Share

Bab 35

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 18:15:56
Keira duduk di depan jendela besar yang menghadap ke kota, memandangi pemandangan yang tidak lagi memberinya kenyamanan seperti dulu.

Seiring dengan malam yang semakin larut, pikirannya terus berputar-putar tentang segala yang baru saja terungkap.

Sebuah organisasi rahasia yang menculiknya, eksperimen yang mengubah hidupnya, dan sekarang, pilihan sulit yang harus diambil.

Hatinya berdebar keras, seolah-olah setiap detakan jantungnya menggema dalam keheningan ruang itu.

Seorang pria dan wanita, dua orang yang baru saja ia temui—Adrian dan Elena—terus hadir dalam pikirannya, seperti bayang-bayang yang tidak bisa ia hilangkan.

Keira tidak pernah membayangkan dirinya terjebak dalam permainan besar yang melibatkan kekuasaan, konspirasi, dan masa lalu yang penuh kebohongan.

Dia merasa seolah-olah hidupnya adalah bagian dari teka-teki yang belum lengkap, dan semakin ia mencoba menyusunnya, semakin banyak potongan yang hilang.

Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, hal-hal yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 36

    Keira memegang erat kendali kendaraan, matanya fokus pada jalan di depannya. Malam itu, jalanan kota terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah dunia di luar sana sedang menunggu sesuatu yang akan terjadi. Udara malam yang dingin menyelinap ke dalam mobil, menambah ketegangan yang sudah mencekam hatinya. "Keira," suara Adrian terdengar dari kursi penumpang sebelah, memecah keheningan yang sudah terjalin lama. "Apakah kau yakin dengan keputusanmu?" Keira menatapnya sekilas, mencoba membaca ekspresi wajahnya, namun Adrian menjaga wajahnya tetap datar. Keira tahu bahwa pria ini bukan tipe yang mudah terpengaruh oleh keadaan, namun hari itu, ia bisa melihat kegelisahan yang samar. Keira pun merasakan hal yang sama. Keputusan yang ia buat untuk bergerak maju—untuk melawan mereka—adalah langkah yang sangat berisiko. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang-orang yang terlibat di dalamnya. Terutama Adrian dan Elena. "Sudah tidak ada jalan kembali," Keira menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 37

    Keira merasakan denyut nadi di pergelangan tangannya, semakin cepat, semakin tak terkendali. Tubuhnya terasa berat, seperti ada beban tak terlihat yang terus menariknya ke dalam kegelapan. Ia berusaha membuka matanya, namun dunia di sekitarnya masih kabur, bercampur dengan cahaya yang bergerak-gerak, seakan membingungkannya. Keira tahu, ia harus segera bangkit. Ini bukan waktunya untuk terjebak dalam ketakutan. Tetapi dalam kekacauan ini, ada sesuatu yang lebih besar sedang menunggu. Tangan Keira terulur ke arah Adrian, yang juga tampak tergeletak di lantai, punggungnya tertutup oleh bayangan gelap yang semakin mendekat. Dengan suara serak, ia mencoba memanggil namanya. "Adrian... bangun... kita... harus... keluar..." suaranya terputus-putus, napasnya tersengal. Kepalanya berputar, namun ia berusaha menguatkan diri. Namun, Adrian tidak bergerak. Keira mulai merasakan keputusasaan merayap. Rencana mereka, yang semula begitu terencana, kini terasa seperti ilusi. Mere

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 38

    Suasana semakin tegang saat Keira dan Adrian menyusuri lorong yang tampak gelap dan sempit. Suara langkah kaki mereka terasa nyaris tertelan oleh dinding-dinding beton yang dingin, namun di setiap sudut, Keira bisa merasakan betapa besar ancaman yang menyertai mereka. Mungkin inilah saatnya, saat segalanya akan berakhir. Namun, Keira mencoba menepis semua kecemasan itu. Ia tahu, meskipun ketakutan menyelimuti, mereka masih punya kesempatan. Adrian berjalan di depannya, langkahnya mantap meskipun tubuhnya tampak lelah. Wajahnya serius, tak ada sedikit pun ekspresi yang menunjukkan keraguan. Keira tahu, Adrian adalah orang yang selalu berpikir cepat dalam situasi genting. Namun, kali ini, bahkan dia pun tampak tidak begitu yakin. Keira menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Harapannya kini terpusat pada keputusan yang mereka buat dalam beberapa detik ke depan. Mereka hanya punya satu kesempatan. Jika mereka gagal, mereka akan terjebak dalam kegelapan ini sel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 39

