Home / Romansa / SKANDAL JEPIT Mr.Presdir / Sepuluh Juta Untuk Nama Moli

Share

Sepuluh Juta Untuk Nama Moli

Author: Si Mendhut
last update Last Updated: 2021-09-02 23:00:39

"Maafkan saya Tuan Muda," sahut orang tersebut sambil membungkukkan badannya.

"Orang nggak berguna!" teriak anak itu dengan gaya tengil.

'Duh anak siapa ini, kok bisa begini bentukannya,' batin Jiya yang merasa heran melihat tingkah super anak tersebut.

Sesaat kemudian ….

"Turunkan dia," ucap Adam yang  entah sejak kapan sudah ada di belakang Jiya.

Jiya pun langsung menoleh dan segera menurunkan anak laki-laki tersebut.

"Siapa yang mengajarimu seperti itu?" tanya Adam sambil menatap tajam ke arah anak tersebut. 

Anak itu pun menunduk tapi wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah.

"Katakan!" bentak Adam.

Jiya pun langsung tersentak saat mendengar bentakan tersebut tapi anehnya anak itu terlihat biasa saja.

'Ada apa ini dan siapa anak ini?' batin Jiya yang penasaran melihat kedekatan aneh di antara Adam dan anak laki-laki di hadapannya itu.

"Maaf Pa," sahut anak itu pelan.

Adam pun langsung menghela napasnya dalam. "Bumi, Papa tidak pernah mengajari kamu bersikap seperti itu pada orang lain. Jangan diulang lagi," ucap Adam menjadi lebih lembut dari sebelumnya.

'Kalimat yang aneh, bukankah apa yang dilakukan anak ini mirip dengannya,' batin Jiya yang masih mengingat kejadian di hotel kemarin.

"Iya Pa," sahut anak laki-laki tersebut.

Setelah keadaan lebih tenang, Jiya pun mulai berbicara. "Ehem! Oh iya Mas tadi aku disuruh sama ayah untuk mengundang kamu dan semuanya makan malam di rumah."

Adam pun langsung menjawab, "Maaf, kami—"

"Apa ada ikan goreng?" tanya anak laki-laki tersebut memotong kalimat papanya.

Jiya pun tersenyum mendengar pertanyaan anak tersebut. "Jadi kamu suka ikan goreng?" tanyanya ramah.

"Bumi," sentak Adam yang tak senang dengan sikap anak laki-lakinya tersebut.

"Jadi nama kamu Bumi ya?" tanya Jiya yang kemudian mendekat ke arah anak laki-laki itu.

"Iya," sahut Bumi dengan cepat.

"Kalau kamu bisa mengajak papamu ke rumah Tante, Tante  janji akan membuat ikan goreng spesial untuk kamu. Bagaimana?"

Mendengar tawaran Jiya, anak laki-laki itu pun langsung mengangkat jempolnya sambil tersenyum manis.

"Baiklah kalau begitu aku akan pulang dulu," ujar Jiya lalu pergi meninggalkan rumah tersebut.

Bumi pun tersenyum menatap ke arah Jiya yang berjalan semakin jauh dari rumah itu. "Sasaran selanjutnya," gumamnya sambil tersenyum menyeringai.

**

          Setelah setengah jam, akhirnya Adam dan Bumi pun datang ke rumah keluarga Jiya. Dan saat mereka sampai di halaman rumah tersebut, terlihat seseorang menyambut kedatangan mereka.

"Ayo masuk," ujar Pak Ghofur dengan ramah.

"Terima kasih Pak," sahut Adam dengan sopan.

Setelah itu mereka bertiga pun langsung menuju ke ruang makan.

"Jadi ini yang namanya Bumi?" Bu Mutia menyambut kedatangan mereka.

"Iya Bu Mutia, dia bernama Bumi," sahut Adam dengan santai sambil meletakkan sebuah bingkisan yang dibawanya.

"Kenapa harus repot begini," ujar Bu Mutia sambil meletakkan bingkisan tersebut di tempat lain.

