Share

Bab 145

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 14:53:58

Adrian duduk di dalam mobilnya, memandangi layar ponselnya dengan perasaan gelisah. Pesan terakhir Keira belum juga dibalas.

"Kita bisa bicara besok?"

Sudah hampir tengah malam, tetapi ia tidak bisa tidur tanpa tahu jawaban Keira.

Akhirnya, ia menghela napas panjang dan memutuskan untuk pergi ke apartemen Keira.

Ia tahu ini mungkin bukan keputusan terbaik, tetapi ia tidak bisa menunggu lebih lama.

Ketika sampai di depan apartemen Keira, Adrian ragu sejenak sebelum mengetuk pintu. Suasana sunyi.

Ia nyaris berpikir bahwa Keira tidak akan membukakan pintu untuknya, tetapi beberapa detik kemudian, suara langkah kaki terdengar.

Pintu terbuka, memperlihatkan Keira yang masih mengenakan pakaian santai. Rambutnya tergerai, wajahnya sedikit lelah.

Keira menatapnya tanpa ekspresi. "Kenapa kau ke sini?"

"Aku ingin bicara," jawab Adrian pelan.

Keira menghela napas, lalu melangkah ke samping, membiarkan Adrian masuk.

Adrian berdiri di tengah ruangan sementara Keira berjalan ke dapur untuk menuan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 146

    Waktu berlalu dengan lebih tenang setelah perbincangan mereka. Keira mulai merasa sedikit lega, tetapi ia tahu butuh waktu untuk benar-benar kembali seperti semula. Pagi itu, Keira memutuskan untuk pergi ke galeri tempatnya bekerja. Ia ingin menyibukkan diri, mencoba mengalihkan pikirannya dari semua yang terjadi. Namun, saat ia baru saja tiba, sebuah kejutan menunggunya. Di depan pintu galeri, seorang pria tua berdiri dengan ekspresi serius. Rambutnya sudah memutih sebagian, tetapi sorot matanya masih tajam. "Keira Williams?" tanyanya. Keira mengangguk, merasa sedikit waspada. "Ya, saya Keira. Anda siapa?" Pria itu mengulurkan tangannya. "Saya Richard Dawson, ayahnya Samantha." Keira terkejut. Ia tidak pernah bertemu dengan keluarga Samantha sebelumnya. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan Dawson?" tanyanya hati-hati. Richard tersenyum kecil, meskipun wajahnya tetap tegang. "Saya ingin bicara dengan Anda. Tentang putri saya... dan tentang Adrian. Mereka duduk di salah s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 147

    Saat Keira tiba di apartemennya, langit di luar mulai berwarna jingga. Ia melepaskan mantel dan berjalan ke balkon, membiarkan angin sore menyapu wajahnya. Hari ini berjalan lebih baik dari yang ia kira.Ponselnya bergetar di meja. Saat melihat layar, ia sedikit terkejut—sebuah pesan dari Samantha.Samantha: Aku dengar dari Ayah bahwa dia menemuimu.Keira menghela napas sebelum mengetik balasan.Keira: Ya. Dia ingin aku tahu bahwa kau benar-benar mencoba berubah.Tidak butuh waktu lama sebelum balasan datang.Samantha: Aku tahu mungkin sulit untuk percaya. Aku sudah melakukan terlalu banyak kesalahan.Keira menatap layar itu lama. Ia bisa saja mengabaikannya, tetapi entah kenapa, ia tidak ingin melakukannya.Keira: Aku tidak membencimu, Samantha.Beberapa menit berlalu sebelum Samantha membalas.Samantha: Terima kasih. Aku tidak berharap kita bisa jadi teman, tapi aku lega mendengar itu.Keira tersenyum kecil. Mungkin ini bukan awal dari persahabatan, tetapi setidaknya ini adalah ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 148

