“Maafkan saya, Nona. Saya tidak berhati-hati," ucap Leon setelah mengusap wajahnya.
“Aku yang minta maaf, Leon karena tadi aku menumpahkan sabun dan lupa untuk bilang padamu,” ucap wanita yang masih berada di atas tubuh Leon.
“Maaf, Nona.” Leon menurunkan Jessi dari tubuhnya, lalu ia bangun dari bathtub. Kemudian, membersihkan lantai terlebih dulu sebelum membantu sang nona.
Setelah membersihkan lantai, Leon mengambilkan handuk yang baru untuk sang nona.
Lalu, laki-laki yang masih basah kuyup itu membantu Jessi keluar dari bathtub, lalu memberikan handuk yang baru kepada sang nona. “Gantilah handuk anda, saya akan berbalik.”
Laki-laki dengan rambut halus yang memenuhi rahang bawahnya itu membalikkan badannya membelakangi sang nona, kemudian mengulurkan tangannya ke belakang. “Peganglah tangan saya kalau anda tidak kuat berdiri, Nona.”
“Terima kasih, Leon, aku masih bisa berdiri.&rdq
"Kenapa Leon?" tanya Jessi saat Leon langsung menundukkan pandangan setelah melihatnya."Maafkan saya, Nona, kenapa anda hanya memakai baju seperti itu? Maaf kalau saya lancang."Leon memalingkan wajahnya dari sang nona. Ia tidak mau saudara kembarnya terusik karena melihat keseksian tubuh sang nona yang terlihat jelas karena wanita itu memakai pakaian yang transparan."Apa kamu tidak suka melihat aku memakai baju seperti ini? Aku sudah terbiasa memakai pakaian seperti ini jika hendak tidur. Tadi aku memakai jubah karena kedinginan.""Bukan seperti itu, Nona, tapi jika Tuan Alan atau Tuan Jimmy melihat saya berada di dalam kamar ini dan anda memakai pakaian seksi itu pasti mereka akan salah paham.""Di sini tidak ada Alan ataupun Jimmy, kamu tidak perlu khawatir," balas Jessi. "Kalau kamu tidak nyaman berada di sini, silakan kamu keluar saja, Leon, kakiku tidak apa-apa, besok juga sembuh.""Tidak, Nona. Maafkan saya." Leon segera memba
Jessi menjalani hari-harinya dengan semangat karena rencananya untuk memikat hati Tuan Hans bisa berjalan dengan lancar karena kakinya sudah sepenuhnya sembuh.Satu hari sebelum pesta berlangsung, Jessi sudah menghubungi Alan dan menyuruh untuk menunggunya di pesta saja.Sedangkan Jimmy, setelah beberapa hari terakhir sejak insiden pemukulan terhadap Leon, ia tidak pernah terlihat lagi dan tidak pernah menghubunginya. Jessi berpikir kalau laki-laki itu sudah bisa menerima keputusannya untuk tidak berhubungan dengannya lagi di luar pekerjaan.Kini, malam yang ditunggu-tunggu CEO Beauty Corporation itu telah tiba. Jessi sudah berpakaian rapi. Memakai gaun pilihan sang pengawal.Wanita itu terlihat sangat anggun memakai gaun merah yang mempunyai belahan tinggi, hingga setengah paha mulusnya terlihat.Bibirnya yang sensual terlihat semakin menggoda dengan polesan bibir berwarna senada dengan gaunnya. Rambut panjangnya disanggul sederhana, n
Ucapan Jessi benar-benar mengejutkan laki-laki yang sedang fokus mengemudi itu, hingga ia mengerem secara mendadak."Maafkan saya, Nona." Leon menoleh pada sang boss. "Apa anda terluka? Maaf atas kecerobohan saya.""Aku tidak apa-apa, Leon." Jessica tersenyum pada laki-laki tampan itu."Baiklah, kita lanjutkan, sebentar lagi juga sampai." Leon melajukan kembali mobilnya."Maafkan aku sudah membuatmu terkejut," ucap Jessi dengan tulus."Tidak apa-apa, Nona." Leon pura-pura tersenyum.'Anda kira saya ini penjual benih?' batin Leon."Orang tuaku menginginkan penerus untuk keluargaku, tapi aku tidak mau menikah. Apa kamu mau memberiku seorang anak? Aku tidak akan menuntut apa-apa darimu.""Saya ini hanya seorang pengawal, Nona. Tuan Jason pasti menginginkan calon cucu dari bibit yang unggul. Seorang pria sukses yang mempunyai masa depan yang cerah. Sedangkan saya hanya laki-laki biasa."Leon berusaha menolak secara hal