Tak lama kemudian Jiya pun muncul dari ruangan lain sambil membawa sebuah nampan.

"Nah, ini dia ikan goreng spesial pesanan kamu," ucap Jiya sambil menurunkan masakannya di atas meja makan.

Bumi pun langsung menatap ke arah ikan goreng tersebut.

Lalu Jiya pun mengalihkan pandangannya pada Adam. "Oh iya, di mana teman kamu Mas?" tanyanya.

"Dia tidak ikut," jawab Adam singkat.

Kemudian Bu Mutia pun menyela, "Sudah, ngobrolnya dilanjutkan nanti saja. Sekarang kita makan dulu," ujarnya dengan ramah.

        Akhirnya mereka pun makan malam bersama dengan hangat, bahkan Bumi pun tak tanggung-tanggung menghabiskan semua yang ada di piringnya tanpa sisa.

"Siapa kokinya?" tanya Bumi sambil menatap ke arah Jiya.

"Koki?" Jiya pun balik bertanya karena sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Iya, koki yang membuat masakan ini," jawab Bumi sambil menunjuk ke arah ikan goreng yang kini hanya tersisa tulangnya.

Jiya pun tersenyum geli. "Tidak ada koki, itu Tante yang membuatnya," sahutnya sambil tersenyum hangat.

Mendengar hal itu Bumi pun terdiam. Kemudian ia memandangi sisa ikan goreng yang ada di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Jiya yang merasa penasaran dengan sikap Bumi yang aneh.

Bumi pun menjawab dengan tenang, "Bekerjalah di rumahku, aku akan membayar kamu dua kali lipat dari yang lainnya."

Kemudian ....

"Uhuk-uhuk!" Adam pun langsung tersedak saat mendengar ucapan anak laki-lakinya tersebut.

"Iya kan Pa?" tanya Bumi pada Adam yang saat ini sedang meminum segelas air putih untuk melegakan tenggorokannya.

Dan setelah selesai minum, Adam pun menatap ke arah semua orang. "Maaf, dia ini—"

Bu Mutia pun langsung menyahut, "Tidak apa-apa Dam, namanya juga anak-anak."

"Terima kasih," sahut Adam kemudian membalikkan sendoknya tanda selesai makan.

Akhirnya acara makan malam itu pun selesai. Dan selanjutnya Adam pun berbincang dengan Pak Ghofur, sedangkan Bumi terus menempel pada Jiya.

"Siapa nama kamu?" tanya Bumi yang saat ini sedang duduk santai di teras rumah itu bersama Jiya.

"Namaku Jiya." Jiya pun tersenyum hangat saat memberi tahukan namanya.

"Jelek," sahut Bumi dengan santai.

"Jelek?" 

"Iya jelek, nama kamu sama jeleknya dengan kamu," jawab Bumi dengan sinis.

'Dih, anak yang mirip dengan bapaknya,' batin Jiya sambil menatap ke arah Bumi dengan perasaan mulai jengkel.

"Apa alasannya kamu menyebutku jelek?" tanya Jiya dengan santai.

"Ya karena jelek, apa aku harus mengatakan semuanya," jawab Bumi dengan ketus.

"Kenapa memangnya kalau jelek yang penting aku bahagia," sahut Jiya yang sudah hafal dengan tingkah tengil anak kecil seperti Bumi.

'Jangankan satu anak tengil, sepuluh anak pun aku libas,' batin Jiya dengan percaya diri.

'Kenapa tante ini tidak marah,' batin Bumi yang mulai kesal karena tanggapan Jiya tak sesuai keinginannya.

"Aku ingin kamu mengganti nama menjadi moli," ujar Bumi dengan tegas.

'Moli? Maksudnya dia mau menyamakan aku dengan hewan,' batin Jiya sambil menahan tawa.

"Aku tidak mau," sahutnya santai sambil menatap ke arah lain.

"Pokoknya aku ingin nama kamu menjadi moli."

