Sesekali keduanya melepas ciuman itu lalu kembali saling memagut setelah mengulas senyum.
Suara kecapan bibir terdengar samar-samar berbaur dengan suara siaran televisi. Mereka sangat menikmati ciuman yang penuh cinta. Keduanya memejamkan mata merasakan kehangatan sentuhan benda lembut itu. Mereka saling memagut bibirnya dengan sangat lama.
Sementara tangan Jessi menyusup di balik kaus yang dikenakan sang pengawal. Debaran dada laki-laki itu sangat terasa saat jemari lentik Jessi meraba dada bidang yang ditumbuhi rambut-rambut halus.
Jessi melepas ciumannya, lalu menarik kaus Leon hingga terlepas. “Aku menginginkanmu, Leon.”
Wanita itu membenamkan bibirnya di leher kekasih barunya sambil menggerayangi dada bidang sang pengawal.
Jessica melakukan hubungan
Otot sang pengawal yang liat dan besar membuat Jessi merasa terpuaskan, walau ini bukanlah yang pertama baginya. Tapi baru kali ini ia melakukannya atas nama cinta."Leon ...." Jessica merintih sambil menggigit bibirnya. Bukan karena kesakitan melainkan karena kenikmatan.Rahang pengawal tampan itu menegang, wajahnya terlihat memerah dengan napas yang memburu, ia menghujam sang nona, lagi dan lagi, hingga mencapai puncak kenikmatannya.Jessi menyukai setiap gerakan yang dilakukan kekasihnya itu. Ia sangat menikmati percintaannya kali ini. Jessi dan Leon melakukannya karena cinta, bukan karena paksaan atau keharusan untuk memuaskan pasangan.“Sayang, terima kasih.” Leon mengecup kening Jessica setelah mencapai klimaks.“Jangan panggil sayang! Itu mengingatkanku kepada Alan dan Jimmy yang selalu memanggilku dengan sebutan itu.”“Baiklah, Liebe, terima kasih atas kebahagiaan yang kamu berikan kepada saya." Le
"Saya sudah berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan kamu. Untuk itu saya akan menghukummu kalau kamu tidak mau bekerja." Leon membopong kekasihnya dan membawanya ke kamar mandi."Menyenangkan sekali mempunyai kekasih sepertimu." Jessi melingkarkan tangannya di leher sang pengawal sambil tersenyum."Sebenarnya tidak mandi pun kamu masih terlihat cantik, tapi kamu agak bau, Liebe.""Enak saja!" Jessi memukul dada Leon yang membuat laki-laki itu tertawa."Tapi, bau kamu memabukkan." Leon menurunkan Jessi di bawah pancuran air. "Apa perlu saya mandikan?""Tidak. Itu akan membuatku semakin terlambat. Sekarang pergilah.""Baiklah," sahut Leon. "Jangan lama-lama mandinya!""Sudah pergi sana! Kamu yang membuat saya lama.""Iya, saya keluar."Setelah keluar dari kamar mandi sang nona, Leon pergi ke luar rumah untuk menelpon asistennya.“Daniel, hapus semua video Nona Jessi. Saya tidak akan menghanc
“Saya habis mengeluarkan mobil.” Leon melingkarkan tangannya di pinggang wanitanya. “Ayo kita berangkat!” “Ini pertama kalinya aku berangkat kerja jam segini,” ucapnya sambil berjalan melihat jam yang melingkar ditangannya. “Maafkan saya, Nona. Semua ini karena saya," ucap Leon penuh penyesalan. Leon khawatir sang kekasih akan mengakhiri hubungannya karena baru sehari berkencan, ia sudah membuat wanitanya terlambat ke kantor. Jessi memeluk pengawal tampan itu. “Kenapa kamu minta maaf? Ini adalah hari pertama aku merasakan bahagia selain dari pencapaian pekerjaanku.” “Benarkah?” Leon langsung membopong Jessica dan membawanya keluar. “Kita akan semakin terlambat kalau kamu terus merayuku.” “Sepertinya aku harus berterima kasih kepadamu.” Jessi mengalungkan lengannya pada leher sang kekasih, lalu melumat bibir pengawal tampan itu dengan lembut, mereka berciuman sepanjang jalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.
