Bora membuka mata dan melihat sekeliling ruangan, rupanya dia masih di rumah sakit.Dia bangun dan mendengar seseorang bicara kepadanya. "Apakah kamu sudah bangun?"Bora menoleh. "Dokter Ditya?""Aku kira kamu akan hilang ingatan setelah tidak sadarkan diri seharian." Ditya tertawa geli dan duduk di tempat favorit Bora di dekat jendela.Bora memegang kepalanya yang sedikit pusing. "Pingsan?""Apakah kamu tidak ingat?""Hm?""Ayahku melihat kamu hampir melukai diri sendiri." Ditya bangkit dari kursi lalu memeriksa suhu tubuh di kening. "Kamu sempat diberikan obat tidur, apakah karena itu?"Bora ingat sekarang. Waktu itu karena terlalu sedih, tanpa sadar meluapkan kekecewaan dengan meletakan handphone di dalam vas air. "Aku sudah ingat sekarang."Ditya menghela napas lega. "Syukurlah.""Dokter, saya tidak ingin membuang waktu lagi. Saya ingin memenangkan pertaruhan dengan profesor.""Bor
Menjadi anak yang tidak pernah diharapkan lahir oleh kedua belah pihak, membuat Bora menderita. Awalnya dia masih memiliki harapan kecil untuk keluarganya, namun makin lama- semuanya terkuak. Mama yang Bora cintai dan berada di sisi lemah karena suaminya ketahuan berselingkuh, ternyata membenci Bora di sudut hatinya dan lebih memilih mengobatinya dengan cinta lama.Papa yang mempertahankan serta memenangkan hak asuh terhadap Bora, ternyata hanya melakukan kewajiban, kadang kala dia akan melupakan keberadaan Bora.Jadi, satu-satunya yang bisa Bora kejar adalah calon suaminya di masa depan, pria yang paham perasaannya hanya dengan satu kali ucapan.Bora memegang erat kalung emas yang liontinnya melebur bersama sebagian kecil abu Bern."Liontin itu-" Ditya melirik Bora yang sedari tadi memegang erat liontin kalungnya. Sore ini, Ditya mengantar Bora ke penjara."Ah, ini-" Bora melihat liontin dengan tulisan Bebo. "Bebo. Be
Pria itu meletakkan pisau plastik di dalam kotak setelah mengambil kue yang jatuh di atas meja dan membuangnya ke dalam plastik.Bora memperhatikan detail itu.Tidak hanya membuang kue yang sudah jatuh, tapi juga membersihkan meja yang kotor. Bora menjadi tidak salah dengan penilaiannya. Di masa depan, dia memang berencana untuk mengambil anjing terlantar untuk dianggap sebagai anak, dia terlalu takut memiliki anak di masa depan. Pria itu menatap serius Bora. "Anak kecil, aku tidak tahu nama kamu- dan bahkan aku juga tidak mengenal kamu. Tapi kenapa kamu malah melamar aku di sini? Apakah kamu sudah bosan hidup?""Karena di masa depan saya akan mati.""Apa?""Saat ini saya bertengkar dengan keluarga dan bahkan tidak terlalu dekat dengan mereka. Saya ingin bertahan hidup dan juga mencari seseorang yang bisa memahami perasaan saya.""Tunggu dulu, anak kecil! Bagaimana bisa kamu seyakin itu, aku bisa memahami pera
Bora masuk ke dalam mobil sementara Efan mengomel di depan Ditya.Ditya terbelalak tidak percaya. "Bora mengatakan itu?""Ya, dia melamar langsung.""Gila! Apa sih yang ada di dalam pikirannya?"Efan mengangkat kedua bahu. Ditya menepuk pundak Efan dan mengucapkan terima kasih, lalu masuk ke dalam mobil. Mobil berjalan keluar penjara, Ditya bertanya pada Bora. "Kamu melamar-""Ya, aku ingin dia menikah denganku.""Bora.""Dokter, aku tidak tahu di masa depan apakah masih ada atau sudah pergi dari dunia ini- banyak yang tidak menyukai papa." Bora menjelaskan ke Ditya. "Mungkin saja aku akan mati lebih cepat."Ditya memukul kepala Bora. "Jangan bicara hal yang tidak masuk akal! Cepat tarik kembali!"Bora mengusap kepalanya yang dipukul dan menatap kesal Ditya. "Dokter tidak tahu apa yang aku lihat di masa depan!"Bora yang menyadari kesalahannya, sontak terdiam. Ditya mengarah