"Ogah, tidak ada untungnya," sahut Jiya dengan acuh.

Lalu Bumi pun mendekat ke arah Jiya dan dengan cepat menarik kerah pakaiannya. "Aku akan memberimu sepuluh juta," ujarnya dengan tatapan mengancam.

Jiya pun mendekatkan wajahnya pada Bumi. "Menarik, tapi tidak," sahutnya lalu dengan cepat mencium pipi anak laki-laki tersebut.

Bumi pun langsung melepaskan cengkraman tangan kecilnya. "Kamu gila! Aku ini sudah kelas tiga. Berani-beraninya kamu menciumku!" teriak Bumi sambil mengusap-usap pipinya.

Jiya pun terkekeh melihat tingkah anak laki-laki di hadapannya itu. "Hanya kelas tiga, kelas sepuluh pun aku berani," sahutnya dengan asal.

"Aku-aku ..." Bumi pun kehilangan kata-katanya.

"Kamu kenapa, mau aku cium lagi?" goda Jiya sambil bangkit dari kursinya.

"Cih ... menjijikkan," tukas Bumi sambil menutupi pipinya dengan kedua tangan kecilnya.

"Hahaha!" Jiya pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah dan ekspresi Bumi yang terlihat menggemaskan.

*

Di dalam ruang tamu.

'Kenapa ramai sekali di luar, jangan-jangan anak itu mulai bertingkah,' batin Adam yang mulai gelisah memikirkan apa yang dilakukan Bumi.

"Kamu kenapa Nak Adam?" tanya Pak Ghofur saat melihat perubahan raut wajah Adam.

"Aku hanya khawatir dengan Bumi, dia itu—"

"Sudah jangan khawatir, Jiya pasti menjaganya dengan baik. Dia itu suka sekali dengan anak kecil, tenang saja," ujar Pak Ghofur menenangkan Adam.

Kemudian Pak Ghofur dan Adam pun kembali membahas kerja sama mereka. Hingga ...

"Baiklah saya setuju dengan semuanya, termasuk harganya," ujar Adam dengan tenang. "Kalau bisa, secepatnya saya ingin bertemu dengan pemilik tanah dan menyelesaikan semuanya. Setelah itu Bapak bisa segera mengirimkan bahan bangunan seperti yang tadi Bapak katakan."

Pak Ghofur pun menyahut, "Tunggu, apa kamu tidak ingin memikirkannya dulu."

"Tidak, saya percaya pada Bapak. Dan proyek ini adalah keinginan kakek, beliau ingin proyek ini menyertakan Anda," tegas Adam.

"Tunggu, siapa nama kamu?" tanya Pak Ghofur dengan cepat.

"Adam Wiratmaja.

"Kamu cucunya Tuan Wiratmaja?" tanya Pak Ghofur dengan wajah terkejut.

"Benar."

"Lalu kamu anaknya siapa? Jangan-jangan kamu anaknya Pak Mahendra ya?" tebak Pak Ghofur dengan mata yang berbinar.

"Benar," sahut Adam.

"Ya Allah, kamu pasti bayi kecil itu. Kamu sudah sangat besar, berapa usiamu sekarang? Bagaimana kabar ayah dan ibumu?" tanya Pak Ghofur sambil terus menatap wajah Adam dengan senyum merekah.

"Saya sekarang 33 tahun Pak. Ibu sehat, sedangkan ayah sudah meninggal 8 tahun yang lalu," jawab Adam dengan tenang.

"Innalilahi," ujar Pak Ghofur sambil mengusap dadanya.

Lalu Pak Ghofur dan Adam pun mengobrol kembali, hingga akhirnya malam pun makin larut dan suasana di teras pun terdengar sepi.

"Sepertinya Bumi tertidur, saya pamit dulu Pak," ujar Adam sambil berdiri dari sofa yang ia duduki sedari tadi.

"Iya-iya," sahut Pak Ghofur lalu mengantarkan Adam keluar.

