Share

Bab 150

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-03-07 18:11:24

Pagi itu, Keira terbangun dengan perasaan yang lebih ringan dari sebelumnya.

Ia menatap langit-langit apartemennya selama beberapa detik sebelum akhirnya bangun dan berjalan menuju jendela.

Matahari baru saja naik, sinarnya menembus kaca jendela, menciptakan semburat keemasan di dalam ruangan.

Ia menggenggam gelang pemberian Adrian, membiarkan jari-jarinya menyusuri ukiran halus di permukaannya.

Meskipun ayah Adrian telah mengujinya, Keira merasa semakin yakin bahwa tidak ada lagi yang bisa menggoyahkan keputusannya.

Hari ini adalah hari baru.

Di tempat lain, Adrian duduk di dalam kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi serius.

Ia sedang membaca laporan terbaru mengenai proyek yang sedang ia jalankan, tetapi pikirannya terus kembali pada pertemuan Keira dengan ayahnya.

Harry Lawson bukan pria yang mudah menerima seseorang dalam kehidupan putranya.

Jika dia sudah menemui Keira secara langsung, itu berarti dia benar-benar ingin memastikan sesuatu.

"Apa yang kau pikirkan?"

S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 151

    Keira berdiri di depan cermin, mengamati pantulan dirinya dengan napas pelan. Hari ini adalah hari yang besar. Ia telah memutuskan untuk benar-benar memulai babak baru dalam hidupnya, tanpa lagi dihantui oleh bayang-bayang masa lalu.Ia mengenakan gaun berwarna krem yang sederhana namun elegan. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan ia hanya mengenakan riasan tipis. Tidak ada sesuatu yang berlebihan, hanya dirinya sendiri—Keira yang apa adanya.Ponselnya bergetar di atas meja rias. Sebuah pesan dari Adrian."Aku sudah di lobi. Jangan terburu-buru, aku akan menunggumu."Keira tersenyum kecil sebelum mengambil tasnya dan melangkah keluar.Di lobi, Adrian berdiri dengan tenang, mengenakan setelan hitam yang membuatnya terlihat semakin karismatik. Saat melihat Keira berjalan ke arahnya, matanya berbinar."Kau terlihat cantik," katanya begitu Keira tiba di hadapannya.Keira tersenyum. "Terima kasih."Adrian mengulurkan tangannya, dan Keira menyambutnya tanpa ragu."Mari kita p

    Last Updated : 2025-03-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 152

    Keira mengamati ruangan yang semakin ramai dengan tamu-tamu penting. Percakapannya dengan Victoria Lawson tadi masih terngiang di benaknya. Wanita itu belum sepenuhnya menerimanya, tapi setidaknya Keira tahu satu hal—Victoria bukan tipe yang akan menjatuhkan seseorang tanpa alasan. Ia merasakan tangan Adrian menyentuh punggungnya dengan lembut. "Kau baik-baik saja?" Keira mengangguk, tersenyum kecil. "Ya, aku hanya butuh waktu untuk membiasakan diri." Adrian tersenyum. "Kau sudah melakukannya dengan baik. Aku bangga padamu." Mereka baru saja hendak berbaur kembali ketika seseorang menghampiri mereka. "Adrian," sapa seorang pria dengan nada yang penuh percaya diri. Keira menoleh dan melihat seorang pria dengan setelan abu-abu elegan, sekitar usia Adrian, dengan ekspresi yang sulit ditebak. Matanya tajam, mengamati mereka berdua dengan penuh perhatian. "Alec," balas Adrian datar. Keira bisa merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara mereka. "Sudah lama t

    Last Updated : 2025-03-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 153

    Keira menatap dirinya di cermin apartemennya, mengingat semua percakapan yang terjadi di pesta semalam. Alec Montgomery, Natalie Whitmore, Victoria Lawson—mereka semua adalah bagian dari dunia Adrian, dunia yang kini perlahan menariknya masuk.Dunia yang penuh dengan persaingan, ujian, dan intrik.Namun, ia tidak akan lari.Ia menyisir rambutnya, lalu mengenakan blazer hitam sederhana. Hari ini, ia memutuskan untuk kembali ke galeri. Setelah semua yang terjadi, ia butuh sesuatu untuk menyeimbangkan pikirannya.Saat ia hendak mengambil tasnya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Adrian."Aku ingin menjemputmu untuk sarapan. Ada waktu?"Keira tersenyum kecil sebelum mengetik balasan."Tentu. Aku siap dalam 10 menit."Adrian menunggu di depan apartemen dengan mobilnya, mengenakan kemeja biru tua yang menggulung hingga sikunya. Ia membuka pintu untuk Keira, lalu tersenyum lembut."Bagaimana perasaanmu setelah pesta semalam?" tanyanya setelah mereka masuk ke mobil.Keira menghela napa