    Malam itu, Keira sulit memejamkan mata. Ia berbaring di ranjangnya, menatap langit-langit sambil memikirkan percakapan terakhirnya dengan Adrian.“Aku ingin bersamamu, Adrian.”Itulah kata-kata yang ia ucapkan, dan ia benar-benar bersungguh-sungguh. Namun, perasaan gelisah masih menyelimutinya.Bukan karena ia meragukan keputusannya, tetapi karena ada sesuatu yang masih menggantung di pikirannya—Samantha.Wanita itu memang telah berubah. Keira bisa merasakannya. Tapi perubahan itu datang setelah begitu banyak kekacauan yang terjadi. Keira ingin percaya bahwa semua ini akan berakhir dengan baik, tapi masa lalu selalu memiliki cara untuk kembali menghantui.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Sudahlah, Keira. Fokus saja pada apa yang ada di depanmu. Pagi harinya, Keira memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit lebih awal sebelum pergi ke galeri. Begitu ia tiba, ia melihat Richard Dawson sedang berbicara dengan dokter di luar ruangan Samantha."Tuan Dawson," sapa Kei

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 149

    Keira menatap gelang di pergelangan tangannya, jari-jarinya dengan lembut menyentuh ukiran kecil di bagian dalamnya."Selamanya bersamamu."Kata-kata itu begitu sederhana, namun memiliki makna yang dalam. Adrian bukan tipe pria yang mudah mengumbar janji, jadi ketika ia memberikan sesuatu dengan pesan sejelas ini, Keira tahu betapa seriusnya perasaan pria itu.Ia menarik napas panjang dan tersenyum kecil. Mungkin, untuk pertama kalinya, ia bisa benar-benar melihat masa depan bersama Adrian tanpa dihantui oleh bayang-bayang masa lalu.Hari itu berjalan dengan cepat. Setelah menghabiskan waktu di galeri, Keira memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi Samantha. Namun, baru saja ia keluar dari gedung galeri, sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya.Jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok pria yang selama ini hanya ia dengar namanya—Harry Lawson.Ayah Adrian.Keira merasakan tubuhnya menegang seketika."Keira Williams?" suara pria itu terdengar rendah, ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 150

    Pagi itu, Keira terbangun dengan perasaan yang lebih ringan dari sebelumnya. Ia menatap langit-langit apartemennya selama beberapa detik sebelum akhirnya bangun dan berjalan menuju jendela. Matahari baru saja naik, sinarnya menembus kaca jendela, menciptakan semburat keemasan di dalam ruangan.Ia menggenggam gelang pemberian Adrian, membiarkan jari-jarinya menyusuri ukiran halus di permukaannya. Meskipun ayah Adrian telah mengujinya, Keira merasa semakin yakin bahwa tidak ada lagi yang bisa menggoyahkan keputusannya.Hari ini adalah hari baru.Di tempat lain, Adrian duduk di dalam kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi serius. Ia sedang membaca laporan terbaru mengenai proyek yang sedang ia jalankan, tetapi pikirannya terus kembali pada pertemuan Keira dengan ayahnya.Harry Lawson bukan pria yang mudah menerima seseorang dalam kehidupan putranya. Jika dia sudah menemui Keira secara langsung, itu berarti dia benar-benar ingin memastikan sesuatu."Apa yang kau pikirkan?"S

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 151

    Keira berdiri di depan cermin, mengamati pantulan dirinya dengan napas pelan. Hari ini adalah hari yang besar. Ia telah memutuskan untuk benar-benar memulai babak baru dalam hidupnya, tanpa lagi dihantui oleh bayang-bayang masa lalu.Ia mengenakan gaun berwarna krem yang sederhana namun elegan. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan ia hanya mengenakan riasan tipis. Tidak ada sesuatu yang berlebihan, hanya dirinya sendiri—Keira yang apa adanya.Ponselnya bergetar di atas meja rias. Sebuah pesan dari Adrian."Aku sudah di lobi. Jangan terburu-buru, aku akan menunggumu."Keira tersenyum kecil sebelum mengambil tasnya dan melangkah keluar.Di lobi, Adrian berdiri dengan tenang, mengenakan setelan hitam yang membuatnya terlihat semakin karismatik. Saat melihat Keira berjalan ke arahnya, matanya berbinar."Kau terlihat cantik," katanya begitu Keira tiba di hadapannya.Keira tersenyum. "Terima kasih."Adrian mengulurkan tangannya, dan Keira menyambutnya tanpa ragu."Mari kita p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 152