    Ruangan itu dipenuhi keheningan yang menusuk. Keira duduk di lantai, tubuhnya gemetar, memeluk lutut sambil menatap kosong tubuh Adrian yang terkulai di sudut ruangan. Wajahnya yang biasanya penuh kehidupan kini beku, kehilangan kilau yang biasa membuatnya terlihat penuh semangat. Air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Namun, Keira tahu ia tidak bisa terpuruk terlalu lama. Adrian, dengan segala optimisme dan keyakinannya, tidak akan menginginkan itu. Dengan napas yang tersengal, Keira berdiri, tubuhnya terasa berat. Matanya menatap layar terminal di depannya, memantulkan wajahnya yang tampak lelah tetapi bertekad. Di tengah gelombang kesedihan, ia menguatkan dirinya. Tangannya yang gemetar menyentuh layar, mencoba menavigasi sistem yang terlihat rumit. Layar itu dingin di bawah jarinya, seperti cermin hatinya yang kini terasa kosong. “Aku harus melanjutkan ini,” gumamnya, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. Namun, layar terminal tiba-tiba memunculkan pesan:

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 40

    Pagi itu terasa hampa. Langit tampak berawan, seolah-olah menahan cahaya matahari untuk menyentuh permukaan bumi. Keira duduk di sudut ruangan kecil yang penuh dengan perangkat komputer dan peta-peta digital. Suara kipas pendingin dari laptop di meja kerja menjadi satu-satunya pengisi keheningan. Ia menggerakkan kursor dengan lambat, memindai data yang berhasil ia ambil dari terminal sebelum ledakan terjadi. Ada peta, catatan kode, dan beberapa dokumen yang terenkripsi dengan baik. Tapi semua itu seperti teka-teki besar yang belum terpecahkan. Wajahnya tegang, matanya tampak sayu. Ia belum tidur sejak semalam, dan beban mental yang terus menghantui pikirannya mulai merayap ke tubuhnya. "Keira, kau harus makan sesuatu," suara Maya, salah satu anggota tim bantuan, terdengar lembut namun tegas. Keira menoleh, melihat Maya berdiri di pintu dengan sepiring sandwich di tangannya. "Aku tak lapar," jawabnya singkat. Maya menghela napas panjang, lalu mendekat. Ia meletakkan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 41

    Langit di luar gedung semakin gelap, menambah suasana mencekam yang menyelimuti ruangan besar itu. Cahaya biru dari perangkat besar di tengah ruangan memantul di dinding logam, menciptakan bayangan yang bergerak liar setiap kali Victor melangkah mendekat. Keira berdiri diam, tubuhnya tegang, otaknya bekerja keras mencari celah dalam situasi yang tampaknya mustahil ini. Di sampingnya, Adrian memegang perangkat kecil di tangannya, jemarinya bergerak cepat di atas layar. Ia tampak tenang, tetapi Keira bisa merasakan ketegangan dalam setiap tarikan napasnya. "Jangan terburu-buru," bisik Adrian pelan. "Victor ingin memancingmu. Dia akan memanfaatkan emosi kita." Keira tidak menjawab, hanya menggigit bibir bawahnya untuk menahan desakan rasa marah yang terus menggulung di dadanya. Sorot matanya terpaku pada Victor, pria yang kini tampak begitu percaya diri dengan posisi dominannya. Victor tersenyum, menatap mereka seperti seorang dalang yang melihat bonekanya terjebak dalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 42