    Last Updated : 2025-03-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 154

    Keira duduk di meja kantornya, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari pertemuannya dengan Alec Montgomery. Kata-katanya terus terngiang di kepalanya."Aku hanya ingin tahu... seberapa jauh kau bisa bertahan di sisi Adrian?"Ia mengepalkan tangannya tanpa sadar. Kenapa Alec begitu tertarik padanya? Apa dia hanya ingin menggertaknya, atau ada sesuatu yang lebih besar yang sedang direncanakannya?Suara ketukan di pintu membuatnya tersadar."Masuk," katanya, mengatur nada suaranya agar terdengar normal.Seorang rekan kerjanya, Elise, masuk dengan ekspresi khawatir. "Keira, kau baik-baik saja?"Keira memaksakan senyum. "Aku baik. Kenapa?"Elise ragu sejenak sebelum berkata, "Aku melihat pria tadi berbicara denganmu. Siapa dia?"Keira menghela napas. "Alec Montgomery."Elise terbelalak. "Alec Montgomery? CEO Montgomery Corp?"Keira mengangguk.Elise mengerutkan kening. "Kenapa dia mencarimu?""Itu yang juga ingin kutahu," Keira menjawab jujur. "Tapi aku merasa dia sedang memainkan sesuatu

    Last Updated : 2025-03-09
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 155

    Keira terdiam di dalam mobil, pikirannya masih berputar tentang peringatan Samantha. Jika benar Alec ingin menghancurkan Adrian, maka mereka harus lebih berhati-hati.Adrian yang duduk di sampingnya tetap memegang kemudi dengan ekspresi serius. Tidak ada yang berkata apa-apa selama beberapa menit hingga akhirnya Keira membuka suara."Kau yakin kita bisa menghadapinya?"Adrian menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. "Aku tidak akan membiarkan Alec menyentuhmu. Aku akan memastikan dia tidak bisa melakukan apa pun yang bisa membahayakan kita."Nada suaranya begitu dingin dan tajam, membuat Keira tahu bahwa Adrian benar-benar serius."Tapi kita belum tahu langkah apa yang akan dia ambil," kata Keira pelan. "Samantha mungkin memberi peringatan, tapi kita tidak tahu sejauh mana Alec akan bertindak."Adrian menghela napas panjang. "Aku akan menghubungi beberapa orang kepercayaanku untuk mencari tahu gerakan Alec. Kita tidak bisa hanya menunggu dan melihat."Keira mengangguk. Ia

    Last Updated : 2025-03-09
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 156

    Pagi itu, Keira terbangun dengan perasaan gelisah. Ia masih berada di penthouse Adrian, tapi tidurnya tadi malam jauh dari nyenyak. Pikiran tentang amplop berisi foto-foto dirinya terus menghantuinya.Ia menggeser selimut dan menoleh ke samping. Adrian masih tertidur, wajahnya terlihat lebih damai dibandingkan saat ia terjaga. Namun, Keira tahu betapa lelahnya Adrian belakangan ini.Ia bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati, berusaha agar tidak membangunkannya. Setelah mencuci muka, ia berjalan ke ruang tamu, tempat Ethan dan beberapa pengawal masih berjaga."Bagaimana? Ada perkembangan?" tanyanya langsung.Ethan, yang sedang melihat layar tablet, menoleh padanya. "Kami sudah menelusuri rekaman CCTV. Tapi pelakunya sangat hati-hati. Dia memakai hoodie dan selalu menghindari kamera langsung."Keira menggigit bibirnya. "Jadi kita masih belum tahu siapa dia?""Belum. Tapi ada satu hal yang menarik," Ethan menggeser layar tabletnya dan menunjukkan sebuah rekaman. "Beberapa menit