    Keira mengamati ruangan yang semakin ramai dengan tamu-tamu penting. Percakapannya dengan Victoria Lawson tadi masih terngiang di benaknya. Wanita itu belum sepenuhnya menerimanya, tapi setidaknya Keira tahu satu hal—Victoria bukan tipe yang akan menjatuhkan seseorang tanpa alasan. Ia merasakan tangan Adrian menyentuh punggungnya dengan lembut. "Kau baik-baik saja?" Keira mengangguk, tersenyum kecil. "Ya, aku hanya butuh waktu untuk membiasakan diri." Adrian tersenyum. "Kau sudah melakukannya dengan baik. Aku bangga padamu." Mereka baru saja hendak berbaur kembali ketika seseorang menghampiri mereka. "Adrian," sapa seorang pria dengan nada yang penuh percaya diri. Keira menoleh dan melihat seorang pria dengan setelan abu-abu elegan, sekitar usia Adrian, dengan ekspresi yang sulit ditebak. Matanya tajam, mengamati mereka berdua dengan penuh perhatian. "Alec," balas Adrian datar. Keira bisa merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara mereka. "Sudah lama t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 153

    Keira menatap dirinya di cermin apartemennya, mengingat semua percakapan yang terjadi di pesta semalam. Alec Montgomery, Natalie Whitmore, Victoria Lawson—mereka semua adalah bagian dari dunia Adrian, dunia yang kini perlahan menariknya masuk.Dunia yang penuh dengan persaingan, ujian, dan intrik.Namun, ia tidak akan lari.Ia menyisir rambutnya, lalu mengenakan blazer hitam sederhana. Hari ini, ia memutuskan untuk kembali ke galeri. Setelah semua yang terjadi, ia butuh sesuatu untuk menyeimbangkan pikirannya.Saat ia hendak mengambil tasnya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Adrian."Aku ingin menjemputmu untuk sarapan. Ada waktu?"Keira tersenyum kecil sebelum mengetik balasan."Tentu. Aku siap dalam 10 menit."Adrian menunggu di depan apartemen dengan mobilnya, mengenakan kemeja biru tua yang menggulung hingga sikunya. Ia membuka pintu untuk Keira, lalu tersenyum lembut."Bagaimana perasaanmu setelah pesta semalam?" tanyanya setelah mereka masuk ke mobil.Keira menghela napa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 174

    Malam yang awalnya sunyi berubah menjadi penuh ketegangan.Keira berdiri diam di tempatnya, jantungnya berdebar kencang. Di depannya, beberapa pria bersenjata menghalangi jalan mereka menuju kapal. Wajah mereka dingin, penuh ketegasan.Adrian bergerak cepat, melangkah ke depan dengan tubuh tegak. Matanya tajam menatap pria yang berdiri paling depan, seseorang dengan perawakan tinggi dan sorot mata penuh perhitungan.“Lama tidak bertemu, Adrian,” pria itu berkata, suaranya tenang namun mengandung ancaman.Keira melihat rahang Adrian mengeras. “Lucas,” gumamnya.Dylan yang berada di sebelah Adrian segera bersiaga. Ia melirik Keira dan Samantha, memberi isyarat agar tetap di tempat.Lucas tersenyum kecil. “Aku sudah menunggu kalian. Kudengar kalian ingin pergi jauh. Sayangnya, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.”Adrian tetap tenang. “Apa yang kau inginkan?”Lucas tertawa pelan. “Kau tahu apa yang kuinginkan. Samantha, bayi itu, dan tentu saja…” Matanya beralih ke Keira. “Wanita yan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 173

    Angin malam berdesir melalui celah-celah rumah kayu yang mereka tempati sementara. Di luar, kegelapan membentang, hanya dipecah oleh sinar bulan yang menerobos di antara dedaunan.Adrian berdiri di dekat jendela, memperhatikan jalan setapak yang mereka lewati tadi. Matanya tajam, penuh kewaspadaan. Dylan duduk di lantai, punggungnya bersandar pada dinding kayu, tangannya sibuk membersihkan pistol yang ia bawa.Keira duduk di sofa tua di sudut ruangan, tubuhnya terasa lelah, tetapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. Sementara itu, Samantha berdiri tak jauh darinya, memeluk dirinya sendiri seakan mencoba menenangkan kegelisahannya.Suasana di dalam rumah itu begitu sunyi, seolah semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing.Rencana Pelarian yang Belum SelesaiDylan akhirnya memecah kesunyian. “Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Aku yakin mereka masih memburu kita.”Adrian mengangguk. “Aku setuju. Kita harus segera bergerak ke pelabuhan sebelum fajar.”Samantha m

