"Kalau aku tahu jawabannya untuk apa aku bertanya." Wanita itu berpura-pura tidak tahu, padahal ia sudah bisa merasakannya.
"Saya melakukan ini karena saya mau," balas Leon sembari tersenyum. "Saya akan menyelesaikan pekerjaan itu sambil menunggu makanan datang.
Leon kembali duduk di sofa dan mengerjakan pekerjaaan sekretaris sang CEO.
Kini Jessi yang menatap sang pengawal yang sedang serius bekerja.
'Leon, aku tahu, rasa sayang dan kepedulianmu bukan karena aku ini Boss kamu, tapi karena kamu mempunyai perasaan yang lebih,' batin Jessi sambil tersenyum.
'Saya melakukan ini karena saya mencintai anda, Nona. Kekacauan ini akibat ulah saya, tapi saya janji akan membantu anda, hingga produk baru ini rilis.'
Leon lupa kalau ia juga sedang menyiapkan produk baru untuk bersaing di pasaran dengan produk unggulan Beauty Corporation.
Semakin lama Leon menyadari tentang perasaannya, semakin membuatnya merasa bersalah karena telah berbuat
“Silakan saja! Kenapa harus bertanya dulu? Kamu mencium saya saja tidak bertanya terlebih dulu." Jessi mendelikkan matanya dengan sinis.“Itu lain, Nona,” balas Leon sembari terkekeh. “Kalau bertanya terlebih dulu pasti tidak akan mendapat izin.”“Aku selalu kalah kalau berbicara denganmu. Ayo katakanlah kamu mau bicara apa?” tanya Jessica dengan kesal, namun Leon malah tersenyum melihat wajah sang nona.'Dulu saya tidak berani menatap Nona kalau dia sedang marah, tapi sekarang dia terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah,' gumam Leon dalam hati sambil tersenyum."Kenapa malah tersenyum? Cepat katakanlah!" Jessi menjadi salah tingkah ditatap oleh pengawalnya itu.Jessi bukan remaja putri yang baru mengenal cinta. Dari sekian laki-laki yang menggodanya, hanya Leon yang bisa membuatnya merona dan senyum-senyum sendiri.“Anda tambah cantik jika sedang marah." Leon tidak pernah mengalihkan pa
Jessi tersenyum-senyum sendiri membayangkan ketika Leon menciumnya tadi. "Ada apa dengan diriku? Ia tersadar, lalu melanjutkan pekerjaannya. Sementara Leon pergi ke tempat yang tidak jauh dari ruangan sang nona. Ia tetap memantau pintu ruangan sang nona dari tempatnya berdiri. Laki-laki tegap itu merogoh ponsel dari saku jas untuk menelepon asistennya. "Halo, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Daniel dari seberang telepon. "Saya jatuh cinta." "Maafkan saya, Tuan. Saya menghormati anda karena saya merasa berhutang budi atas kebaikan keluarga anda. Saya akan mengabdi seumur hidup saya kepada keluarga Karl. Tapi ... mohon maaf, Tuan, saya masih normal, saya menyukai wanita. Dengan menyesal saya menolak cinta anda," ucap Daniel panjang lebar. "Apa maksudmu? Kamu pikir saya jatuh cinta sama kamu?!" Leon sedikit membentak, namun suaranya sedikit direndahkan karena khawatir ada yang mendengarkan pembicaraannya. "
Leon memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah selesai berbicara dengan asistennya, lalu masuk ke dalam ruangan sang nona. "Siapa yang kamu telepon? Ini sudah tiga kali sepuluh menit," cecar Jessi saat Leon menghampirinya. "Tiga kali sepuluh menit," gumam Leon sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. 'Saya lupa kalau sudah berjanji hanya pergi sepuluh menit. Ini semua karena Daniel yang terlalu banyak berbicara,' gumam Leon dalam hati. "Saya menelepon teman, Nona," sahut Leon. "Bukannya tadi kamu mau menelepon orang tuamu?" Jessi memicingkan matanya. Ia curiga kalau Leon berbohong. "Maksudnya setelah menelpon orang tua, saya menelpon teman," jawab Leon sembari tersenyum, lalu berjalan mendekati sang nona. "Apa Nona merindukan saya atau anda sedang cemburu?" bisiknya. "Memangnya kamu siapa? Kenapa saya harus cemburu?" Jessi menggeser kursinya semakin dekat dengan meja kerjanya. Lalu, kembali mengerjakan pekerjaannya. 'Ken