    Last Updated : 2025-03-09
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 157

    Pagi itu, Keira duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangannya, tetapi pikirannya jauh melayang. Pesan misterius yang ia terima semalam masih mengganggu pikirannya."Berhati-hatilah, Keira. Tidak semua orang di sekitarmu bisa kau percaya."Siapa yang mengirim pesan itu? Jika bukan Alec, lalu siapa? Dan yang lebih penting, apa maksudnya?Adrian memasuki ruangan, mengenakan kemeja hitam yang pas di tubuhnya. Ia melirik Keira yang tampak melamun. “Masih memikirkan pesan itu?”Keira mengangguk. “Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, Adrian. Pesan itu terdengar seperti peringatan.”Adrian duduk di sampingnya, menatapnya dengan serius. “Aku sudah meminta Ethan untuk melacak nomor itu. Seharusnya kita segera tahu siapa yang mengirimnya.”Keira menggigit bibirnya. “Dan bagaimana dengan jebakan kita untuk Alec? Apakah dia mulai bergerak?”Adrian menyunggingkan senyum tipis. “Seperti

    Last Updated : 2025-03-10
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 158

    Keira masih terpaku di tempatnya, jantungnya berdetak tak beraturan. Nama yang muncul di layar tablet Ethan benar-benar mengguncang pikirannya.Orang itu... masih hidup?Adrian menggenggam tangannya, memberikan sedikit kehangatan di tengah kebingungan yang menyelimutinya. “Keira, kau harus memberitahuku siapa dia.”Keira menelan ludah, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya berkata dengan suara pelan, “Dia... seseorang yang pernah sangat dekat denganku. Tapi dia menghilang bertahun-tahun lalu. Aku diberitahu kalau dia sudah meninggal.”Ethan masih menatap layar tabletnya. “Kalau dia benar-benar masih hidup, berarti ada sesuatu yang belum kita ketahui. Dia mungkin bisa menjadi sekutu... atau ancaman.”Keira menggeleng. “Aku tidak tahu apakah dia masih sama seperti dulu.”Adrian menatap Keira dalam. “Kalau begitu, kita harus menemukannya sebelum dia menemukanmu lebih dulu.”Sementara itu, di sebuah a

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 232

    Matahari pagi membuka hari dengan sinar lembut yang mengusir embun dan membangkitkan semangat baru. Di Taman Pulih yang kini telah menjadi saksi pergerakan hidup bersama, setiap sudutnya bercerita—tentang perjuangan, tentang mimpi yang diberdayakan oleh tangan-tangan penuh cinta, dan tentang keberanian yang menorehkan satu jejak abadi.Di ujung taman, Keira dan Adrian bersama-sama mengadakan acara kecil yang mengundang warga dari berbagai penjuru kota. Di tengah-tengah panggung sederhana yang dihiasi lampu-lampu tenaga surya dan rangkaian bunga-bunga segar, mereka berbagi kisah perjalanan hidup yang terukir dalam setumpuk kenangan."Setiap langkah, setiap tawa, setiap air mata—semua itu adalah bagian dari cerita kita," ujar Adrian di hadapan kerumunan yang terpaku dalam keheningan penuh harap. "Hari ini, kita rayakan bukan hanya apa yang telah terjadi, tapi juga apa yang akan terus kita bangun bersama."Sorak-sorai dan tepuk tangan hangat mengalun, seolah alam pun turut merayakan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 231

    Di pagi yang cerah, seolah alam sendiri ingin menyambut babak baru dalam hidup mereka, kota kecil itu terasa lebih hidup dari sebelumnya. Taman Pulih, yang sudah menjadi simbol perjuangan dan harapan, kini beriak dengan kegiatan yang penuh warna. Di sinilah titik temu cerita—bukan lagi persimpangan antara masa lalu dan masa depan, melainkan sebagai saksi perjalanan setiap insan yang telah melewati badai dan menemukan cahaya.Di Taman Pulih, Keira dan Adrian duduk di bangku kayu yang sama sejak lama. Di sekeliling mereka, para penduduk berkumpul; ada yang membawa makanan, ada pula yang menyuguhkan alunan musik akustik sederhana. Anak-anak berlarian sambil tertawa, menyisipkan cerita baru di antara gemerisik dedaunan.“Lihat, Kang,” ujar Keira sambil menunjuk ke arah sekelompok remaja yang sedang bermain alat musik hasil kreativitas mereka dari barang bekas. “Dunia ini terus mengajarkan kita untuk memulai dari nol, tapi selalu ada keindahan di setiap langkahnya.”Adrian mengangguk,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 230