Tapi saat Adam dan Pak Ghofur sampai di teras tiba-tiba ...

"SKAK! Mati lagi," ucap Jiya dengan bangga.

"Tidakkkkkk!"

Related chapters

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Kalah Taruhan

    "Tidakkkkk!" teriak Bumi sambil mengacak-ngacak rambutnya. "Tidak mungkin, aku ini juara catur kenapa bisa kalah," ucap anak laki-laki itu sambil menatap papan catur di hadapannya dengan rasa tak terima.Jiya pun tersenyum santai. "Bagaimana? Aku sudah mengalahkanmu tiga kali," ucapnya dengan tenang.Bumi pun langsung menunjuk wajah Jiya. "Kamu pasti curang," tukas Bumi, menolak kekalahannya.Jiya pun menyenderkan tubuhnya di kursi yang ia duduki. "Katanya laki-laki dewasa … laki-laki kok mewek," ejek Jiya seperti anak kecil."Aku nggak nangis!" serunya sambil turun dari kursi yang didudukinya.Jiya pun menatap Bumi dengan remeh. "Kalau begitu buktikan. Laki-laki itu kalau punya janji harus ditepati," sahutnya sambil bersikap sok malas menghadapi B

    Last Updated : 2021-09-03
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Sepuluh Juta per Bulan

    Akhirnya Bumi pun pergi mencari toko penjual es krim bersama anak-anak itu."Ke mana mereka?" tanya Adam sambil terus menatap ke arah anak-anak kecil tersebut."Mencari toko," jawab Jiya dengan santai."Mencari toko, apa maksud kamu?" tanya Adam."Ya mencari toko," sahut Jiyamasih dengan nada santai."Bukannya tadi ada toko.""Ada, tapi jam segini toko yang menjual es krim jarang yang sudah buka," terang Jiya.Adam pun bergumam menanggapi hal tersebut."Mana," ucap Jiya sambil menengadahkan tangannya di depan Adam.Adam pun mengernyitkan keningnya melihat tangan Jiya. "Apa?" tanyanya."Ganti uangku," jawab Jiya singkat.Adam menghela napasnya saat melihat hal itu, ia pun segera mengeluarkan dompetnya. "Ini," ucapny

    Last Updated : 2021-10-06
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Bukan Dari Paijo

    "A-a-aku …" Jiya kebingungan harus menjawab apa. Adam pun memejamkan matanya. "Ehem," dehemnya, "sudah aku tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Apa yang terjadi?" tanyanya sambil menatap ke arah Jiya. Kemudian Lina pun langsung menyahut, "Ini Pak, saya Lina. Saya salah satu temannya Jiya, saya ingin melamar menjadi pengasuh untuk anak Bapak." Adam pun langsung menatap ke arah Lina. "Jadi kamu?" "Iya Pak, saya," sahut Lina sambil tersenyum manis pada Adam. 'Apa orang seperti ini bisa menangani Bumi,' pikir Adam sambil menatap ke arah Lina beberapa saat. "Ya baiklah kamu ikuti saja bagaimana perkataan Jiya," ucap Adam dengan tatapan dingin menyertai kalimatnya. "Baik Pak," sahut Lina dengan lembut. Lalu Adam kembali menatap ke arah Jiya yang masih sibuk menggoda Bumi kecil. "Kamu," panggilnya.

    Last Updated : 2021-10-07
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Teror Nggak Modal

    "Ini …" Ia kemudian dengan cepat menutupi hidungnya dengan kain lap yang dipegangnya saat bau dari benda tersebut menusuk hidungnya.'Siapa yang bikin gara-gara begini,' batinnya sambil mengambil sapu dan pengki lalu membawa kotak tersebut keluar dari toko."Kamu mau bawa kemana?" tanya Dila yang baru selesai memuntahkan sarapan paginya."Kedepan," sahut Jiya sambil berjalan dengan cepat."Jangan. Bawa kebelakang saja," ujar Dila sambil menunjuk ke arah tempat pembakaran sampah yang ada di samping rumahnya.Jiya pun langsung berbalik dan pergi ke tempat yang ditunjuk oleh Dila."Sialan," ujarnya sambil melemparkan benda tersebut ke dalam tempat membakar sampah.Tak lama kemudian Dila pun menyusul ke tempat itu. "Bagaimana?" tanyanya

