bu-bukan aku tak su-suka, tapi ini terlalu ... cepat!" Du Fei tergagap, berusaha mengendalikan debaran jantungnya yang menggila.Seulas senyum lembut tersungging di bibir Nona Xin. "Kau sudah besar sekarang, Keponakanku sayang!""Ke-keponakan?" Du Fei mengerjap beber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   167. KERIKIL DI DALAM SEPATU

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar sebelum matahari benar-benar terbit di ufuk timur, serombongan kecil prajurit terlihat keluar dari kediaman Hakim Yang. Rombongan itu terdiri dari kepala prajurit dan beberapa prajuritnya yang bersenjata lengkap, ada juga Nyonya Janda Yang dan putra bungsunya.Nyonya Yang dan Yang Ming, kini dalam balutan pakaian tahanan kasar, berjalan tertatih dengan tangan terikat ke belakang dan kaki dirantai. Dua prajurit mengapit masing-masing dari mereka, senjata tombak teracung siaga untuk menjaga segala kemungkinan.Yang Ming menoleh ke arah Nyonya Yang yang berjalan tak jauh darinya. Meski sudah mengetahui kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, tak urung ia merasa iba menyaksikan wajah kusut dan muram perempuan yang telah membesarkannya. "Ibu," Yang Ming setengah berbisik, suaranya nyaris tenggelam di antara derap langkah kaki prajurit di kanan kiri mereka. "Sebelum kita dibawa ke pengadilan dan divonis hukuman mati, kabulkanlah satu permintaan terakhirku."

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   166. PENGAKUAN

    “Pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa kau dibiarkan buta huruf?” Pertanyaan Yun Hao menghujam tepat ke jantung Yang Ming.Pertanyaan itu adalah pertanyaan sama yang pernah ia lontarkan pada ibunya ketika masih kecil. Ia ingin seperti Yang Jin yang bisa membaca dan menulis sedangkan dirinya dituntut belajar ilmu bela diri.“Yang Ming, kau memiliki tulang dan otot yang sempurna,” jawab Nyonya Yang, “kau ditakdirkan menjadi pendekar hebat. Membaca dan menulis hanya akan mengganggu fokusmu dalam berlatih. Apakah kau tak ingin menjadi pelindung Ibu saat dewasa nanti?”“Tentu saja aku ingin menjadi pelindung Ibu, aku sayang Ibu!” sahut Yang Ming kecil penuh semangat.Nyonya Yang mengusap puncak kepala putra bungsunya sambil tersenyum, “Anak pintar, sekarang berlatihlah dengan rajin. Ibu hanya bisa mengandalkanmu saja.”Sejak itu, ia tak pernah bertanya lagi pada ibunya. Apapun permintaan sang Ibu adalah titah yang harus dijalankan.“Karena Ibu tahu yang terbaik untukku,” Yang Ming menj

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   165. BUKTI KEJAHATAN

    Yun Hao berlutut di samping jenazah Yang Jin, jemarinya menyusuri bekas luka di leher korban. "Lihat bekas cakaran ini," ia menunjuk ke bekas luka tipis yang melintang. "Orang yang mencekik Yang Jin memiliki kuku panjang. Sedangkan Yang Ming …," ia melirik tangan pemuda itu, "kukunya pendek seperti laki-laki pada umumnya."Ia beralih ke belakang kepala Yang Jin, menyibak rambutnya dengan hati-hati. "Luka di sini bukan dari hantaman kursi. Bentuknya memanjang dan mulus, seperti dipukul dengan benda panjang berujung tumpul." Yun Hao berdiri, matanya tertuju pada tongkat di tangan Nyonya Yang. "Boleh saya melihat tongkat Anda?"Wajah Nyonya Yang memerah seketika. "Apa kau sudah gila menuduhku membunuh anak sendiri?" bentaknya dengan suara bergetar."Berikan tongkat Anda, Nyonya Yang! Tidak perlu takut bila memang bukan alat itu yang digunakan untuk membunuhnya!" Yun Hao menatapnya tajam.Dengan enggan, Nyonya Yang menyerahkan tongkatnya. Yun Hao memeriksanya dengan teliti, namun tak me