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 172

    Mobil mereka melaju melewati jalanan berbatu yang semakin jauh dari kota. Malam semakin larut, menyelimuti perjalanan mereka dengan kegelapan yang pekat. Keira bersandar di kursi, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian di jembatan.Samantha duduk diam di sebelahnya, kedua tangannya masih menggenggam erat sabuk pengaman seolah takut melepaskannya. Sementara itu, Adrian dan Dylan tetap waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka benar-benar telah lolos dari pengejaran."Tidak ada tanda-tanda mobil lain," kata Dylan akhirnya. "Setidaknya untuk sekarang, kita aman."Adrian mengangguk, tapi ekspresinya tetap dingin dan penuh kehati-hatian. "Jangan lengah dulu. Mereka pasti akan mencari kita lagi."Keira menelan ludah. "Ke mana tujuan kita sekarang?"Samantha yang sejak tadi diam akhirnya berbicara. "Kita harus keluar dari negara ini secepat mungkin."Dylan mengangkat alis. "Dan bagaimana caranya? Semua jalur utama pasti sudah mer

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 171

    Malam semakin pekat saat Keira, Adrian, Samantha, dan Dylan menyusuri jalanan gelap menuju titik pertemuan. Hanya suara angin dan derap langkah mereka yang terdengar.Keira merapatkan jaket yang diberikan Dylan, berusaha menghalau dingin sekaligus menutupi identitasnya. Mereka harus bergerak cepat sebelum orang-orang Victor menyadari keberadaan mereka.Adrian berjalan di sampingnya, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Samantha masih mengikuti. Gadis itu tampak pucat, tetapi tetap berusaha tegar."Kita hampir sampai," bisik Dylan, mempercepat langkahnya.Di depan, samar-samar terlihat sebuah mobil hitam terparkir di bawah jembatan kecil. Lampunya dimatikan, dan hanya suara mesin yang terdengar pelan."Siapa yang menunggu di sana?" tanya Adrian waspada."Orang kepercayaanku," jawab Dylan. "Dia bisa membawa kita keluar dari kota tanpa terdeteksi."Mereka terus melangkah hingga akhirnya mencapai mobil itu. Seorang pria berkacamata hitam turun dari kursi kemudi, meskipun mala

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 169

    Udara pagi masih dingin saat Keira, Adrian, dan Samantha melangkah keluar dari rumah persembunyian mereka. Langit berwarna abu-abu, seolah mencerminkan suasana hati mereka yang dipenuhi kewaspadaan. Adrian berjalan paling depan, matanya tajam menyapu lingkungan sekitar. Keira dan Samantha mengikutinya dengan hati-hati, tas kecil berisi barang-barang penting menggantung di punggung mereka. “Kita ke mana sekarang?” bisik Keira. Adrian melirik arlojinya sebelum menjawab. “Ada tempat yang aman di pinggiran kota. Aku punya kontak di sana yang bisa membantu kita keluar dari negara ini dengan aman.” Samantha mendesah pelan. “Keluar dari negara ini? Apa itu satu-satunya pilihan kita?” Adrian menatapnya serius. “Victor tidak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kita harus berada di luar jangkauannya.” Keira menelan ludah. Membayangkan meninggalkan semua yang ia kenal terasa berat, tetapi ia tahu ini bukan tentang dirinya saja. Ini tentang berta