    Last Updated : 2021-10-08
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Untung Tidak Punya Ibu

    "Tenanglah Lin, katakan ada apa?" tanya Jiya sambil membawa gadis yang baru saja memeluknya itu sedikit menjauh.Lina pun menatap Jiya dengan sendu. "Aku hampir dibawa ke kantor polisi," ujarnya."Kantor polisi?" Jiya bertanya sambil menatap Lina dengan heran dan sedikit bingung.Dan sebelum Lina menjawab tiba-tiba seorang anak mendekati mereka berdua. "Bu, ada yang bertengkar," ujar anak itu sambil menarik baju Jiya.Jiya pun langsung menoleh dan melihat ke arah anak tersebut. "Bertengkar?"Anak itu pun langsung menunjuk ke arah tempatnya mengajar tadi."Hei, stop!" teriaknya sambil berlari ke tempat itu dan melerai."Bu, anak ini nakal," ujar salah satu anak yang bertengkar.

    Last Updated : 2021-10-09
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Teror Lagi

    "Kamu ….""Aku kenapa," tukas Bumi dengan gaya tengilnya. "Lagi pula selera kamu rendah sekali, memangnya kamu mau ditemani orang yang berdandan seperti itu sepanjang hari?"Jiya pun menelan ludahnya mendengar perkataan anak laki-laki tengil tersebut. 'Benar juga, dia memang agak … memang cukup menor sih,' batin Jiya yang membenarkan hal tersebut sambil menatap ke arah Lina dan mengamati dandanannya."Tapi apa pun alasannya, memfitnah orang itu tidak dibenarkan," ucapnya mencoba menasehati Bumi kecil.Bumi pun langsung menyahut, "Memangnya siapa yang memfitnah?"Jiya pun mengernyitkan keningnya."Aku tadi hanya mengambil barang di mini market, lalu orang mini market bertanya di mana orang tuaku. Karena dia yang bertanggung jawab menemaniku, m

    Last Updated : 2021-10-10
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Tentang Bumi

    Jiya pun keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh orang-orang yang ada di ruangan tersebut."Kenapa?" tanya Jiya pada Bumi yang kini berdiri tidak jauh dari pintu masuk ruangan tersebut."Itu," ujar Bumi sambil menunjuk ke arah tempat parkir.Jiya dan semua orang pun langsung menatap ke arah parkiran dan melihat beberapa orang berlari menjauh dari tempat itu."Berhenti!" teriak Jiya sambil berlari ke arah orang tersebut.Tapi saat Jiya baru beberapa langkah, orang itu sudah lebih dulu kabur bersama temannya yang telah menunggu tidak jauh dari tempat parkir."Sial!" teriak Jiya kesal."Sudahlah, mereka sudah kabur," ujar teman Jiya yan

    Last Updated : 2021-10-11
  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Calon Baru

    "Ibunya sudah tidak ada, dia meninggal," sahut Adam lalu menatap ke arah lain.Jiya pun terdiam. 'Jadi benar istrinya sudah meninggal. Pantas saja,' batin Jiya."Ehem! Maaf Mas aku tidak bermaksud membuat kamu mengingat kepergian almarhum istri kamu," ucap Jiya dengan lembut karena merasa sedikit bersalah.Adam menatap Jiya sambil mengernyitkan keningnya.Jiya pun melanjutkan kalimatnya. "Aku tidak tahu ini benar atau salah. Tapi jika memang istri Mas sudah meninggal emmm … menurutku Bumi itu membutuhkan sosok ibu. Ini mungkin hanya pendapatku saja, soalnya aku juga tidak tahu bagaimana keluarga kamu dan lingkungannya tumbuh itu seperti apa," bebernya."Sosok ibu," gumam Adam sambil menatap Jiya dari ujung kepala hingga ujung kaki.Jiya yang t