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   164. SIAPA PEMBUNUH YANG JIN

    "Siapa yang tega membunuh Yang Jin?" Nyonya Yang berbisik lirih, jari jemarinya meremas saputangan sutranya. "Dia tak pernah memiliki musuh.""Mungkin bukan karena Yang Jin memiliki musuh," Yun Hao melangkah ke tengah ruangan, "tapi karena ia mengetahui sesuatu." Ia berpaling ke arah Yang Ming. "Apa yang kau cari di kamar kakakmu? Mengapa kabur saat aku datang?"Keringat dingin mengalir di pelipis Yang Ming. Tangannya mengusap tengkuk dengan gelisah. "Aku ... aku sedang mencari pakaianku yang dipinjam Kakak Jin.""Untuk apa mengenakan pakaian serba hitam dan kabur ketakutan bila hanya mencari pakaianmu sendiri?""Apakah kau sedang menuduhku sebagai pembunuh?" Yang Ming melangkah maju, suaranya meninggi berusaha menutupi kegugupan di dalamnya."Aku hanya bertanya," Yun Hao tetap bersikap tenang, "Kau tinggal menjawabnya saja ... apa yang kau lakukan di dalam kamarnya?"Yang Ming membuang muka, "Aku tidak mau menjawab karena kau pasti sedang berusaha mencari celah untuk menyalahkanku!"

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   163. BUNUH DIRI ATAU DIBUNUH

    "Pembunuh!" Yang Ming merangsek maju, kepalan tangannya menyambar ke arah wajah Yun Hao. Kemarahan membuat gerakannya kasar dan tak terkendali.Yun Hao menghindar ke samping dengan gerakan seringan kapas. Pukulan Yang Ming hanya menyapu udara kosong, membuat tubuhnya oleng ke depan. Wajahnya semakin merah padam, nafas memburu seperti banteng terluka."Kau!" Yang Ming menggeram, kembali melancarkan rentetan pukulan tak beraturan. Tiap serangannya membawa dendam dan kesedihan atas kematian kakak dan pelayannya yang setia.Namun Yun Hao bergerak bagai air mengalir, menghindari setiap pukulan tanpa mengeluarkan tenaga berlebihan. Hal ini dikarenakan kemampuan ilmu bela dirinya jauh di atas putra Hakim Yang.Saat Yang Ming melancarkan tendangan liar, Yun Hao melihat kesempatan menyelesaikan pertarungan yang segera membuatnya bosan.Yun Hao menyelinap ke samping Yang Ming. Tangannya menangkap pergelangan tangan pemuda itu, memutarnya ke belakang dengan satu sentakan cepat."Argh!" Yang Ming

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   162. KEMATIAN PUTRA SULUNG

    Di aula kediaman Hakim Yang, Nyonya Yang bersimpuh memeluk tubuh putranya yang terbujur kaku di lantai. Jubah sutra Yang Jin yang berwarna gelap terhampar di sekitar tubuhnya yang tak bergerak.Dengan langkah tergesa, Jenderal Lo mendekat, segera berlutut di samping tubuh Yang Jin. Jari tangannya segera memeriksa nadi di pergelangan tangan dan mendekatkan jari ke dekat hidung putra sulung Hakim Yang, mencari tanda-tanda kehidupan yang mungkin masih ada."Apa yang telah terjadi?" Jenderal Lo menatap Nyonya Yang sekilas, lalu memeriksa area tubuh Yang Jin untuk menemukan penyebab kematiannya.Yun Hao berdiri tak jauh di belakang Jenderal, matanya awas mengamati setiap detail, dari bekas kemerahan di leher Yang Jin hingga posisi tubuhnya yang tidak wajar."A-aku menemukannya ter-tergantung," Nyonya Yang menjawab terbata-bata di antara isak tangis. Jemarinya mencengkeram jubah putranya erat-erat. "Di kamarnya ... dengan seutas tali yang digantungkan pada balok kayu." "Yang Jin ... mengap