    Setahun setelah malam penuh bintang dan janji yang tersulam dalam keheningan, dunia yang telah tersingkap dari luka masa lalu kini menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih segar lagi. Di jantung kota kecil, Taman Pulih yang dulu hanya sebatas gagasan di atas kertas, kini telah menjadi oasis kehidupan—ruang yang mengundang tawa, perbincangan, dan harapan baru.Di pojok taman, Keira berdiri di bawah naungan pohon kenari yang dulu ia tanam bersama Adrian. Setiap helai daunnya menyatu bercerita tentang kerja keras, keberanian, dan keyakinan yang tak pernah padam. Di depan matanya, sekumpulan anak-anak tengah bermain, membuat kreasi dari daun kering dan ranting kecil. Tawa mereka seakan mengukir jejak kecil di tanah yang telah lama dirawat.Adrian, yang kini aktif membantu pembangunan komunitas, terlihat sibuk mendampingi para relawan yang sedang memasang instalasi lampu tenaga surya di sudut taman. “Setiap kilau lampu itu adalah cermin jiwa yang kembali bersinar,” gumamnya sambil

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 229

    Langit pagi membawa aroma embun dan tanah yang baru digarap. Di kejauhan, suara anak-anak dari sekolah dasar terdengar samar, bercampur dengan deru sepeda yang melintasi jalan kecil berkerikil. Dunia sudah tak lagi penuh gema peringatan bahaya—tapi gema tawa dan kehidupan.Di dapur rumah kecil itu, Keira sedang melipat surat-surat yang masuk minggu ini—bukan dari pejabat atau lembaga internasional, tapi dari orang-orang biasa: seorang guru di pelosok yang terinspirasi untuk mengajar coding dasar; seorang ibu yang kini bekerja di perpustakaan komunitas; seorang anak remaja yang baru saja memenangkan lomba inovasi pertanian.Semua surat itu ditaruh Keira di dalam sebuah kotak kayu berukir sederhana. Di bagian depan kotak itu, tertulis satu kata dengan tangan: “Ingatan.”Adrian masuk dengan membawa sekeranjang hasil panen pertama mereka—tomat, selada, dan dua buah paprika yang tumbuh lucu mirip huruf “A” dan “K”.“Lihat ini, kayaknya sayuran kita bisa ikut lomba fashion,” ujarnya samb

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 228

    Pagi itu, aroma kayu basah dan tanah yang baru disiram memenuhi udara. Kabut tipis masih menggantung di kebun belakang, tempat Keira menanam pohon kecil kemarin sore—pohon kenari yang diberikan oleh salah satu murid Samantha sebagai hadiah syukur.Keira berdiri diam di depannya, memandangi batang muda itu yang tampak rapuh namun penuh harapan."Aku belum pernah menanam pohon sebelumnya," katanya pelan ketika Adrian mendekat dari belakang, memeluk pinggangnya sambil menyandarkan dagu di pundaknya.“Tapi kamu tahu cara menumbuhkan sesuatu,” bisik Adrian, “karena kamu tahu cara menjaga.”Keira menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. “Pohon ini akan tumbuh tinggi nanti. Mungkin anak kita akan panjat dia, atau duduk di bawahnya baca buku. Tapi yang paling penting… dia akan tumbuh dari rumah ini.”Adrian mengangguk, membayangkan masa depan yang terasa jauh lebih dekat daripada sebelumnya.Samantha berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang pusat pelatihannya. Beberapa siswa sedang