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 170

    Malam mulai menyelimuti langit saat Keira, Adrian, dan Samantha akhirnya mencapai pinggiran hutan. Napas mereka masih terengah-engah setelah pelarian panjang yang hampir membuat mereka tertangkap.Keira menatap Adrian dengan khawatir. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka masih mencari kita.”Adrian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hutan mulai beralih ke tanah lapang dengan beberapa gudang tua yang tampak terlantar. Ia menunjuk ke salah satu bangunan yang terlihat lebih kokoh. “Kita bersembunyi di sana dulu. Kita butuh tempat untuk menyusun rencana sebelum melanjutkan perjalanan.”Samantha tampak ragu. “Bagaimana kalau tempat itu tidak aman?”Adrian menatapnya tajam. “Saat ini, kita tidak punya pilihan lain.”Mereka bertiga bergerak dengan hati-hati, menyelinap ke dalam gudang tua yang pintunya setengah terbuka. Begitu masuk, mereka mendapati ruangan luas dengan beberapa tumpukan kayu dan alat-alat pertanian berkarat. Bau tanah lembap bercampur debu memenuhi udara.Ke

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 168

    Malam semakin larut, dan udara dingin mulai merayapi rumah kecil itu. Keira duduk di dekat perapian, tangannya memeluk lutut, mencoba mencari kehangatan. Samantha beristirahat di sofa, sementara Adrian sibuk memeriksa peta digital di ponselnya.Suasana hening, tetapi bukan ketenangan yang nyaman—melainkan ketegangan yang menggantung di udara.Keira mengangkat wajahnya. “Adrian, menurutmu Victor akan menemukan kita secepat itu?”Adrian menghela napas panjang. “Victor bukan orang yang mudah menyerah. Tapi sejauh ini, kita masih memiliki sedikit keunggulan.”Samantha menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, matanya menatap langit-langit. “Masalahnya, kita tidak bisa bersembunyi selamanya. Kita harus berpikir bagaimana mengakhiri ini.”Keira menatap Samantha. Ia tahu perempuan itu benar. Mereka tidak bisa terus-menerus melarikan diri.“Lalu, apa rencanamu?” tanya Keira akhirnya.Adrian menatap Samantha sejenak sebelum menjawab. “Aku punya beberapa kontak yang bisa membantu kita. Tapi k

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 167

    Mobil melaju kencang di jalan berbatu, meninggalkan villa Victor yang kini sudah jauh di belakang mereka. Di dalam mobil, suasana terasa tegang.Keira duduk di kursi penumpang, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan Samantha yang masih menekan lukanya."Kau yakin baik-baik saja?" tanya Keira dengan nada khawatir.Samantha mengangguk pelan, meskipun wajahnya sedikit pucat. "Ini hanya luka ringan. Aku pernah mengalami yang lebih buruk," jawabnya, berusaha tetap tenang.Adrian tetap fokus pada jalan di depan. Tangannya erat menggenggam setir, memastikan mereka tidak tersesat atau masuk ke dalam perangkap."Kita harus segera menemukan tempat aman untuk bersembunyi," kata Adrian. "Victor pasti sudah menyebar anak buahnya untuk mencari kita."Keira menelan ludah. "Kau ada ide ke mana kita harus pergi?"Adrian terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku punya tempat di luar kota. Rumah kecil yang jarang dipakai. Itu cukup jauh dari sini dan aman."Keira mengangguk, mempercayai pen

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 166

    Alarm terus berbunyi, memecah keheningan malam di villa Victor. Lampu merah berkedip-kedip di sepanjang koridor, menandakan bahwa mereka telah terdeteksi.Keira merasakan jantungnya berdetak begitu cepat saat ia, Adrian, dan Samantha berlari melewati lorong sempit, berusaha mencari jalan keluar."Ke arah sini!" bisik Samantha, menunjuk sebuah pintu kecil di ujung lorong.Adrian menarik Keira, memastikan ia tetap dekat dengannya. "Jangan lepas tanganku," katanya tegas.Keira mengangguk, meskipun ketakutan mulai menyelimutinya.Begitu mereka mencapai pintu itu, Samantha dengan cepat mengeluarkan alat kecil dari sakunya dan mengutak-atik panel kunci elektronik di sebelahnya."Ayo cepat, Sam," bisik Keira, merasa waktu mereka semakin menipis.Langkah kaki para penjaga semakin mendekat. Mereka bisa mendengar suara perintah tegas melalui radio yang dibawa para penjaga.Klik.Pintu terbuka tepat pada waktunya.Mereka bertiga segera masuk dan menutup pintunya kembali dengan cepat. Ruangan y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status