Fendi memiliki istri dan anak berjumlah dua belas orang. Banyak? Memang. Kata orang tua zaman dahulu, semakin banyak anak maka akan mendatangkan banyak rezeki.Fendi yang berpikiran kuno tidak pernah mempermasalahkannya, selama mampu menghidupi mereka semua. Dua atau tiga anak tertua merupakan anak bawaan dari istri, Fendi tidak pernah mengingatnya karena dia mau menerima anak-anak sebagai anak kandungnya sendiri. Yang menjadi masalah adalah kakak kedua Fendi yang bertengkar dengan istri Fendi. Tidak, lebih tepatnya murid kakak kedua Fendi yang bertengkar dan ditekan istri Fendi.Jika istrinya tidak membuat masalah, Fendi tidak akan pusing atau pun mulai curiga. Tapi-Fendi menghentikan langkahnya sambil menghabiskan boba rasa strawberry. Apa benar Rina sedang hamil sekarang?Otak cerdas Fendi yang awalnya jalan di tempat, mulai bisa digunakan seperti dulu. Fendi mulai berjalan sambil berpikir serius dan mem
Bima dan Donny adalah teman kuliah Ditya, mereka berdua mendapatkan beasiswa di bidang kedokteran hewan dari profesor Hendra secara langsung. Jadi, mereka berdua menjadi teman dekat Ditya, anak profesor. Sekaligus bawahan profesor langsung.Ditya menatap lurus Bima. "Ada yang ingin kamu tanyakan lagi?"Masih ada banyak pertanyaan di benak Bima, namun dia tidak akan mengutarakannya secara langsung di depan Ditya. "Tidak, terima kasih sudah bertanya."Ditya mengangguk lalu kembali ke ruangannya, meninggalkan Bima yang termenung.Hukum perlindungan hewan jarang atau kurang diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Hanya menyadarkan mereka dengan penyuluhan juga percuma. Masyarakat Indonesia kebanyakan malas membaca, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menegakkan aturan dengan keras.Tapi masalahnya adalah di Indonesia tidak populer jika membahas masalah perlindungan hewan. Bima kagum dengan langkah berani yang diambil profesor.***Di pagi hari, Bora pergi ke bagian keuangan dan
Edwin Federick, 49 tahun. Sangat mencintai Ike sejak kecil dan ingin menikahinya, namun harapan itu pupus ketika Ike tiba-tiba hamil dan menikah dengan teman kuliahnya. Edwin yang kecewa, menikah dengan wanita yang dijodohkan keluarganya. Untung saja, Edwin tidak memiliki anak sama sekali dengan mantan istrinya, sehingga ketika mendengar Ike kecewa karena suaminya selingkuh, Edwin langsung menceraikan istrinya. Edwin mudah menerima Harsa dan Genta, namun tidak bisa menerima Bora yang wajahnya sangat mirip dengan pria yang menghamili Ike. Sekitar tiga tahun lalu, Edwin memberikan pengaruh ke Ike saat wanita pujaannya sedang bingung karena teror dari mantan suaminya. "Berikan saja Bora, kenapa kamu bingung?"Ike menggeleng pelan. "Bora anakku, darah dagingku. Bagaimana bisa aku berikan kepada Aji? Dia sudah menikah dengan wanita yang memiliki anak sendiri, kamu tahu 'kan berita mengenai ibu tiri yang tidak suka kehadiran anak tirinya?"Edwin membelai kepala Ike. "Kenapa kamu harus p
PLAK!Suara tamparan terdengar keras di dalan ruangan, orang-orang yang menyaksikan pun hanya diam menyaksikan seorang ayah sedang mendidik keras putrinya yang nakal.Aji memijat keningnya, setelah menampar keras pipi Bora. "Bagaimana bisa aku memiliki anak seperti kamu, Bora? Apakah kamu tidak bisa diam saja sampai istirahat selesai?"Tangan Bora menyentuh pipi yang ditampar dan menundukkan kepala, rasa sakit di hati jauh lebih sakit daripada hukuman fisik yang diterimanya."Aku tidak pernah mendidik kamu seperti ini, Bora. Tapi kenapa kamu malah menjadi liar? Apa yang telah aku lakukan sampai kamu bersikap seperti ini kepadaku?"Semua orang dewasa, kecuali Hendra. Menatap simpati walikota kesayangan rakyat Indonesia. Bora pun terkenal sebagai anak nakal, di media sosial.Hendra melindungi Bora. "Walikota, tidak bisakah anda bertanya dulu kepada Bora? Apa yang sebenarnya terjadi?"Aji mengerutkan kening lalu menunjuk Bora dengan marah. "Tanpa diberitahu, aku sudah tahu perilaku buruk
"Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"
Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat
Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram
Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"
Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga
"Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak
Suasana menjadi panik di media sosial, beberapa orang yang melakukan perundungan- tidak berani menggunakan handphonenya dan orang-orang kaya yang merupakan pelaku, mulai menjual handphone. Orang-orang suruhan para partai politik ataupun yang membenci Bora, mulai meminta pertanggung jawaban ke atasan.Edwin yang mendengar berita itu di tengah acara, keluar tanpa mengatakan apa pun. Bagaimana bisa Bora seberani itu? Bukankah dia hanya anak gila yang ingin mencari perhatian keluarga?Edwin semakin panik ketika melihat postingan Bora terkait dengan masa lalunya yang buruk. Bagaimana bisa dia mendapatkan bukti seperti itu? Pasti pria itu bicara ke orang lain. Sial!Edwin melihat mobil mewah milik Ike yang sudah diparkir di hadapannya lalu melihat sopir yang dikenal dari keluarga istrinya. "Kamu! Kenapa bisa ada di dalam mobilku?"Sopir itu menggaruk kepalanya dengan panik. "Pak! Saya hanya-"Edwin menyingkirkan sopir itu, keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam dan mulai menjalankan
Tidak ada yang mau berteman dengan saya di sekolah karena perundungan yang dilakukan kedua saudara tiri, pihak sekolah pun lebih membela ibu tiri yang notabene adalah istri Papa dan dianggap lebih memiliki kekuasaan.Bora kembali menulis di media sosial dengan postingan baru dan menumpahkan semua keluh kesahnya di media sosial, tanpa terasa air mata mengalir begitu saja. Yang kalian lakukan sekarang adalah perundungan, sama halnya dengan penguasa yang menekan rakyat kecil. Merasa diri sendiri paling kuat karena menerima didikan keras dari orang tua, jadinya menekan anak kecil yang tidak tahu mengenai dunia politik.Yang membuat saya lebih heran adalah perilaku orang-orang dewasa yang merasa dirinya kuat, pintar dan juga paham tentang segalanya. Tapi malah mengabaikan fakta bahwa saya menderita anxiety disorder.Kenapa saya membutuhkan seekor anjing dan hanya bersandar pada dia? Karena tidak ada yang mau menemani saya di saat terluka ataupun sedih. Hanya seekor anjing yang berhasil me
'Menurut aku, masalah mental health itu hanya dibuat-buat untuk zaman sekarang. Dulu saja, aku mendapat pukulan dari orang tua, tidak menangis atau pun merasa baper.'Zaman dulu tidak ada internet, tidak ada berita mengenai kekerasan rumah tangga yang beredar luas di internet. Dipukul, disiksa orang tua merupakan hal biasa dan tidak pernah diketahui banyak orang.'Ah, benar. Anak kelahiran tahun sembilan puluh relate dengan masalah ini. Isu mental health di zaman dulu tidak pernah ada. Karena adanya mental health- mental anak-anak muda kelahiran dua ribu bermasalah semua, mentalnya lemah.'Lalu kenapa sekarang banyak isu perceraian, kebanyakan kepala keluarga meninggalkan anak dan istrinya. Apakah kalian pikir, anak-anak korban perceraian dan kekerasan yang dilakukan orang tua, tidak memiliki akal dan hati? Kebanyakan anak-anak yang bermasalah dalam mental health, diabaikan oleh keluarganya sendiri.'Apa kabar bapakku yang sering kasih hukuman keras sampai pukulin, emak di rumah juga