Jessi berjalan cepat meninggalkan sang pengawal, ia tidak mau meladeni pengawalnya itu karena masih banyak pegawai yang belum pulang dan masih lalu lalang di dalam kantor itu. “Sepertinya Nona juga menyukai saya.” Leon tersenyum sambil berjalan cepat untuk membukakan pintu mobil. “Silakan masuk, Nonaku.” Leon tersenyum genit kepada wanita yang dicintainya. Jessi mendelikkan matanya dengan sinis kepada Leon, lalu segera masuk ke dalam mobil. ‘Dia selalu membuatku merona. Apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku menyukainya dia bersikap gila seperti itu?’ gumamnya dalam hati sambil menahan senyum. Wanita memalingkan wajah menghadap ke luar jendela untuk menghindar dari sang pengawal. Ia memejamkan matanya berpura-pura tertidur. Leon menoleh pada sang nona sebelum melajukan kendaraannya. ‘Dia bekerja terlalu keras.’ Sepanjang perjalanan Leon memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya terhadap sang Nona. Sesekali ia melirik w
“Leon … aku … aku juga menyukaimu, tapi kamu juga tahu aku tidak bisa menjalin hubungan dengan siapa pun karena itu akan menghambat karierku.”“Saya tidak akan menuntut anda untuk menikah, saya hanya ingin anda selalu berada di samping saya.” Leon kembali mencium jemari sang nona. “Saya akan melakukan apa pun untuk anda yang penting anda selalu bersama saya."“Kamu yakin tidak akan menuntut apa-apa dari saya?”“Satu, hanya satu yang saya minta. Jangan berkencan dengan Tuan Alan atau siapa pun lagi. Saya hanya ingin anda menjadi milik saya seutuhnya. Saya akan mengabulkan semua permintaan anda, bahkan jika anda menginginkan saya terjun ke jurang pun akan saya lakukan asalkan anda menjadi kekasih saya."Jessi tampak berpikir. Jika menolaknya ia khawatir Leon akan berhenti menjadi pengawal. Sejujurnya ia juga menyukai Leon, tapi ia takut berkomitmen karena takut mengganggu kariernya."Saya
Jessica mendekatkan wajahnya, lalu meraup bibir sang pengawal tampan itu dan menyesapnya dengan penuh gairah. Leon pun membalas ciuman itu dengan penuh hasrat.Sesekali keduanya melepas ciuman itu lalu kembali saling memagut setelah mengulas senyum.Suara kecapan bibir terdengar samar-samar berbaur dengan suara siaran televisi. Mereka sangat menikmati ciuman yang penuh cinta. Keduanya memejamkan mata merasakan kehangatan sentuhan benda lembut itu. Mereka saling memagut bibirnya dengan sangat lama.Sementara tangan Jessi menyusup di balik kaus yang dikenakan sang pengawal. Debaran dada laki-laki itu sangat terasa saat jemari lentik Jessi meraba dada bidang yang ditumbuhi rambut-rambut halus.Jessi melepas ciumannya, lalu menarik kaus Leon hingga terlepas. “Aku menginginkanmu, Leon.”Wanita itu membenamkan bibirnya di leher kekasih barunya sambil menggerayangi dada bidang sang pengawal.Jessica melakukan hubungan
Otot sang pengawal yang liat dan besar membuat Jessi merasa terpuaskan, walau ini bukanlah yang pertama baginya. Tapi baru kali ini ia melakukannya atas nama cinta."Leon ...." Jessica merintih sambil menggigit bibirnya. Bukan karena kesakitan melainkan karena kenikmatan.Rahang pengawal tampan itu menegang, wajahnya terlihat memerah dengan napas yang memburu, ia menghujam sang nona, lagi dan lagi, hingga mencapai puncak kenikmatannya.Jessi menyukai setiap gerakan yang dilakukan kekasihnya itu. Ia sangat menikmati percintaannya kali ini. Jessi dan Leon melakukannya karena cinta, bukan karena paksaan atau keharusan untuk memuaskan pasangan.“Sayang, terima kasih.” Leon mengecup kening Jessica setelah mencapai klimaks.“Jangan panggil sayang! Itu mengingatkanku kepada Alan dan Jimmy yang selalu memanggilku dengan sebutan itu.”“Baiklah, Liebe, terima kasih atas kebahagiaan yang kamu berikan kepada saya." Le
"Saya sudah berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan kamu. Untuk itu saya akan menghukummu kalau kamu tidak mau bekerja." Leon membopong kekasihnya dan membawanya ke kamar mandi."Menyenangkan sekali mempunyai kekasih sepertimu." Jessi melingkarkan tangannya di leher sang pengawal sambil tersenyum."Sebenarnya tidak mandi pun kamu masih terlihat cantik, tapi kamu agak bau, Liebe.""Enak saja!" Jessi memukul dada Leon yang membuat laki-laki itu tertawa."Tapi, bau kamu memabukkan." Leon menurunkan Jessi di bawah pancuran air. "Apa perlu saya mandikan?""Tidak. Itu akan membuatku semakin terlambat. Sekarang pergilah.""Baiklah," sahut Leon. "Jangan lama-lama mandinya!""Sudah pergi sana! Kamu yang membuat saya lama.""Iya, saya keluar."Setelah keluar dari kamar mandi sang nona, Leon pergi ke luar rumah untuk menelpon asistennya.“Daniel, hapus semua video Nona Jessi. Saya tidak akan menghanc
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me