    Last Updated : 2021-10-12

Latest chapter

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Kamar Mandi Yang Berisik

    "Mas, lepas atau aku teriak?" ancam Jiya yang saat ini berada di dalam pelukan Adam."Teriak saja," tantang Adam yang saat ini masih terus memeluk Jiya dengan erat."Kamu gila," ucap Jiya sembari mendorong tubuh Adam dengan kuat, hingga akhirnya dia terlepas. "Dengar ya Mas, itu tadi benar-benar link yang diberikan oleh Nindy. Kalau tidak percaya, akan aku tunjukkan.""Oh," sahut Adam yang sebenarnya sudah tahu tentang hal itu, tetapi sengaja ingin mengerjain istrinya itu.Setelah beberapa saat Jiya mengotak-atik ponselnya, kemudian ia pun langsung menunjukkan chat sahabatnya itu pada Adam. "Tuh, lihat! Link itu benar-benar dari Nindy. Dia itu memang kelihatannya polos, tapi otaknya penuh hal-hal mesum," bebernya."Lalu bagaimana dengan kamu?" tanya Adam sembari beralih menatap wajah Jiya yang sedang serius.Langsung saja Jiya berekspresi aneh ketika mendengar pertanyaan tersebut. "Tentu saja otakku ini bersih, tidak seperti otak kamu," jawabnya dengan penuh percaya diri."Oh ya?" sa

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Cerai Saja

    "Ada apa? Apakah ada sesuatu yang salah?" tanya Adam karena tentu saja tahu kalau ibu mertuanya itu sedang menangis."Itu bukan Ibuk," bisik Jiya pada Adam yang ingin melangkah ke arah wanita yang sedang mencuci piring.Dan ketika Adam tengah mencoba mencerna maksud pertanyaan Jiya, tiba-tiba terdengar sahutan. "Tidak apa-apa Nak Adam," jawab Bu Mutia sembari berbalik dan menatap Adam dengan tenang.Seketika, Jiya yang tadi bersembunyi di belakang Adam pun langsung keluar dari persembunyiannya. "Ah, Ibuk … nakutin aja," protesnya karena berpikir kalau Ibunya itu makhluk lain."Nakutin apa?" Bu Mutia tak mengerti maksud anak semata wayangnya itu.Lalu …."Apa ada masalah? Tolong Anda ceritakan. Saya akan membantu sebis—""Ndak-ndak, ndak usah. Ibuk ndak apa-apa," potong Bu Mutia sembari mengukir senyum di bibirnya.Tentu saja sebagai anak satu-satunya, Jiya langsung bisa menangkap kalau Ibunya itu sedang berpura-pura. Kemudian dengan cepat ia menoleh ke arah Adam dan langsung berkata

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Sosok di Dapur

    Adam dengan cepat menangkap tubuh Jiya yang sempat oleng karena tersenggol motor yang terlihat sangat sengaja ingin menabrak istri Adam itu."Ada yang terluka?" tanya Adam sembari menatap Jiya yang kini ada di dalam pelukannya."Tidak, hanya sedikit ngilu di punggung. Mungkin kesenggol tadi," jawab Jiya yang kini meringis sembari memijat-mijat punggungnya.Langsung saja Adam membalik tubuh Jiya. "Biar aku lihat," ucap Adam."Eh, ndak. Jangan-jangan!" tolak Jiya sembari kembali berbalik."Kalau begitu kita pulang. Nanti biar diobati oleh Mama atau Ibumu," sahut Adam."Jangan juga. Jangan membuat mereka khawatir karena hal ini. Ini sungguh ndak apa-apa.""kalau begitu biar aku lihat," pinta Adam dengan ekspresi serius di wajahnya."Jangan," tolak Jiya lagi.Adam lalu memijat-mijat keningnya karena melihat tingkah istrinya yang terkadang seperti anak kecil itu. "Kalau tidak dilihat, bagaimana kalau itu terluka dan infeksi?" Adam kembali membalik tubuh Jiya dengan sedikit pak