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   161. MENGUNGKAP KEBENARAN 2

    "Kalian berdua," Jenderal Lo menunjuk dua prajurit berbadan kekar, "tetap di sini. Jaga Nona Ming Mei sampai kita menangkap dalang di balik semua ini."Kedua prajurit itu serentak menegakkan bahu, "Siap, Jenderal!" Ming Mei menghembuskan napas lega, meski begitu wajahnya masih pucat membayangkan ia hampir saja tewas di tangan seorang pelayan suruhan keluarga YangJenderal Lo berpaling pada kerumunan penonton. Matanya menyorot tajam saat ia mengeraskan suaranya, "Dan untuk kalian semua, ingat baik-baik! Apa yang terjadi malam ini tidak diperkenankan menyebar keluar. Siapapun yang berani menyebarkan isu tak berdasar akan berhadapan langsung denganku, mengerti?!"Kami mengerti!” Jawab mereka semua serempak.Kerumunan itu dengan cepat membubarkan diri. Dalam hitungan menit, Wisma Harum yang tadinya riuh kini lengang. Hanya tersisa Jenderal Lo, Yun Hao, Ming Mei dan beberapa prajurit yang masih berdiri tegap menunggu perintah.Yun Hao mendekati Ming Mei, “Nona Ming Mei, ada kabar baik unt

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   160. MENGUNGKAP KEBENARAN

    Suara derap langkah terdengar bergemuruh memasuki Wisma Harum. Jenderal Lo muncul diikuti sejumlah prajurit dengan pedang dan tombak terhunus. Sang Jenderal terpaku. Alisnya nyaris bertaut melihat sosok Yun Hao, salah satu prajuritnya, berdiri di dekat tubuh yang tergeletak tak bergerak di antara serpihan meja. Darah menggenang di sekitar kepala sosok yang ia kenali sebagai Paman Yin, pelayan setia keluarga Hakim Yang."Yun Hao, apa yang terjadi?!" hardik Jenderal Lo gusar. Yun Hao yang tampak masih terpukul hanya diam membisu sambil memandangi mayat Paman Yin. Jenderal Lo menoleh ke arah A San, memberikan isyarat dengan menggerakkan dagu. "Periksa kondisinya!"A San maju dengan hati-hati. Ia berjongkok di samping tubuh Paman Yin, dua jarinya yang kasar menyentuh kulit di bawah hidung korban. Semua mata tertuju padanya, menunggu dengan perasaan tegang.Prajurit senior itu menahan nafas mengetahui Paman Yin sudah tak bernafas lagi. Tangannya kemudian bergerak memeriksa mulut korban y

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   159. RAHASIA DIBAWA MATI

    Pemandangan yang menyambut Yun Hao membuat darahnya membeku. Ming Mei terpojok di sudut kamar, kedua tangannya mencengkeram tangan kekar yang mencekik lehernya. Wajahnya yang pucat mulai membiru, matanya membelalak penuh teror menatap sosok pria berpakaian hitam yang bercadar di hadapannya.Dengan gerakan secepat kilat, Yun Hao segera mencabut pedang. Bilah baja itu bersinar menyilaukan saat ia melancarkan tusukan tajam ke arah si penyerang. Pria bercadar itu terpaksa melepaskan cengkeramannya, melompat mundur menghindari tebasan maut."Uhuk ... uhuk …,” Ming Mei nyaris terjatuh lemas ke lantai, terbatuk-batuk sambil mengusap lehernya yang memerah. Yun Hao segera memeluk pinggang gadis itu dan menahannya agar tak terjatuh dengan keras ke lantai.Sosok bercadar melirik ke arah jendela, kemudian bergerak cepat mencoba melarikan diri. Namun Yun Hao lebih sigap. Ia melepaskan Ming Mei setelah gadis itu duduk di kursi. Kakinya menjejak lantai dengan kuat, tubuhnya melesat ke udara dalam

DMCA.com Protection Status