    Denting jam dinding di ruang rapat kediaman Adrian terdengar seperti gema yang menghujam. Pukul tiga pagi, namun ruang itu penuh oleh tatapan tegang. Adrian berdiri di dekat jendela besar, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Cahaya lampu jalan yang temaram menyinari garis wajahnya yang keras, matanya tajam menatap peta digital di layar holografik. Keira, yang duduk dengan ekspresi resah di kursi di tengah ruangan, memperhatikan setiap langkahnya dengan gugup. “Ini terlalu berisiko,” gumam Keira, suaranya nyaris berbisik, namun cukup jelas untuk memecah keheningan. “Jika kita menyerang sekarang tanpa tahu apa yang ada di balik strategi mereka, kita sama saja menggali lubang untuk diri sendiri.” “Kalau kita menunggu lebih lama, mereka yang akan menyerang lebih dulu,” balas Adrian, nadanya rendah tapi penuh ketegasan. “Dan saat itu, kita mungkin tidak punya pilihan lain selain menyerah.” Keira menggeleng, matanya berkaca-kaca. “Aku tahu kau selalu berpikir jauh ke depan, A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 43

    Setelah keputusan untuk mempertahankan persahabatan dengan Raka dan Dean, Lia merasa beban di hatinya berkurang. Hari-hari berlalu dengan rutinitas yang menenangkan, namun di sudut hatinya, ia masih merasakan kekosongan yang sulit dijelaskan. Suatu sore, saat Lia sedang duduk di kafe favoritnya sambil membaca buku, seorang pria tak dikenal menghampirinya. "Maaf, apakah Anda Lia?" tanya pria itu dengan senyum ramah. "Iya, saya Lia. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Lia dengan sedikit bingung. "Perkenalkan, saya Andi. Saya teman lama Raka dan Dean. Mereka sering bercerita tentang Anda." Lia terkejut mendengar nama Raka dan Dean disebut. "Oh, senang bertemu dengan Anda, Andi. Apa kabar mereka?" "Mereka baik. Sebenarnya, saya ingin membicarakan sesuatu dengan Anda tentang mereka." Lia merasa penasaran dan mengangguk, mengisyaratkan Andi untuk duduk. "Begini, Lia. Saya tahu Anda telah memutuskan untuk mempertahankan persahabatan dengan Raka dan Dean tanpa memilih salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 232

    Matahari pagi membuka hari dengan sinar lembut yang mengusir embun dan membangkitkan semangat baru. Di Taman Pulih yang kini telah menjadi saksi pergerakan hidup bersama, setiap sudutnya bercerita—tentang perjuangan, tentang mimpi yang diberdayakan oleh tangan-tangan penuh cinta, dan tentang keberanian yang menorehkan satu jejak abadi.Di ujung taman, Keira dan Adrian bersama-sama mengadakan acara kecil yang mengundang warga dari berbagai penjuru kota. Di tengah-tengah panggung sederhana yang dihiasi lampu-lampu tenaga surya dan rangkaian bunga-bunga segar, mereka berbagi kisah perjalanan hidup yang terukir dalam setumpuk kenangan."Setiap langkah, setiap tawa, setiap air mata—semua itu adalah bagian dari cerita kita," ujar Adrian di hadapan kerumunan yang terpaku dalam keheningan penuh harap. "Hari ini, kita rayakan bukan hanya apa yang telah terjadi, tapi juga apa yang akan terus kita bangun bersama."Sorak-sorai dan tepuk tangan hangat mengalun, seolah alam pun turut merayakan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 231

    Di pagi yang cerah, seolah alam sendiri ingin menyambut babak baru dalam hidup mereka, kota kecil itu terasa lebih hidup dari sebelumnya. Taman Pulih, yang sudah menjadi simbol perjuangan dan harapan, kini beriak dengan kegiatan yang penuh warna. Di sinilah titik temu cerita—bukan lagi persimpangan antara masa lalu dan masa depan, melainkan sebagai saksi perjalanan setiap insan yang telah melewati badai dan menemukan cahaya.Di Taman Pulih, Keira dan Adrian duduk di bangku kayu yang sama sejak lama. Di sekeliling mereka, para penduduk berkumpul; ada yang membawa makanan, ada pula yang menyuguhkan alunan musik akustik sederhana. Anak-anak berlarian sambil tertawa, menyisipkan cerita baru di antara gemerisik dedaunan.“Lihat, Kang,” ujar Keira sambil menunjuk ke arah sekelompok remaja yang sedang bermain alat musik hasil kreativitas mereka dari barang bekas. “Dunia ini terus mengajarkan kita untuk memulai dari nol, tapi selalu ada keindahan di setiap langkahnya.”Adrian mengangguk,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 230