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 227

    Rumah kecil di pinggiran kota itu jauh dari kata mewah. Dindingnya sederhana, dikelilingi pagar kayu yang mulai dipanjati tanaman rambat. Tapi di dalamnya, setiap sudut memancarkan ketenangan. Di teras depan, Keira sedang menyiram bunga-bunga yang kini tumbuh subur. Tangannya lembut mengusap daun yang basah, sementara angin sore membelai rambutnya yang digelung santai.“Kalau kamu terus menyiram mereka segitu telatnya, nanti bisa tumbuh akar hati di situ,” goda Adrian dari pintu depan, membawa dua cangkir teh hangat.Keira tertawa pelan. “Kalau bisa, kenapa nggak? Setidaknya rumah ini jadi hidup.”Mereka duduk berdua di bangku panjang yang terbuat dari kayu daur ulang. Tak ada suara selain cicit burung dan desir angin. Dunia tak lagi berisik seperti dulu. Tanpa ancaman, tanpa kejaran. Hanya hidup... dan harapan.Di dalam rumah, tembok-temboknya dipenuhi foto—bukan foto kemenangan atau upacara penghargaan, tapi foto-foto kecil: senyum mereka di dapur, jejak kaki di taman saat hujan,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ba 226

    Pagi yang lembut menyambut markas perjuangan dengan sinar matahari keemasan yang mengintip malu-malu di antara dedaunan. Aroma embun masih menggantung di udara, dan suasana yang sebelumnya penuh riuh sorak kemenangan kini berubah menjadi ketenangan yang syahdu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada rapat darurat, tidak ada rencana pengamanan, dan tidak ada ketegangan yang menanti di ujung malam.Keira membuka jendela besar ruang tengah. Angin pagi menyapa wajahnya dengan lembut, membawa harum bunga liar yang bermekaran di taman depan. Ia menghela napas pelan, seolah ingin menyerap seluruh keheningan damai itu ke dalam dada. Di belakangnya, Adrian berjalan mendekat, memeluknya dari belakang tanpa kata.“Seperti mimpi, ya?” bisik Keira.Adrian mengangguk, dagunya bertumpu di bahu Keira. “Tapi ini nyata. Kita di sini, setelah semua luka dan perjuangan.”Mereka berdiri dalam diam beberapa saat, menikmati pagi yang berbeda. Bukan pagi yang diburu oleh ketakutan, tapi pag

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 225

    Malam itu, langit di atas kota tampak seperti kanvas hitam yang dihiasi oleh ribuan bintang, seolah-olah alam pun turut serta dalam perayaan perubahan yang telah diraih oleh generasi baru. Di markas reformasi yang telah lama menjadi saksi perjuangan, seluruh anggota tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan para relawan—berkumpul untuk merayakan bab terakhir dari perjalanan panjang mereka. bukan hanya penutup dari kisah perlawanan melawan ketidakadilan, melainkan juga sebuah janji abadi bahwa kebenaran, keadilan, dan cinta akan terus hidup di hati setiap orang.Di ruang utama markas, dinding-dinding yang dulu suram kini dipenuhi dengan foto-foto momen krusial, potret-potret perlawanan, dan kutipan-kutipan inspiratif yang mengisahkan perjalanan dari kegelapan menuju cahaya. Layar digital besar menampilkan peta nasional yang kini menandai keberadaan program-program pemberdayaan, pusat-pusat pendidikan, dan jaringan relawan yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa. Semuanya ad

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 224

    Malam itu, langit dipenuhi ratusan bintang berkelip, seolah-olah alam pun merayakan puncak perjalanan yang telah ditempuh. Di markas reformasi yang kini telah menjadi simbol keabadian perjuangan, seluruh tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan semua relawan—duduk bersama dalam keheningan penuh makna. Malam itu bukan lagi tentang pertempuran, melainkan tentang refleksi, rasa syukur, dan pengharapan yang tak terpadamkan.Di ruang utama, di tengah dinding yang dihiasi foto-foto perjuangan dan kutipan inspiratif dari perjalanan panjang mereka, Adrian berdiri di depan seluruh hadirin. Suaranya tenang namun tegas, “Kita telah menyalakan obor kebenaran yang menerangi jalan bagi seluruh negeri. Perjuangan kita telah membuka mata dunia, dan hari ini, kita berdiri di ambang masa depan yang lebih adil. "Tapi lebih dari itu, kita telah menuliskan warisan—warisan tentang keberanian, tentang cinta, dan tentang keadilan yang akan hidup selamanya.”Sorakan memenuhi ruangan, namun di balik itu, k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status