"Apa kamu tahu keberadaannya?"Leon mengangguk sambil menunjuk kursi yang diduduki Tuan Hans. "Saya sudah berbicara dengan asistennya dan beliau mengizinkan Nona bertemu dengannya."Jessi tersenyum sambil memerhatikan dua laki-laki yang Leon tunjuk tadi."Mari, Nona." Leon mempersilakan Jessica untuk berjalan lebih dulu.Sang asisten Tuan Hans bangun dari duduknya untuk menyambut Jessi."Apa anda pemimpin Beauty Corporation?" Daniel mengulurkan tangannya pada Jessi.Jessi tersenyum, lalu menyambut tangan yang ia yakini sebagai pemimpin perusahaan pesaingnya."Anda benar. Saya Jessica Anastasya Moris, CEO Beauty Corporation." Jessi tersenyum manis pada laki-laki itu.'Jadi ini si pecundang itu,' ucap Jessi dalam hatinya."Ternyata anda lebih cantik dari perkiraan saya, Nona Jessica. Kalau tidak keberatan bergabunglah dengan kami di sini.""Tentu!" sahut Jessi sembari tersenyum. Memang itu yang dia
“Saya pikir Nona Jessi bersama anda,” jawab Leon.“Sejak tadi dia bersamamu. Lagi pula kamu itu pengawalnya, harusnya tidak membiarkan boss-mu sendiri.”“Maafkan saya, Tuan.” Leon menunduk meminta maaf kepada Alan.“Aku sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak menemukannya. Tidak biasanya dia seperti ini,” kata Alan. “Bukannya tadi Jessi mau bertemu dengan Tuan Hans? Mungkin dia bersamanya.”“Iya, Tuan. Waktu saya tinggal, Nona Jessi bersama dengan Tuan Hans, tapi sekarang Nona pergi entah ke mana, Tuan Hans pun tidak tahu keberadaannya.”“Cepat cari dia! Aku sudah menghubunginya, tapi tidak dijawab.” Alan pun mulai khawatir kepada kekasihnya karena sang pengawal yang selalu ada di sisinya sedang tidak bersama sang kekasih.“Baik, Tuan.”Leon segera mencari sang nona ke toilet wanita, tapi tidak menemukannya. Ia mulai khawatir dengan
“Bukan apa-apa, lupakan saja!” Leon merogoh ponselnya saat benda pipih itu bergetar di dalam saku jasnya. ‘Leon, cepat bawa aku pergi dari sini!’ itulah isi pesan Jessica kepada Leon. Leon menunjukkan isi pesan itu kepada Daniel. “Cepat lacak keberadaan Nona saya!” titah Leon pada asistennya. “Maksud saya Nona Jessi.” “Tidak apa-apa, Tuan, Nona Jessica memang Nona anda.” Daniel tersenyum sambil mengotak-atik ponselnya. Beberapa detik kemudian, ia sudah menemukan di mana keberadaan Jessica. “Kamu tidak perlu ikut, nanti Nona Jessi curiga!” “Biak, Tuan. Saya akan menyiapkan mobil anda.” Daniel pergi keluar, sementara Leon pergi ke salah satu kamar di hotel tempat diadakannya pesta. Leon mencari kamar sesuai petunjuk dari ponselnya. Ia langsung menendang pintu kamar hotel dengan sangat keras ketika menemukan kamar yang dimaksud. Ia melihat Jessica sedang duduk di sofa sambil meraba-raba lehernya. Ia pun seger
“Jangan-jangan, Si tua itu memasukkan obat ke dalam minuman Nona,” gumam Leon. Ia menambah kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di rumah sang nona.“Bagaimana cara menyembuhkannya?” Leon tidak tahu caranya supaya sang nona tersadar. Ahirnya ia menghentikan mobilnya di bahu jalan, kemudian menelepon sang asisten.Namun, ketika sambungan teleponnya terhubung ia memutus kembali sambungannya.“Kalau dia tahu Nona Jessi dalam pengaruh obat perangsang, dia bisa berpikir yang tidak-tidak terhadap saya.” gumamnya. “Lebih baik saya cari tahu sendiri.”Daniel kembali menelpon sang tuan karena merasa khawatir sambungan teleponnya tiba-tiba terputus sebelum ia mengatakana sesuatu.“Ada apa, Tuan? Apa ada masalah?” tanya Daniel saat sambungan teleponnya kembali terhubung.“Tidak ada, saya salah pencet nomor,” jawab Leon asal. Kemudian menutup teleponnya tanpa menghirauk
Leon dan Jessi terlelap setelah bercinta hingga dini hari. Untung saja hari ini hari libur, jadi mereka bisa beristirahat setelah melakukan pergulatan itu.Dering ponsel dari dalam tas yang tergeletak di atas nakas, membangunkan wanita cantik itu.Ia memegangi kepalanya sambil menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya. "Leon," gumamnya.Wanita cantik itu tersenyum manis saat melihat wajah tampan Leon. Ia merasa bahagia bisa tidur bersama dengan pengawalnya.Jessi segera mengambil ponsel dan membalas pesan dari Alan yang bertanya tentang keberadaannya. Wanita seksi itu menonaktifkan ponselnya, lalu menaruhnya kembali ke dalam tas'Baru kali ini aku merasa sangat bahagia ada seorang laki-laki yang menemaniku tidur hingga siang hari,' ucap Jessi dalam hati, lalu kembali merebahkan tubuhnya dan memeluk Leon.Tanpa disadari, Leon juga membalas pelukan sang nona yang membuat wanita cantik itu tersenyum dan kembali memejamkan mata.S