    Setahun setelah malam penuh bintang dan janji yang tersulam dalam keheningan, dunia yang telah tersingkap dari luka masa lalu kini menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih segar lagi. Di jantung kota kecil, Taman Pulih yang dulu hanya sebatas gagasan di atas kertas, kini telah menjadi oasis kehidupan—ruang yang mengundang tawa, perbincangan, dan harapan baru.Di pojok taman, Keira berdiri di bawah naungan pohon kenari yang dulu ia tanam bersama Adrian. Setiap helai daunnya menyatu bercerita tentang kerja keras, keberanian, dan keyakinan yang tak pernah padam. Di depan matanya, sekumpulan anak-anak tengah bermain, membuat kreasi dari daun kering dan ranting kecil. Tawa mereka seakan mengukir jejak kecil di tanah yang telah lama dirawat.Adrian, yang kini aktif membantu pembangunan komunitas, terlihat sibuk mendampingi para relawan yang sedang memasang instalasi lampu tenaga surya di sudut taman. “Setiap kilau lampu itu adalah cermin jiwa yang kembali bersinar,” gumamnya sambil

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 229

    Langit pagi membawa aroma embun dan tanah yang baru digarap. Di kejauhan, suara anak-anak dari sekolah dasar terdengar samar, bercampur dengan deru sepeda yang melintasi jalan kecil berkerikil. Dunia sudah tak lagi penuh gema peringatan bahaya—tapi gema tawa dan kehidupan.Di dapur rumah kecil itu, Keira sedang melipat surat-surat yang masuk minggu ini—bukan dari pejabat atau lembaga internasional, tapi dari orang-orang biasa: seorang guru di pelosok yang terinspirasi untuk mengajar coding dasar; seorang ibu yang kini bekerja di perpustakaan komunitas; seorang anak remaja yang baru saja memenangkan lomba inovasi pertanian.Semua surat itu ditaruh Keira di dalam sebuah kotak kayu berukir sederhana. Di bagian depan kotak itu, tertulis satu kata dengan tangan: “Ingatan.”Adrian masuk dengan membawa sekeranjang hasil panen pertama mereka—tomat, selada, dan dua buah paprika yang tumbuh lucu mirip huruf “A” dan “K”.“Lihat ini, kayaknya sayuran kita bisa ikut lomba fashion,” ujarnya samb

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 228

    Pagi itu, aroma kayu basah dan tanah yang baru disiram memenuhi udara. Kabut tipis masih menggantung di kebun belakang, tempat Keira menanam pohon kecil kemarin sore—pohon kenari yang diberikan oleh salah satu murid Samantha sebagai hadiah syukur.Keira berdiri diam di depannya, memandangi batang muda itu yang tampak rapuh namun penuh harapan."Aku belum pernah menanam pohon sebelumnya," katanya pelan ketika Adrian mendekat dari belakang, memeluk pinggangnya sambil menyandarkan dagu di pundaknya.“Tapi kamu tahu cara menumbuhkan sesuatu,” bisik Adrian, “karena kamu tahu cara menjaga.”Keira menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. “Pohon ini akan tumbuh tinggi nanti. Mungkin anak kita akan panjat dia, atau duduk di bawahnya baca buku. Tapi yang paling penting… dia akan tumbuh dari rumah ini.”Adrian mengangguk, membayangkan masa depan yang terasa jauh lebih dekat daripada sebelumnya.Samantha berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang pusat pelatihannya. Beberapa siswa sedang