“Aku sedang buru-buru, Leon.” Jessi terus melangkah tanpa menghiraukan seruan pengawalnya.“Leon menarik tangan Jessica hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukannya, lalu berbisik, “Lipstik anda masih berantakan.”“Apa?” Jessi menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil celingukan ke kiri dan ke kanan.Ia akan malu sekali jika ada yang sadar dengan penampilannya. Untung saja ia tidak memakai lipstik berwarna merah yang pasti akan terlihat seperti sangat mencolok jika berantakan."Mereka pasti sudah melihat penampilanku yang aneh ini,” ucapnya yang merasa kesal sendiri. Begitu cerobohnya ia dengan penampilannya sendiri.Leon merangkul kepala Jessi untuk menutupi wajah cantik sang CEO yang terlihat aneh karena riasannya. Ia berjalan pelan supaya Jessi tidak terjatuh.“Pelan-pelan saja, Nona,” bisik Leon sambil menahan senyum.Para pegawai yang melihat adegan
“Hahaha … kenapa saya yang disalahkan? Tadi 'kan kamu sendiri yang mencium saya.”“Iya, kenapa kamu tidak memberitahuku sebelum keluar dari mobil!” Jessi mendudukkan tubuhnya di sofa, lalu membenarkan riasannya dengan cepat.“Saya tadi mau bilang, tapi kamu nggak mau mendengarkan.”“Sudahlah. Aku tidak pernah menang jika berdebat denganmu,” ucapnya setelah memoles kembali bibirnya. “Kenapa aku seceroboh ini pada penampilanku sendiri. Ini sangat memalukan.”“Jangan berbicara terus! Waktu anda tinggal lima menit lagi! Bergegaslah, Boss. Anda sudah sangat sempurna.” Leon mengacungkan kedua jempolnya pada sang kekasih.“Kamu benar sekali, Cintaku.” Jessi bangun dari duduknya, lalu menjawil dagu sang pengawal. “Akhir-akhir ini aku terlalu banyak berbicara. Ini semua karena tertular olehmu.”“Kenapa saya lagi yang disalahkan? Wanita m
“Syukurlah. Saya merasa lega mendengarnya.”“Juli, ibumu sakit apa?” Jessi menoleh sekilas.“Ibu saya sudah tidak muda lagi, Nona, dia menginginkan saya segera menikah. Ia terlalu khawatir tidak bisa menyaksikan saya menikah. ”“Apa aku juga telah membebani pikiran Mami karena tidak mau menikah.” gumam Jessi.“Semoga saja tidak, Nona,” sahut Julie.“Lalu rencanamu apa?” tanya Jessi lagi.“Saya harus mencari calon suami dalam waktu dekat, kalau tidak, saya akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tua saya.” Julie tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia merasa malu sendiri dengan ucapannya.“Apa kamu mau menikah dengan orang yang tidak kamu cintai?” Jessi menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada sang sekretaris untuk menunggu jawaban dari wanita itu.“Saya bersedia kalau itu bisa membahagiakan orang tua
Jessi sibuk bekerja sedangkan Leon sibuk memerhatikan kekasihnya. "Dia memang wanita yang ambisius, tekadnya sangat kuat, tidak seperti diriku yang tidak bisa berkonsentrasi sejak jatuh cinta padanya," gumam Leon pelan. "Kenapa dia begitu tenang? Apa jangan-jangan dia hanya pura-pura mencintai saya?"Sejak ia menyadari perasaannya, Leon tidak bisa berpikir tentang pekerjaan, yang ia pikirkan hanyalah wanita yang dicintainya.Sampai beberapa jam berlalu, Jessica masih berkutat dengan pekerjaan. Ketika Leon hendak menghampiri sang nona, langkah kakinya terhenti saat pintu ruangan sang CEO tiba-tiba terbuka."Halo, Sayang, aku datang." Senyuman lebar menghiasi wajah CEO AA Group. Laki-laki itu menghampiri Jessi dan berdiri di depan meja kerjanya. "Sayang, apa kamu tidak merindukanku? Kenapa ekspresimu seperti itu?"Jessi mengalihkan pandangannya dari layar komputer, ia menatap laki-laki yang sudah berhari-hari tidak bertemu dengannya."Aku juga
Jessi menyantap makanan yang dibawa Leon tanpa bersuara, sedangkan pengawal tampan itu masih berdiri di depan meja kerja sang nona untuk memastikan kalau wanita itu menghabiskan makanannya.“Kenapa kamu tidak makan?” tanya Jessi setelah menelan makanannya.“Saya ini tidak sibuk seperti anda, jadi saya bisa makan kapan pun saya mau,” jawab Leon dengan nada yang dingin."Sepertinya dia memang marah,’ batin Jessi sambil terus mengunyah makanannya. ‘Dia marah karena ada Alan atau tersinggung dengan ucapanku?’ Jessi penasaran dengan perubahan sikap Leon yang tiba-tiba menjadi dingin padanya, tapi ia gengsi untuk bertanya. Jessi menyingkirkan kotak makanan itu setelah makanannya habis tanpa sisa. Ia tidak mau berbicara dengan Leon karena khawatir akan mengganggu konsentrasinya bekerja jika sudah berdebat dengan laki-laki itu.Setelah minum, Jessi kembali melanjutkan pekerjaannya. ‘Pekerjaan ini harus selesai malam ini juga,’ batinnya.Leon membereskan bekas makan sang nona, lalu pergi ke lu