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Kedatangan Sepupu

    "Kalian juga. Kenapa kalian tidak mengundangku? Apa kalian masih marah padaku atas kejadian waktu itu?" tanya wanita yang baru saja sampai di tempat itu.'Apa aku harus menjawab jujur toh, biar dia sadar,' pikir Jiya sembari menghela napas panjang."Ada apa, apa kamu tidak suka dengan kedatanganku? Bukankah kita ini masih saudara?" Tentu saja gadis itu menargetkan Jiya saat ini."Tentu saja tidak, kenapa kamu harus berpikir begitu," sahut Jiya dengan tenang."Milea, untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Nyonya Titi dengan hangat."Kenapa Tante, apa Tante tidak senang aku datang ke sini? Aku ke sini untuk memberikan selamat sekaligus minta maaf atas kekonyolanku waktu itu." Milea melangkah ke arah Jiya dan dengan cepat meraih telapak tangannya.'Apa lagi yang ingin dia lakukan? Apa mukanya itu pakai campuran semen tiga roda, kokoh banget,' batin Jiya yang merasa takjub pada sikap 'muka tembok' wanita di depannya itu. Sebab, andaikah dia yang berada di posisi Milea, dia pasti tidak akan

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Kedatangan Mertua

    Beberapa jam berlalu, Adam dan Jiya yang sudah selesai berdandan pun segera digiring oleh sang perias pengantin untuk pergi ke tempat resepsi. Mereka berdua pun menaiki tangga dekorasi dan berdiri di depan banyak orang layaknya seorang pengantin."Mas Adam Wiratamaja jangan tegang-tegang Mas, malam pertamanya sudah kemarin malam kan Mas?" canda si MC untuk mencairkan suasana.Seketika Jiya pun langsung menoleh ke arah Adam."Nah, seperti itu benar. Kalau Masnya kenapa-napa langsung ditengok ya Mbak Jiya," seloroh si MC sembari tertawa lepas yang disusul dengan tawa para tamu undangan.Sontak saja wajah Jiya memerah karena malu."Apa ini memang seperti ini?" tanya Adam dengan suara yang sangat pelan.Jiya pun terkejut mendengar pertanyaan tersebut. 'Ah, aku hampir lupa kalau dia belum mengerti hal ini,' batinnya."Iya Mas, kalau di sini memang seperti ini. Pokoknya kamu ndak boleh tersinggung atau menjawab apa pun, itu semua hanya lelucon untuk menghibur tamu undangan. Senyu

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Sini Aku Pijit

    Jiya pun membalik bungkus tersebut dan membaca petunjuk penggunaannya. Dan seketika matanya membulat."Katakan, siapa yang mengirim ini?" tanya Adam sembari membuang benda tersebut ke dalam tempat sampah yang ada di kamar itu.Lalu tiba-tiba saja tawa Jiya pun meledak. "Ini pasti mereka," ujarnya sambil menyeka bulir air mata yang sempat menetes di matanya.'Mereka siapa, apa dia pernah mempunyai hubungan dengan banyak orang sekaligus,' pikir Adam ketika mendengar kata 'mereka' dari mulut Jiya."Hei, apa yang kamu pikirkan?" tanya Jiya sembari mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi aneh di wajah Adam."Kamu memiliki hubungan dengan mereka?" tanya Adam sembari menatap Istrinya itu dengan rasa penasaran yang memenuhi kepalanya.Jiya pun terdiam sejenak memikirkan maksud pertanyaan Adam yang terdengar aneh itu, hingga ...."Hei, apa kamu pikir aku ini yang seperti itu toh Mas?""Yang seperti itu?" tanya Adam balik."Mas, aku itu ndak seperti itu. Kan sudah aku bilang aku