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 227

    Rumah kecil di pinggiran kota itu jauh dari kata mewah. Dindingnya sederhana, dikelilingi pagar kayu yang mulai dipanjati tanaman rambat. Tapi di dalamnya, setiap sudut memancarkan ketenangan. Di teras depan, Keira sedang menyiram bunga-bunga yang kini tumbuh subur. Tangannya lembut mengusap daun yang basah, sementara angin sore membelai rambutnya yang digelung santai.“Kalau kamu terus menyiram mereka segitu telatnya, nanti bisa tumbuh akar hati di situ,” goda Adrian dari pintu depan, membawa dua cangkir teh hangat.Keira tertawa pelan. “Kalau bisa, kenapa nggak? Setidaknya rumah ini jadi hidup.”Mereka duduk berdua di bangku panjang yang terbuat dari kayu daur ulang. Tak ada suara selain cicit burung dan desir angin. Dunia tak lagi berisik seperti dulu. Tanpa ancaman, tanpa kejaran. Hanya hidup... dan harapan.Di dalam rumah, tembok-temboknya dipenuhi foto—bukan foto kemenangan atau upacara penghargaan, tapi foto-foto kecil: senyum mereka di dapur, jejak kaki di taman saat hujan,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ba 226

    Pagi yang lembut menyambut markas perjuangan dengan sinar matahari keemasan yang mengintip malu-malu di antara dedaunan. Aroma embun masih menggantung di udara, dan suasana yang sebelumnya penuh riuh sorak kemenangan kini berubah menjadi ketenangan yang syahdu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada rapat darurat, tidak ada rencana pengamanan, dan tidak ada ketegangan yang menanti di ujung malam.Keira membuka jendela besar ruang tengah. Angin pagi menyapa wajahnya dengan lembut, membawa harum bunga liar yang bermekaran di taman depan. Ia menghela napas pelan, seolah ingin menyerap seluruh keheningan damai itu ke dalam dada. Di belakangnya, Adrian berjalan mendekat, memeluknya dari belakang tanpa kata.“Seperti mimpi, ya?” bisik Keira.Adrian mengangguk, dagunya bertumpu di bahu Keira. “Tapi ini nyata. Kita di sini, setelah semua luka dan perjuangan.”Mereka berdiri dalam diam beberapa saat, menikmati pagi yang berbeda. Bukan pagi yang diburu oleh ketakutan, tapi pag

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 225

    Malam itu, langit di atas kota tampak seperti kanvas hitam yang dihiasi oleh ribuan bintang, seolah-olah alam pun turut serta dalam perayaan perubahan yang telah diraih oleh generasi baru. Di markas reformasi yang telah lama menjadi saksi perjuangan, seluruh anggota tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan para relawan—berkumpul untuk merayakan bab terakhir dari perjalanan panjang mereka. bukan hanya penutup dari kisah perlawanan melawan ketidakadilan, melainkan juga sebuah janji abadi bahwa kebenaran, keadilan, dan cinta akan terus hidup di hati setiap orang.Di ruang utama markas, dinding-dinding yang dulu suram kini dipenuhi dengan foto-foto momen krusial, potret-potret perlawanan, dan kutipan-kutipan inspiratif yang mengisahkan perjalanan dari kegelapan menuju cahaya. Layar digital besar menampilkan peta nasional yang kini menandai keberadaan program-program pemberdayaan, pusat-pusat pendidikan, dan jaringan relawan yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa. Semuanya ad

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 224

    Malam itu, langit dipenuhi ratusan bintang berkelip, seolah-olah alam pun merayakan puncak perjalanan yang telah ditempuh. Di markas reformasi yang kini telah menjadi simbol keabadian perjuangan, seluruh tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan semua relawan—duduk bersama dalam keheningan penuh makna. Malam itu bukan lagi tentang pertempuran, melainkan tentang refleksi, rasa syukur, dan pengharapan yang tak terpadamkan.Di ruang utama, di tengah dinding yang dihiasi foto-foto perjuangan dan kutipan inspiratif dari perjalanan panjang mereka, Adrian berdiri di depan seluruh hadirin. Suaranya tenang namun tegas, “Kita telah menyalakan obor kebenaran yang menerangi jalan bagi seluruh negeri. Perjuangan kita telah membuka mata dunia, dan hari ini, kita berdiri di ambang masa depan yang lebih adil. "Tapi lebih dari itu, kita telah menuliskan warisan—warisan tentang keberanian, tentang cinta, dan tentang keadilan yang akan hidup selamanya.”Sorakan memenuhi ruangan, namun di balik itu, k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status