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Tisu Magic

    Adam dan Jiya pun langsung menoleh ke arah pintu kamar tersebut. "Siapa," gerutu Jiya sembari melangkah ke arah pintu yang berada tak jauh darinya.Klak!"Ji, ayo cepat ndak ada waktu," ujar orang yang tadi mengetuk pintu kamar sembari menarik tangan Jiya ketika Jiya baru saja membuka pintu tersebut."Kenapa toh Nin? Aku mau ngelurusin punggung sebentar," keluh Jiya yang enggan untuk melangkah.Nindy pun menghela napas panjang. "Nanti agak malaman saja malam pertamanya, sekarang kamu harus ikut aku milih baju untuk besok, itu yang ngerias sudah datang," jawabnya.Sesaat kemudian, Adam pun ikut keluar mendengar pertanyaan Nindy dan istrinya itu. "Ada apa ini?" tanyanya yang pura-pura belum mendengar apa pun."Eh, ternyata Pak Adam di sini," ucap Nindy sembari cengengesan. "Itu Pak ... eh iya Mas Adam, itu jiyanya saya bawa dulu untuk milih baju resepsi besok apa boleh?""Boleh, kami juga belum mulai kok," jawab Adam sembari melirik ke arah Jiya.Seketika wajah Nindy memera

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Kedatangan Sang Mantan dari Istri

    Brak! Suara mengejutkan itu muncul dari luar rumah.Semua orang yang ada di dalam rumah pun bergegas keluar, termasuk Jiya dan Adam. Dan ketika mereka sampai di luar, terlihat seseorang yang baru saja Jiya dan Sherly bicarakan sedang berada di tanah dengan motornya yang tergeletak tak jauh darinya."Mas!" teriak Sherly yang langsung saja berlari ke arah calon suaminya itu.Namun tak lama kemudian terlihat Hendra yang bangun begitu saja dan justru mendorong Sherly yang mencoba membantunya bangun tadi. "Kalian, pasangan terkutuk!" teriaknya.Sontak saja mata Jiya terbelalak mendengar hal itu. 'Apa dia memakiku dan Mas Adam?' batinnya.Sesaat kemudian ia pun menoleh ke arah Adam yang berdiri tepat di sampingnya. "Mas, apa—"Brak! Kembali lagi terdengar keributan yang ternyata disebabkan oleh Hendra yang menendang tangga yang ada di dekatnya.Sontak saja para laki-laki yang sedang memasang dekorasi pun berkumpul dan mulai memperhatikan setiap gerakan Hendra yang terlihat seperti orang lin

  • SKANDAL JEPIT Mr.Presdir   Pulang Kampung

    Keesokan harinya. Seperti yang di rencanakan, setelah dari pagi memulai perjalanan, akhirnya sore harinya Jiya dan Adam pun sampai di Tulungagung. "Kenapa ini?" Jiya benar-benar terkejut karena saat ini di depan rumahnya terlihat sebuah tenda besar terpasang memenuhi halaman rumahnya.Dan ketika sopir sudah memarkirkan mobilnya, Jiya pun dengan cepat turun dari mobil tersebut dan berlari kecil melewati jalan samping rumahnya. "Mbak, ini ada apa?" tanya Jiya ketika melihat salah satu tetangganya sedang membawa ember di tangannya."Loh, alhamdulillah Ji, kapan kamu sampai?" tanya tetangganya balik tanpa mejawab pertanyaannya terlebih dahulu."Baru saja Mbak, ini juga belum sampai masuk rumah. Lha tapi itu loh Mbak ada apa?" tanya Jiya sembari menunjuk ke arah para laki-laki yang seperti sedang menata panggung.Wanita yang ada di depan Jiya itu pun menoleh ke arah apa yang saat ini di tunjuk oleh Jiya. "Itu panggung. Lha katanya kamu sudah menikah di Jakarta?" tanyanya balik.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status